Pertanda

915 71 30
                                    

Timeline : The 10th year of relationship, almost a year of living together.

Sarapannya bawa aja dari pada telat.

Tulisan yg membuat Tay tersenyum dan menarik sticky notes kuning yg menempel pada kotak bekal berwarna abu-abu di atas meja makan.
New⁠-yang sudah berangkat ke kantor 30 menit lebih dulu, hapal kebiasaan Tay Tawan yg suka berangkat kerja mepet. Kebetulan hari ini Tay menginap, tidak ada salahnya New memperhatikan nutrisi pagi kekasihnya itu.

Thanks love! 😘
Adalah pesan yg diterima New saat memeriksa ponsel setelah briefing pagi dan membuatnya menarik sudut bibir.

It was 3 years ago.

When everything felt perfectly fit.
Mereka bisa bersama di tempat New atau Tay selama 3 hari, 1 minggu, 1 bulan, atau pulang ke kediaman masing-masing saat it's a little bit overwhelming to stay together tonight.
New dengan senang hati mengemas sarapan untuk Tay yang terlambat, menghabiskan akhir minggu mendengarkan berbagai cerita yang terkasih.
Tay sangat royal terhadap kata-kata cinta dan berbagai ungkapan sayang, pelukan hangat penutup hari.
Rasanya sedang berada di puncak hubungan saat itu. Puncak yang digapai tergopoh-gopoh, jatuh bangun, terguling kemudian dengan langkah terseret sampai pada titik dengan pemandangan yang menghapus bersih segala kesulitan yang pernah dilalui.
Saat itu seperti itu, 3 tahun yang lalu.

.

"Ck! Tay! Handuk!" New melempar handuk lembab yg menggantung di sandaran kursi makan. Tepat mengenai Tay yg sedang mengistirahatkan pinggang pada kitchen island sambil membalas pesan rekan kerja dengan wajah masam.
"Ck!" Balas Tay ikut berdecak karena handuk itu hampir membuat ponselnya jatuh. Meskipun sempat melirik punggung New kesal, pada akhirnya permasalahan kantor lebih menyedot emosi sehingga ia kembali pada benda persegi panjang di tangan.

Tay menghabiskan hari Minggu dengan duduk di balik meja kerja, berdiskusi dengan tim melalui penyedia layanan meeting online mengenai persiapan kasasi client mereka. Kasus ini sudah berlarut-larut. Tay dan timnya mulai kehabisan kesabaran sehingga meeting di hari Minggu ini dipenuhi atmosfir kurang menyenangkan.
Sementara itu di ruang tengah ada New yang sedang melawan musuh virtualnya. Menghajar sosok dua dimensi itu habis-habisan sebagai pelampiasan amarah. Semuanya membuat New kesal saat ini, Tay yang sedang sensitif dan sekarang berdebat di depan layar laptop, tidurnya yang tidak nyenak karena perkataan sang ayah yang menyinggung harga dirinya di tengah rapat kemarin, dan lebih brengseknya suara cicadas dari halaman samping yang sangat berisik, pertanda cuaca sedang panas-panasnya. Rasanya New ingin balas meneriaki serangga itu.
Bukannya muak dengan pekerjaan, well, they're in their 30th and have been working long enough to understand that they need work to live.
Entah karena hidup semakin kompleks atau karena mereka butuh istirahat. Dan sambil menekan tombol-tombol repetitif, New chose the later. He thinks they're burning out. Of works, of each other.

"Oke! Gue tidur di kamar tamu!"
New bangkit dari posisi tidur dengan cepat, menyambar ponsel dan segera meninggalkan Tay yang menghentikan pergerakan jemarinya di atas keyboard sejenak.
Namun belum sempat Tay melanjutkan ketikan, pintu kamar kembali terbuka,
"For fuck sake Tay! Ruang kerja itu gunanya bukan buat tempat pajangan bantex-bantex tebel lo! Ini kamar tidur! Bukan ruang kerja!"
Pintu kamar kembali tertutup, dan Tay melanjutkan gerakan jarinya di atas keyboard tanpa menanggapi komplain New. Nanti, saat ini ada yang lebih penting dibanding menanggapi amarah New.
Tiga jam setelah keluarnya New dari kamar, pukul dua pagi, Tay menyudahi pekerjaannya dan mengemasi barang-barang. Kemudian keluar dari kamar utama dan menyusul New ke kamar tamu. Untuk minta maaf? Tidak. Tentu saja untuk tidur, ia tidak bisa tidur tanpa New disampingnya. Dan saat pagi menjelang, keduanya kembali seperti tidak terjadi apa-apa. They just let it slide, too tired to put last night anger on the table.

HOME - TayNew (Side Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang