"Kak!" bisik Sasin di depan ruang rawat Tay karena New menempelkan telunjuk di depan bibir.
"Kak, maafin aku. Aku pengen banget ngubungin kakak tapi ga dibolehin sama mas Wan. Aku bener-"
"Udah-udah. Mbak udah cerita" potong New berbisik.
Sasin melebarkan matanya, "Mbak bilang apa?" masih berbisik-bisik di depan pintu ruang rawat Tay yang tertutup.
"Ngobrolnya di cafetaria aja yuk!"
"Nih, Mas" Sasin yang baru saja kembali dari 'jajan' panjangnya menyodorkan eco bag kecil persegi empat kepada Tay yang sedang mengobrol dengan mbak Muk—baru saja datang selepas mengurus pameran.
Tay mengangkat alis, menatap Sasin dan eco bag hitam polcadot itu bergantian.
"Ck! Bubur doang elah!" erang Sasin kemudian meletakkan pemberiannya di atas pangkuan Tay.
"Kesambet apa kamu beliin Mas bubur?" ejek mbak Muk kepada Sasin yang sudah kembali telungkup di atas tempat tidur penunggu pasien, mengeluarkan ponselnya untuk bermain.
"Bukan" jawab Sasin menggantung, "Kak New yang kasih" lanjutnya berpura-pura fokus kepada layar ponsel, padahal game yang dibuka masih loading.
Muk yang tadinya menatap Sasin memutar tubuhnya ke arah Tay, kebetulan ia sedang duduk di kursi tepat di samping tempat tidur Tay.
Tay menatap eco bag di pangkuannya, bingung. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia tidak tahu siapa yang memberitahu New jika ia sedang dirawat di rumah sakit. Dan Tay, belum pernah menyinggung tentang New kepada siapapun setelah Sasin mengirimkan peringatan kepadanya dua minggu yang lalu.
"Mbak yang kasih tau"
Tay menatap Muk yang tiba-tiba menjawab pertanyaan di kepalanya.
"Kita udah boleh ngomongin ini?" tanya Muk mengambil kesempatan. Sesungguhnya ia sudah menunggu-nunggu waktu yang pas untuk berbicara tentang New kepada Tay sejak mendatangi New minggu lalu, sayang selalu ada penghalang.
Tay diam saja.
"Mbak ketemu New minggu kemaren" lanjut Muk, memperhatikan air muka Tay dengan seksama.
Tay mengangkat kepala, menatap Muk dengan berbagai pertanyaan yang bergerombol di ujung lidah, sayang, tak ada yang keluar.
"Kamu beneran yakin udahan sama New?"
Pertanyaan Muk kepada Tay membuat Sasin terbatuk, seketika duduk di atas tempat tidur dan menatap kedua kakaknya tidak percaya. Ia baru saja bertemu New, tapi New tidak pernah menyinggung hal ini sama sekali.
"Mbak udah denger cerita dari New, tapi Mbak juga pengen cerita dari kamu" Muk masih terus berusaha membujuk adiknya untuk buka mulut.
"M-mbak, Mas, aku boleh keluar aja nggak?"
Pertanyaan Sasin membuat ia dihadiahi delikan tajam oleh Muk, "Gak ada. Kamu dengerin nih! Efek kelakuan kamu!"
Sasin hanya mencibir sebelum kembali berbaring, kali ini menghadap ke arah Tay dan Muk.
"Dek.." bujuk Muk menyentuh lengan Tay.
Tay menghela napas, meletakkan bubur pemberian New ke atas meja di samping tempat tidur.
"Ya gimana Mbak, udah terlanjur" jawab Tay sambil mengelus punggung tangannya yang mulai bengkak karena jarum infus.
"Loh kok jawabnya gitu" balas Muk masih sabar menunggu penjelasan lebih lanjut dari Tay.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME - TayNew (Side Story)
RandomSomewhere in the future of HOME - TayNew where the story focus on their relationship. Please check the main story first, if you haven't.