Hari bergulir seperti biasanya, selayaknya hari-hari sebelumnya. Akan tetapi ada hal yang berbeda, kesehatan Sanemi semakin hari semakin menurun. Giyuu dengan setia selalu mendampingi Sanemi bagaimanapun keadaannya. Walau kesehatan Sanemi tidak turun dengan drastis, namun Giyuu tetap saja merasa khawatir. Dia denhan tertib selalu mengirim pesan pada Kanao untuk memasok obat khusus untuk Sanemi. Kanao yang juga mantan pendekar pedang itu tentu saja paham betul seperti apa keadaan Sanemi. Dia secara khusus meracik obat untuk Sanemi, demi menekan efek dari mark yang pernah diaktifkan para Hashira dulu saat bertarung melawan Muzan. Singkatnya, Kanao meracik obat khusus untuk menunda ajal Sanemi.
Sejauh ini, Giyuu masih bisa menutupi keadaan Sanemi pada Muichiro. Begitu pula dengan Sanemi, dia dan Giyuu bekerja sama untuk menutupi semua itu dari Muichiro. Sanemi dan Giyuu tidak sampai hati jika harus mengatakan yang sebenarnya saat ini. Jika suatu saat Muichiro harus tahu, maka biarlah waktu yang membantu mereka untuk mengatakannya pada Muichiro.
Ketika Sanemi mulai kembali terbatuk, Giyuu akan selalu beralasan pada Muichiro bahwa Sanemi sedang batuk biasa karena cuaca. Cuaca yang tidak baik menggangu pernapasan Sanemi hingga Sanemi mudah terserang batuk akhir-akhir ini.
Alasan itu adalah alasan yang selalu Giyuu gunakan untuk membohongi Muichiro selama ini. Entah sudah berapa lama, Giyuu selalu berhasil menggunakan alasan itu.Sore ini, Sanemi nampak sedang duduk santai memandangi taman kecilnya. Sore yang indah dengan langit berwarna keemasan. Senja yang cantik. Ditambah dengan saat ini, ada kepala Muichiro yang sedang bertiduran di paha Sanemi. Sanemi mengelus-elus lembut kepala Muichiro, sembari sesekali Sanemi tersenyum lembut saat melihat wajah terlelap anak cantik itu. Muichiro terlihat begitu nyaman saat ini, dia terlelap begitu damai dalam buaian Sanemi.
Tak.
"Bagaimana keadaanmu, Sanemi-san?"
Sanemi menoleh saat dia melihat Giyuu baru saja meletakkan satu nampan berisi tiga gelas teh hangat di depannya. Giyuu juga menempatkan diri untuk duduk di samping Sanemi, berada disisi lain dari Muichiro.
"Lebih baik. Sepertinya Kanao menambahkan zat lain di dalam obatnya. Rasa panas di dadaku cukup berkurang." jelas Sanemi.
Giyuu menghela napas lega mendengar penjelasan Sanemi.
"Syukurlah." Serasa mendapatkan angin sejuk bagi Giyuu.
Kedua mata Giyuu kemudian tertuju pada sosok Muichiro yang nampak anteng sekali tidur berbantalkan paha Sanemi. Wajah anak itu terlihat sangat damai dalam tidurnya.
"Nyenyak sekali." ucap Giyuu. Wajah Muichiro yang lucu saat tidur itu mengundang Giyuu untuk melihatnya lebih dekat.
"Sudah sejak tadi dia tidur." jawab Sanemi. Muichiro memang mudah tertidur saat di rumah, mungkin marena kediaman Shinazugawa ini sangat nyaman baginya.
Giyuu hanya manggut-manggut mendengarnya. Dia menyibakkan perlahan helaian panjang yang sedikit menutupi pipi Muichiro. Kemudian Giyuu mengusap lembut pipi putih anak itu. Terasa sangat halus."Sepertinya kau semakin menyayangi Muichiro." tebak Sanemi. Pasalnya, dia melihat sorot mata Giyuu yang sedang menatap Muichiro dengan begitu lembut penuh kasih sayang. Selayaknya anaknya sendiri. Dan Giyuu mengangguk mengiyakan. Dia memang sudah menganggap Muichiro ini sebagai anaknya sendiri.
Tangan Sanemi yang satunya terulur untuk mengusap lembut kepala Giyuu. Sedikit mengacak surai hitam kekasih seumur hidupnya itu.
"Terima kasih karena sudah hadir di hidupku." ucap Sanemi tiba-tiba. Dan itu sukses membuat Giyuu blushing.
"Sama-sama, Sanemi-san. Aku juga sangat berterima kasih." jawab Giyuu malu-malu. Dia tidak berani menatap wajah Sanemi sekarang. Dia terlalu malu, dan melewatkan senyuman Sanemi kali ini.Sanemi tersenyum pada Giyuu. Sembari berharap dalam hati bahwa Sanemi ingin sekali sehidup semati dengan Giyuu. Namun, dalam benak Sanemi, dia ingin Giyuu hidup lebih lama darinya. Sanemi tidak akan yakin bahwa dia akan bisa tetap waras jika harus kehilangan Giyuu nanti. Maka dari itu, dia berharap agar Giyuu selalu berumur panjang. Jadi Sanemi tidak harus melihat Giyuu menghembuskan napas terakhirnya. Membayangkannya saja Sanemi tidak mampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZE MIZU
Fiksi Penggemar"Disini, berdua, dalam keheningan malam. Tomioka, ku harap nanti kau akan mengerti." -Shinazugawa Sanemi