Timeline : Satu minggu sebelum keberangkatan Marc ke Amerika untuk melanjutkan SMP. Marc was 13 and New was 28.
"Kak, do you love me?"
New tepekur sesaat sebelum kembali menggores kertas kuning bergaris jarang dengan bolpoin mahalnya.
"I love Tay"
Marc hampir saja mengeluarkan kata kasar yang dipelajari dari menonton serial Amerika, beruntung otaknya segera mengirimkan sinyal menutup mulut.
"How was your junior high?" Marc mengganti pertanyaan. Terserah apapun yang meloncat dari mulut asalkan itu pertanyaan.
Satu minggu menjelang berangkat ke negeri orang yang ia tak pernah tahu seperti apa wujudnya, Marc dirundung gelisah. Bukan tentang bagaimana ia menghadapi hidup sendirian di sana. Hell, satu panggilan telepon bisa menyelesaikan masalahnya. Bukan itu.
Akankah New melupakannya karena mereka kini tinggal jauh?
"Kak, New York dingin gak?"
'Ask google Marc!' Marc memutar bola mata karena pertanyaan sendiri, bodoh sekali.
New hampir saja menjawab saat Marc melemparkan pertanyaan berikutnya,
"Kak, have you ever hated me?"
New berdecak malas, "Drama" gumamnya kembali melanjutkan tulisan yang tertunda karena pertanyaan-pertanyaan Marc.
Marc tidak takut meninggalkan Mami dan Papinya, sama sekali. Ada keyakinan yang sangat besar bahwa seberapa jauhpun Marc pergi kedua orang tuanya akan selalu menunggu kepulangannya. Tapi New?
New adalah saudara yang Marc dapat seperti peri jatuh dari langit. Tiba-tiba, tanpa peringatan, tanpa tanda-tanda. Tanpa penjelasan dari Maminya, tanpa sebut dari Papinya.
Tiba-tiba saja ada Kak New.
New terlalu sulit dibaca bagi Marc. Tindak-tanduknya terlalu licin, susah dikendalikan, susah ditebak ujung pangkalnya. Menempelkan sebuah tuduhan kepada New sangat sulit, karena itu Marc harus selalu bertanya,
"Kak, do you love me?"
New menghela napas, buku note kecil yang ia coret-coret sejak tadi akhirnya ditutup dan dilemparkan ke dalam ransel milik Marc yang terkulai di atas meja. Semua barang-barang di dalam kamar ini milik Marc sebenarnya, tapi New ingin catatan kecil yang baru saja ia masukkan tidak ditinggal seperti kamar ini nanti saat Marc tak lagi bisa bertandang ke sini, ke tempat tinggal kakaknya.
"Kalo enggak kenapa?" tanya dibalas tanya. Pintar sekali New!
Marc yang sedang bersandar di atas tempat tidur menatap New yang menempati kursi belajar, kemudian mengangkat bahu acuh, "Kenapa-kenapa lah. Sakit hati aja. Aku sayang kakak padahal"
Damn Marc! This kid and his smart mouth.
"Sok-sokan banget bocah" New bangkit dari kursi belajar Marc dan berjalan ke arah pintu kamar,
"Pizza?"
Marc mencebikkan bibir kemudian berlari mengejar New yang sudah keluar terlebih dahulu.
"Shit!" Marc berseru keras sambil meremas rambut dengan kedua tangan. Dengan lugas ia menolehkan kepala, memandang New penuh benci, lagi-lagi kalah, selalu begitu. Belum pernah sekalipun Marc menang melawan New saat bermain Playstation.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME - TayNew (Side Story)
RandomSomewhere in the future of HOME - TayNew where the story focus on their relationship. Please check the main story first, if you haven't.