Setiap jalan hidup manusia, tentu sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Ada pepatah mengatakan bahwa semua kejadian itu tidak ada yang kebetulan. Semua sudah ditakdirkan.
Jika memang benar begitu? Apakah kejadian ini juga sudah merupakan bagian dari takdir Muichiro?Kedua matanya kini sedang melihat sosok yang dulu sangat ia hormati. Tak lain tak bukan adalah ayah angkatnya. Dia tidak menyangka bahwa detik ini dia justru kembali bertemu dengan orang bejat itu. Orang yangs udah menjualnya di rumah bordil untuk dijadikan pelacur.
Muichiro menelan paksa ludahnya saat ayah angkatnya itu malah mendekatinya. Dia bahkan sampai tak menyadari jika Sanemi dan Giyuu sudah berjalan cukup jauh darinya. Badannya terasa kaku karena dia merasa trauma setiap kali ingat akan sosok ayah angkatnya. Dan kini, mereka malah bertemu.Tap!
Pria itu berdiri tepat di depan Mui yang hanya mampu menunduk. Dia tidak berani menatap wajah pria itu. Wajahnya adalah lukisan terburuk dalam hidup Muichiro.
"Wah wah wah. Lihatlah ini. Anak ayah semakin terawat saja. Katakan, pria mana yang sudah membelimu, hah? Apa dia rela membayar mahal demi tubuh mu ini, hm?" Ucap pria itu.
Badan Mui gemetar, dia hanya bisa berjalan mundur perlahan-lahan. Sejujurnya dia ingin segera saja berlari dari tempatnya sekarang. Namun dia tidak sanggup.
Tangan pria itu lalu terulur, dia meraih dagu Mui. Memaksa anak itu untuk bertatapan dengannya.Didapatinya wajah Mui memerah karena menahan gejolak emosinya. Kedua matanya juga berair. Bagi pria bejat semacam ayah angkat Mui itu, wajah seperti ini justru wajah yang mampu mengobarkan hawa nafsunya. Meski begitu, pria itu sama sekali tidak berminat untuk menyetubuhi Mui ataupun melakukan yang lainnya. Dalam otaknya, dia justru berpikir untuk kembali menjual Muichiro ke rumah bordil.
"Sepertinya kau dirawat dengan baik oleh mereka ya?" Tanyanya retoris. Tangannya semakin erat mencengkram dagu Mui.
"Tapi, apa kau pikir dengan hidup bersama pembelimu itu hidupmu akan tenang, hah!? Hahaha! Itu tidak akan terjadi, dasar pelacur!"Pria itu melepaskan cengkramannya dari dagu Mui dengan kasar sampai-sampai Mui terhuyung ke belakang.
Tubuh rampingnya yang hampir jatuh itu tertahan oleh seseorang yang ternyata sudah berdiri di belakangnya. Mui tidak tahu siapa orang itu. Yang jelas, orang itu sudah pasti komplotan ayah angkatnya.
"Bawa dia. Kita jual dia di rumah bordil khusus laki-laki di sekitar sini. Aku yakin harganya pasti akan sangat tinggi." Ucap sang ayah.
"Baik, Tuan Gyutaro." Jawab pria itu sambil memegang lengan Mui dengan erat.
"Ayah! Ku mohon lepaskan aku!!" Pekik Mui dengan panik.
Dia meronta sebisa mungkin saat badannya mulai diseret. Sayangnya Mui tak cukup kuat untuk lepas dari cengkraman Enmu, bawahan dari Gyutaro.Gyutaro, adalah ayah angkat Muichiro. Jika Uzui Tengen mendengar nama ini, sudah pasti dia akan teringat akan sesuatu. Gyutaro adalah nama iblis yang pernah dia lawan di distrik hiburan, Yoshiwara. Uzui berhasil mengalahkan Gyutaro walau harus bertempur habis-habisan bersama Tanjiro dkk. Akan tetapi seluruh pengorbanannya itu sepadan, iblis itu sudah mati.
Lalu, kini ada manusia jahat yang memiliki nama yang sama dengan iblis itu. Tidak hanya namanya saja yang sama, namun semua kelakuannya juga sama iblisnya. Mereka hanya berbeda di fisiknya saja. Gyutaro yang ini, jauh lebih rupawan.
Apakah ini bisa disebut dengan reinkarnasi?Muichiro sendiri masih menghormati pria itu sebagai ayah angkatnya. Dia masih memanggilnya ayah. Bagaimanapun, Mui juga tak sampai hati jika harus melukai perasaan orang yang sudah mengadopsinya dari panti asuhan. Lalu merawatnya dengan baik hingga ia tumbuh sehat, walau akhirnya dia harus dijadikan pelacur oleh ayah angkatnya itu sendiri.
"Ayah!" Ronta Mui lagi. Tubuhnya dibawa paksa oleh Enmu yang berjalan mengikuti Gyutaro. Selama itu pula Muichiro terus saja meronta dan berkali-kali berteriak memanggil ayahnya agar dia dilepaskan. Namun lagi-lagi, semua itu hanyalah bagai angin lalu bagi Gyutaro.
Dan Muichiro pun kini dibawa pergi oleh Gyutaro dan Enmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZE MIZU
Fanfiction"Disini, berdua, dalam keheningan malam. Tomioka, ku harap nanti kau akan mengerti." -Shinazugawa Sanemi