Satu minggu berlalu. Tay sudah dipulangkan dari rumah sakit sejak dua hari yang lalu dan New sedang dalam mood, 'Ayo, semangat! Bentar lagi ketemu Tay'
Dua minggu berlalu. Tay kembali dalam semangat kerja yang tinggi seolah-olah vitamin yang dikonsumsi setiap jam makan hanya sebuah desert. New mulai tenggelam dalam pekerjaan dan sedang damai-damainya dengan sang ayah, dalam perjalanan bisnis keluar negeri—damai karena tidak terlibat pembicaraan di luar bisnis.
Satu bulan berlalu. Tay sedang di atas angin karena dipercaya untuk kasus bereputasi. Dan New mulai berhalusinasi jika Tay menemaninya tidur setiap malam.
Bulan kedua hampir berakhir. Tidak terasa. Jika dihitung dari sebelum Tay masuk rumah sakit, ini sudah hampir empat bulan keduanya tak lagi saling berkomunikasi, fokus pada hidup masing-masing. Atau lebih tepatnya Tay yang fokus kepada hidupnya karena New baru saja kembali dari membuat janji dengan dokter. Tidak, tidak. Jangan khawatir. Hanya berbicara untuk melegakan hati.
"Kak, Marc really need to go home"
New membuka mulut untuk membantah, sayang kata-katanya tertahan di tenggorokan saat melihat wajah serius bocah SD yang sedang telungkup menopang dagu di atas karpet ruang tengah, beberapa buku terbuka di sekitar sikunya.
"Like really really really need to?" tanya New memastikan. Memang Marc sudah satu minggu menginap, awalnya Marc senang-senang saja karena menginap di apartemen New sama dengan punya waktu luang untuk bermain game. Namun setelah seminggu,
"Kakak bener-bener ga bisa ngajar" keluh Marc jujur. Ia kesulitan mengejar target belajar yang diberikan ibunya karena Marc kurang sreg dengan cara mengajar New, belum lagi kakaknya sering tidak fokus karena disambil dengan pekerjaan kantor.
New yang sedang mengunjur di atas sofa dengan MacBook di pangkuan akhirnya menghela napas, "Yaudah. Besok pagi pak Dave yang antar"
New pasrah. Ia mengajak Marc menginap karena memang sedang tidak ingin sendirian di rumah. Tapi apa daya, adiknya ini juga harus tetap belajar dan mengajari anak homeschooling tidak semudah yang ia bayangkan.
Kedua bahu itu bergerak turun selangkah setelah pintu tertutup. Benar, Marc sudah pulang tadi pagi dan kesunyian kembali menyambut. New sendiri bingung sejak kapan ia tidak suka dengan sepi di apartemennya. Dulu ini adalah surga, pulang ke rumah tak berpenghuni setelah seharian berhubungan dengan manusia adalah surga untuk mengembalikan energi.
Kenapa?
Apa karena tidak ada lagi yang tiba-tiba datang ke apartemennya? Dua bulan ini hanya ada jejak sidik jari milik New pada kunci pintu. Dan New, tidak menyukai itu.
---
"Haaah akhirnya bisa pulang ke rumah!"
Tay tertawa melihat seniornya yang sedang merentangkan kedua tangan ke atas.
"Lebay lo Bang. Tiap hari juga pulang"
"Ckckck kalo belom nikah lo emang ga bakal ngerti. Gue emang pulang tiap hari tapi ga berasa pulang. Udah seminggu bini gue rewel gara-gara gue pulang dia udah tidur terus. Gue udah tiga hari diambekkin anak gara-gara ga pernah antar jemput sekolah lagi. Bukan sekedar pulangnya Tay, tapi rumahnya. Gue ga pernah ada waktu buat anak bini gue di rumah hampir dua minggu"
Tay hanya membalas dengan senyum.
"Eh, btw" pria awal tiga puluh itu memajukan tubuh ke arah Tay,
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME - TayNew (Side Story)
RandomSomewhere in the future of HOME - TayNew where the story focus on their relationship. Please check the main story first, if you haven't.