Continuation from the previous part.
It was just a phase.
Just a phase.
A phase.
Is it a phase?Adalah suara-suara yang berbicara di dalam kepala Tay saat ia mengguyur tubuhnya dengan air hangat.
Ini bukan bosan, Tay yakin itu. Ia hanya.. sedang ada dalam fase overwhelmed dengan keadaan satu tahun belakangan.Sebelum memutuskan untuk tinggal bersama selalu ada rasa penasaran tentang satu sama lain. Setelah saling mengucapkan selamat malam melalui telepon misalnya,
'Apakah New sudah tertidur?'
'Benarkah New makan dengan baik hari ini?'
'Bagaimana ekspresi New saat bangun pagi ini?'Pertanyaan-pertanyaan itu menguap entah kemana sejak keduanya memutuskan tinggal bersama. Semakin hari Tay merasa ia semakin kehabisan bahan pembicaraan dengan New karena semua rasa penasaran sepele yang dulu selalu muncul, kini menguap. Semua jawaban terpampang didepan mata bahkan sebelum pertanyaan itu muncul.
Kini hanya tertinggal pembicaraan-pembicaraan serius yang kadang terlalu berat untuk menjadi konsumsi sehari-hari.Tidak hanya dengan komunikasi, bahkan sex sekalipun terasa monoton. There's no more thrill like, 'Miss him so bad because we've been out of each other's arm for a week'. Perasaan kupu-kupu yang membuat wajah memerah saat the vibe suddenly getting sensual, decreasing each day lately. Nowadays, it felt more like fucking than making love.
Apakah tinggal satu atap ini adalah keputusan yang salah?New ada disana. Bersandar pada kepala tempat tidur dengan komputer jinjing di pangkuannya. Bukankah pemandangan ini adalah yang Tay idam-idamkan?
"Huh?" New bergumam pelan saat Tay naik ke atas tempat tidur dengan rambut yang dikeringkan asal-asalan. Dan kepala dengan rambut acak-acakan itu menggeser posisi macbook di atas pangkuan New.
Tidak ada yang berbicara. New segera memindahkan macbook-nya ke atas nightstand dan membiarkan Tay menggunakan pangkuannya sebagai alas kepala.
Setelah berhasil menyingkirkan komputer jinjing milik sang kekasih, Tay mengumpulkan gumpalan duvet di atas paha New sebagai alas kepalanya. Bagaimanapun juga tidak senyaman itu tidur beralaskan otot paha pria 30 tahun yang masih sering berolahraga.Keheningan kamar hotel sesekali terisi dengan helaan napas keduanya. New yang bersandar dengan satu tangan memainkan rambut setengah basah Tay, dan Tay yang menatap lurus pada ujung kaki New yang tertutup duvet.
"Mbak bilang motivasinya buat tetep kerja walaupun lagi hamil buat tabungan lahiran adeknya Pring nanti. Biar keuangan keluarganya ga goyah-goyah amat waktu mbak cuti melahirkan" Tay akhirnya membuka mulut.
New tetaplah New, tidak perlu banyak clue untuk ia mengerti kemana pembicaraan ini berujung.
"Si Boncel kerja supaya bisa nabung beli rumah di Amrik, apalagi Off masih baru banget dapet kerja. Literally biaya hidup hampir semuanya Si Boncel yang nanggung. Udah terlanjur nikah juga, apa boleh buat" lanjut Tay masih memperhatikan ujung jari kaki New yang tertutup selimut.
"Looks like everyone has their own purpose in life" tutup Tay ambigu.
"Aku.. Ga tau kenapa aku harus tetep bangun dan berangkat kerja tiap pagi. Tapi kalau ga kerja aku udah lupa cara ngabisin waktu sehari-hari. Aku ga punya motivasi dan tujuan untuk ngelakuin apapun. Ga ada anak yg harus dipersiapkan masa depannya, ga ada tanggungan adek atau orang tua yang harus dibiayai hidupnya, ga ada cicilan rumah atau mobil yang harus dilunasin. Semua kayak, ga ada yg memaksa atau naruh ekspektasi apapun dari aku. Rasanya kosong"
"Bahkan kamu" tambah Tay dengan cepat.
New menghentikan gerakan tangannya pada rambut Tay yang mulai kering sepenuhnya.
"Aku ngerasa ga ada hal lagi tentang kamu yg harus aku perjuangkan. Even I've already giving up of persuading you about marriage"
"Aku ga punya goal jangka panjang dan ga ada tuntutan dari siapapun buat ngelakuin apapun. Aku pikir hidup tenang itu kayak gini. Ternyata rasanya hampa. Ga ada semangat buat ngapa-ngapain. Ini yang namanya hidup segan mati tak mau kali ya. Hahaha" tawa kering menutup keluh kesah Tay malam ini.New melanjutkan gerakan tangannya memilin helaian rambut Tay dengan satu tangan dan kamar itu kembali hening untuk beberapa saat.
"Go on. Aku tau masih ada yang pengen kamu ceritain" New mengetuk kening Tay dengan telunjuknya dua kali, mempersilahkan yang terkasih kembali meluapkan hal-hal yang memenuhi isi kepalanya selama ini.
"Aku tau pertanyaan Bude soal nikah itu cuma basa basi busuk karena ga nemu topik lain buat diomongin. Tapi aku ga bisa nahan diri buat ga kesel duluan. Dijawab becanda pasti bakalan panjang urusannya. Dijawab serius ntar jadi bahan gunjingan"
"Apalagi kalau jawabannya gara - gara pacar ga mau kan?" sahut New sambil menahan tawa. Tay meninju pelan paha New di dekat kepalanya, kesal dengan olok-olok New.
"Ah kenapa jadi ga jelas gini sih aku!" Tay menghentakkan kaki yang mengakibatkan sedikit guncangan pada tubuhnya dan tubuh New.New menghela napas panjang, masih dengan satu tangan memainkan helaian rambut Tay yang telah kering.
"Mbak, Gun, Aku, Bude" New merapalkan tokoh-tokoh yang muncul dalam keluh kesah Tay malam ini.
"Semuanya tentang orang lain. Kalau kamu sendiri?"
Tay yang tadinya berbaring miring menghadap ujung kaki New, mengganti posisi menjadi telentang untuk menunjukkan wajah penuh tanya kepada New.
"Yang pengen kamu lakuin, tanpa berkaca sama apa yang orang lain lakuin, apa Tay?" New menekan telunjuknya di tengah dada Tay, bertanya kepada Tay Tawan. Bukan kepada Tay Tawan pacar New Thitipoom, atau Tay Tawan anak kedua Vihokratana. Bukan pula kepada Tay Tawan Si Pengacara Firma Hukum. Hanya Tay Tawan.
"Kalau kamu melakukan sesuatu supaya kamu berharga di mata orang lain, kamu justru sedang mengabaikan diri kamu sendiri. Jangan mengutamakan keharusan di atas keinginan kamu Tay"
New membuat pola abstrak di dada sang kekasih.
"Itu salah satu kalimat yang aku baca di buku entah apa, aku ga inget. Tapi kalimatnya ngena banget. Aku juga belum sepenuhnya bisa paham dan bisa ngelakuin, but I just wanna share it with you. Perhaps it helps"
Keduanya saling tatap dalam diam sebelum New kembali melanjutkan kalimatnya,
"Perubahan satu tahun belakangan ini, terutama tinggal bareng ngedorong kita buat mengambil peran tertentu. Ada tambahan peran sebagai roommate, housemates yang membuat kita ngelakuin sedikit penyesuaian buat memenuhi peran itu"
New menarik sudut bibirnya sedikit,
"Tapi Tay, seharusnya kita tetap jadi diri sendiri ga sih? Bukan jati diri kita yang harus disesuaikan dengan peran baru itu, tapi peran baru itu yang harus menyesuaikan jati diri kita yang sebenernya. Ga perlu menjadi sesuatu yang 'bukan kamu' Tay. It will tires you out, sayang"
New memberikan jeda untuk mengamati air muka Tay yang masih terlihat menimbang-nimbang kalimatnya.
"Coba kayak gini deh. Dalam 1 jam kedepan, apa yang pengen kamu lakuin. Yang bener-bener pengen kamu lakuin, tanpa peduli apa tanggapan orang lain, termasuk aku"
Tay masih diam.
"Oke, ga usah jauh-jauh. Dalam 1 menit kedepan, apa yang dari lubuk hati paling dalam pengen kamu lakuin?"
Tay berkedip dua kali menatap wajah New yang berada di atasnya,
"Kiss" kata itu terlontar begitu saja dari bibir Tay.
New sempat tergelak sebelum menunduk dan memberikan kecupan di bibir kekasihnya yang sedang berpikir tentang keinginan satu menit yang akan datang.Pembicaraan malam ini memang tak menyelesaikan kerumitan di dalam kepala Tay. Karena sejatinya tidak ada yang bisa menyelesaikan semua itu selain si empunya pemikiran. Namun setidaknya ada satu hal yang telah terlupakan oleh Tay beberapa tahun belakangan, untuk hidup sebagai dirinya sendiri dan menerima segala positif dan negatif tentang seorang Tay Tawan. Tanpa polesan untuk memenuhi ekspektasi siapapun. Karena tidak ada artinya menghabiskan waktu bernama kehidupan hanya untuk menyuapi ekspektasi sekitar, yang tak bertanggung jawab atas arti hidup si pemilik napas, Tay Tawan.
"Jika melakukan sesuatu sekadar untuk membuat diri berharga di mata orang lain, kita justru sedang mengabaikan nilai dalam diri kita sendiri"-Life Lessons, Dr. Elisabeth Kübler-Rose & David Kessler.
" Minute by minute"-SKAM.
04 Mei 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME - TayNew (Side Story)
RandomSomewhere in the future of HOME - TayNew where the story focus on their relationship. Please check the main story first, if you haven't.