Time Out! (4)

1.7K 243 21
                                    

Muk terus mengelus punggung New karena tangisnya yang tak kunjung reda.

"New ga ada... Maksud apa-apa.. "

Muk masih tidak mengerti mengapa New yang meminta maaf terisak-isak seperti ini. Tapi sekarang ia memilih diam hingga New menyelesaikan tangis.


New menunduk memutar-mutar tisu di tangan. Isakannya sudah berhenti, menyisakan mata bengkak memerah yang terus menunduk.

"Mau minum dulu?" tawar Muk yang dijawab New dengan gelengan.

Muk menghela napas, "Kenapa nangis, hm? Mbak pikir kamu bakal marah gara-gara baru balikin kartunya sekarang. Mbak lagi yang balikin, bukan Sasin"

New menggigit bibir, kemudian menggeleng, "New ga marah, Mbak" bisiknya sengau.

"New udah besar kepala, maaf Mbak, New emang ga ada hak"

Muk menggeleng, "Bukan, bukan itu. Sedihnya kenapa? Tay ngomong sesuatu? Atau omongan Mbak?" tanya Muk lembut, berusaha menyelipkan rasa aman agar ia mendapat jawab.

Air mata otomatis kembali turun membuat New harus menekan tisu pada kedua kelopak matanya.

"Astaga.. Mbak salah ngomong ya? Ditahan dulu coba nangisnya, kasih tau Mbak coba" Muk mengusap punggung New yang kembali membungkuk.

New menjauhkan tisu dari mata, menatap Muk dengan mata berair, "Maaf Mbak.. " suara itu kembali bergetar.

Muk menggeleng tegas, "Udah. Mbak ga terima maaf lagi. Bilang apanya yang bikin kamu sedih?"

New menguatkan hati sambil menatap mbak Muk, tidak ada guna sebenarnya karena bayangan Muk kabur karena air mata.

New refleks menggosok dada dengan satu tangan, "New ternyata bukan bagian keluarga Mbak.. Hiks!" New segera merapatkan mulut kuat-kuat agar suara isakannya tidak meloncat keluar, membuat suara itu menjadi dengungan menyakitkan hati.

Muk termenung sedang New menunduk, malu atas kelancangannya yang menganggap diri bagian dari keluarga Tay, dengan tidak tahu malunya menganggap Sasin sebagai adiknya.

Muk yang terus diam membuat New ingin mengubur diri saat itu juga, maka dari itu untuk menyelamatkan muka New berkata,

"Mbak ga usah khawatir. New sama Tay udah putus kok" ucapnya susah payah, mempertahankan setidaknya harga diri terakhir yang tersisa.

Muk membuka mulut terkejut, tidak bisa berkata apa-apa. Ia tidak tahu soal ini, Sasin hanya bercerita jika Tay dan New bertengkar saat Sasin menghubungi New. Muk tidak tahu sampai seperti ini. Kedatangannya ke sini memang hanya rencana Mbak dan Mama untuk menyampaikan titipan Sasin, sengaja tidak memberitahu Tay yang sedang sakit. Tay bahkan tidak pernah membahas hal ini dengan keluarganya meskipun Sasin sudah memberikan peringatan.

"New.. " Muk mengulum bibir menimbang-nimbang.

New tidak lagi sanggup menatap mbak Muk, tangannya hanya sesekali menyeka air mata yang dengan menyebalkan masih tetap turun.

"Jujur Mbak ga tau soal ini. Sasin ga cerita atau Mbak yakin dia ga tau sama sekali. Dan Mbak dateng ke sini emang Tay juga ga tau" Muk masih menimbang-nimbang kata yang paling tepat.

"Sejak kapan?"

New menyapu tetesan air mata yang menggantung di pucuk hidung sebelum menatap Muk kembali, "Sejak Sasin denger New.. Sama Tay berantem"

Muk mengerutkan kening sambil menggaruk pipi, "Berarti kamu ga tau kalo Tay lagi dirawat? Off ga kasih tau?"

New sempat terkejut dan menggeleng.

HOME - TayNew (Side Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang