Timeline : One Fine Day in the 6th years of relationship.
"Shit" gumam Tay pelan sambil menutup ruang pesan dengan Sasin. Mood yang sudah tidak baik karena pekerjaan hari ini semakin buruk dengan temuannya dari akun instagram serta jawaban atas pertanyaannya kepada Sasin.
Genggaman Tay pada stir semakin kuat seiring lokasi tujuan yang semakin dekat. Berkali-kali Tay menelan saliva susah payah, kepalanya sakit dengan klien yang bertele-tele dan sekarang Sasin bertingkah.
Telunjuk Tay tergesa-gesa memasukkan password, membuka pintu dengan kasar dan melepas alas kaki ala kadar.
"New!"
Tidak ada jawaban.
"New! Kamu dimana?!"
"Wow, wow easy tiger! Udah tengah malem ini" New yang baru saja keluar dari kamar segera disusul oleh Tay.
Tay menghela napas sambil memejamkan mata setelah berhadapan dengan New,
"You did this?" tanya Tay pelan penuh penekanan sambil mengarahkan layar ponsel ke hadapan wajah New. Ruang percakapan Sasin dan Tay melalu direct message instagram terpampang dan New tidak bereaksi banyak.
"He need a rest. Dari semua orang Sasin yang paling sedih masalah proposalnya, Te" jelas New tenang, berusaha melemaskan kedua alis Tay yang sudah berkerut.
Tay kembali menghela napas, kali ini sambil menengadah dan meremas rambutnya.
"New, dia baru aja dibuang pembimbingnya gara-gara setahun ini proposalnya ga ada kemajuan New! Rest kamu bilang? Setahun ini kerjaannya main-main aja! Bikin pusing Mama naik gunung tiap minggu! Bimbingan mangkir terus! Sekarang kamu kasih liburan ke Singapur. Are you even think?!" seru Tay sambil membeberkan kelakuan adiknya yang membuat kedua orang tuanya pusing.
"Wow, Tay. You okay? It just a holiday? You freak out like he knocked someone's daughter up!" New mulai tidak terima dengan nada bicara dan ekspresi Tay yang menghakimi.
Tay kembali meremas rambutnya dan berbalik membelakangi New sebelum memutar tubuhnya ke arah New dengan cepat, "Bukan cuma seberapa banyak uang yang kamu kasih ke Sasin, he even got drunk New! Kamu kok jadi lembek gini sih ke Sasin!!"
New berjengit karena Tay berteriak di depan wajahnya, "Gue udah sabar-sabarin dari tadi ya, Tay. Lo ribut-ribut ga jelas tengah malem, ngata-ngatain gue. We better talk later when you cool down"
"NEW!" urat-urat di pelipis Tay terlihat dengan jelas.
"WHAT?!" balas New tidak mau kalah.
"Lo udah ngasih duit ke Sasin diem-diem di belakang gue, ngasih dia liburan sampe ke luar negeri padahal anak itu harus duduk diem di kamar mikirin kesalahan dia setahun ke belakang dan sekarang dia minum lo bilang apa? Ribut ga jelas? The audacity, New?!" wajah Tay sudah memerah karena emosinya yang sampai ke ubun-ubun.
"People get drunk at least once, Tay. Ga usah lebay lo! Dan juga, he's your brother! Your-bro-ther!" New menekan telunjuk pada bahu Tay sebanyak ia mengeja kata-kata terakhir kalimatnya.
"Lebay? Sorry, New. We vowed to our parents not to get near that thing! And yes! He's my brother! Are we even married or something?! You just crossed the line on how to treat my brother!" Tay balas menekan telunjuk pada bahu New.
"And now you spit the 'M' word! Fokus dong Tay! Jadi masalahnya apa? Sasin yang pergi liburan atau gue yang ngasih Sasin pergi liburan?!" New melipat kedua tangan di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME - TayNew (Side Story)
RandomSomewhere in the future of HOME - TayNew where the story focus on their relationship. Please check the main story first, if you haven't.