a. n. : I was supposed to put trigger warning in this part, tapi setelah mikir berulang-ulang gue memilih buat ngehapus trigger warning. This chapter will be fully talk about Tay's and New's (gue as a writer) perspectives about sex. Gue ga bilang perspektif gue sebagai penulis disini sepenuhnya benar, so PLEASE EDUCATE ME if you have a different opinion. Gue GA NGELARANG pembaca dibawah umur buat baca part ini, take this as a note sweety. Tapi jangan dijadiin satu-satunya patokan, baca lebih banyak, bertanya lebih banyak. Sex education bukan hal tabu.
Timeline : Salah satu weekend setelah beberapa weekend yang terlewatkan karena Tay mulai sibuk dengan penghujung kuliah tahun ketiga dan New sibuk dengan kuliah tahun kedua serta urusan pekerjaan.
Gerakan jari New pada stick PS terhenti mendengar kalimat Tay. Suara peringatan bahwa ia kalah dalam permainan tidak dihiraukan New. Dengan pelan stick PS ia letakkan ke lantai, memutar duduknya ke arah Tay Tawan yang telungkup di atas tempat tidur.
Tay terintimidasi dengan tatapan New ke arahnya, "Gue ngelantur barusan. Ga usah di dengerin" kilah Tay mengalihkan pandangan dari New, memutar tubuhnya agar membelakangi New yang masih duduk bersila di lantai.
Setelah hening beberapa waktu, "Hey, mind to talk about this?" tanya New hati-hati.
Tay masih diam membelakangi New, pikirannya benar-benar berkecamuk.
"Sorry" bisik Tay.
"No no no. Kita belum mulai ngomong jangan minta maaf dulu" potong New cepat.
Tay kembali memutar tubuh ke arah New, kemudian mengangkat bahu.
"Geser dong" pinta New bergerak naik ke tempat tidur, berbaring disamping Tay yang masih tidur miring ke arahnya.
"So Tay.." tanpa sadar Tay menahan napas mendengar pembuka dari New yang kini menatap langit-langit kamar.
"Kok lo ngomongnya gitu?" New menoleh, menatap Tay yang menghindari pandangannya.
"Mmm..." gumam Tay ragu.
"I just have this thought. You are sexually active, don't you feel frustrated dating someone like.. me?" Tay masih menghindari pandangan New, memilih menatap ke arah siku New.
"I was" koreksi New. "Dulu Tay, sejak pertengahan kelas tiga SMA udah engga lagi. Terus hubungannya my sexual frustration sama lo itu gimana?"
"We've never done it" jawab Tay singkat, New menghela napas.
"Duh bingung gue mau mulai dari mana" keluh New sambil memainkan telunjuk, pandangannya sudah kembali ke langit-langit kamar.
"Gue ga tau ya kok lo bisa punya pemikiran kayak gitu. Gue berani sumpah Tay, gue ga pernah kepikiran I was frustated by you" New memberi jeda pada pembukaan paragrafnya.
"Lo pacar gue Tay, bukan sekedar partner sex gue. Yes, sex do spice up relationship. Tapi gue selama ini ga pernah jadiin sex sebagai salah satu definisi lo sebagai pacar gue. Jujur, I do sometimes fantasies about you. But no, sex terlalu dangkal. You are much more precious and important than a mere sexual frustrations"
Tay sudah tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat dibuat seberharga itu oleh New.
"Having sex bukan hal wajib dan agenda utama saat pacaran menurut gue. Gue ga menyalahkan orang yang tidur sama pacarnya asalkan mereka having responsible sex, protected. Yang salah itu kayak due dulu, gue pernah ga pake pengaman. Masih bego itu gue, untung aja masih dikasih kesempatan sama Tuhan buat aman dari STD (Sexually Transmitted Diseases). Dan untungnya lagi gue ketemu partner yang bertanggung jawab habis itu, you know what? Gue dikasih sex educations sama partner sex gue sendiri" New terkekeh diujung kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME - TayNew (Side Story)
RandomSomewhere in the future of HOME - TayNew where the story focus on their relationship. Please check the main story first, if you haven't.