[ 🐮 X 🦌 ] : Demam

330 37 3
                                    

⠀  ⠀ ⠀
⠀  ⠀ ⠀  ⠀ ⠀ ⠀ ⠀  ⠀ ⠀
⠀  ⠀ ⠀  ⠀ ⠀
ㅤㅤ "Zo, tunggu dulu!"

    Walaupun Junghwan berteriak sekeras apapun, Zoa gak bakalan mau hentiin langkahnya. Ia terlanjur kesel sama harinya dan lagi butuh waktu sendiri.

"Zo, lo kenapa sih? Setidaknya lo tuh cerita ke gue kalau lo ada masalah. Gue ini masih lo anggap temen atau enggak sih?"

Zoa tertegun. "Mending lo pergi aja, Wan. Gue butuh waktu sendiri."

Junghwan masih kekeuh sama pendiriannya. Ia masih butuh kejelasan dari Zoa.

"Gue gak akan pergi sebelum lo jelasin semuanya. Younghoon kemana? Kok gak sama lo? Terus kenapa baju lo jadi basah begini?"

Bukannya menjawab deretan pertanyaan yang dilontarkan oleh Junghwan, Zoa justru menangis.

"Lah kok malah nangis? Jawab dong, Zo."

"Gue tuh tadi dilabrak sama pacarnya Younghoon. Gue juga gak suka sama cowok itu tapi pacarnya bilang kalau gue perusak hubungan orang hiks," ujar Zoa sambil terisak pelan.

"Abis itu gue disiram pakai jus kesemek sambil ngatain gue kalau gue itu murahan. Memangnya gue murahan ya, Wan? Apa gue—"

Junghwan bawa tubuh bongsor temen ceweknya itu ke pelukannya. "Sttt, enggak begitu. Lagian Younghoon tuh udah punya pacar tapi masih aja menel ke elu."

"Zo, lu pikir aja deh. Ginjal lo kalau dijual mahal, kan? Nah berarti lo itu gak murah. Kalau menurut gue sih, lo itu gak ternilai harganya," ujar Junghwan berusaha menghibur Zoa.

"Anjir masih aja ngelawak lo, jelek!" Zoa nabokkin lengan Junghwan tanpa ampun.

Mereka gak tau aja kalau sedari tadi tuh Jihan dan Haruto ngintipin mereka dari balik pintu rawat inap babehnya Zoa.

"Aduh asik banget ya mereka pada canda-candaan gitu," kata Jihan pada Haruto.

"Iya, lu iri gak?"

"Sedikit hehehe tapi tetep oke lah."

"Oke, kalau gitu pacaran yuk."

"HAH?"

Jihan agak lemes, soalnya diajak pacaran sama Haruto.







Setelah sesi peluk-pelukkan tadi, Zoa dan Junghwan berencana untuk pulang.

"Oh iya, Zo. Gue mau ke rumahnya Jungwon dulu."

"Mau ngapain ke sana?"

Junghwan sedikit membenarkan bajunya yang masih agak basah. "Mau jelasin ke Abangnya Jungwon kalau gue sama yang lainnya itu gak seburuk yang dia pikirin."

Zoa mengangguk pelan. "Gue ikut lu ya?"

"Iya, hehehe kalau lu gak keberatan. Sebentar lagi sopir keluarga gue dateng jemput kita berdua."






Sore itu, cuaca masih kurang bersahabat. Hujan masih belum berhenti sejak pagi tadi.

"Wan, badan lo panas banget. Gak langsung pulang ke rumah aja?" Zoa sedikit khawatir dengan keadaan Junghwan yang sekarang.

"Enggak, gue udah janji sama Jungwon. Lo tenang aja, ya?"

Junghwan mengusak-usak surai coklat milik Zoa. Gadis itu hanya mengangguk pelan sembari mengelus punggung tangan si sapi.

"Nah, itu sopir gue udah dateng!"

Bener aja, sopir andalan keluarga So datang juga. Terlebih dahulu ia payungin badan Zoa agar temennya itu tidak kehujanan.

"Anjir lu kehujanan tuh!" omel Zoa ketika melihat Junghwan yang rela dirinya kebasahan.

"Hahaha gak papa, masuk duluan gih."

Zoa memasuki sedan hitam itu, lalu Junghwan.

"Pak, kita ke rumah Jungwon ya?" titah Junghwan.

"Siap, tuan."

Sedan itu melaju dengan kecepatan sedang. Sudah dipastikan jika Junghwan menggigil kedinginan. Ia merebahkan kepalanya di bahu Zoa.

Gadis itu menoleh, Junghwan sudah tertidur dengan wajah yang cukup pucat.

"Wan, demi babeh lu rela sampai sakit begini." Tangan kanannya menangkup pipi Junghwan, "Maaf ya? Maaf udah gak mau dengerin lo."

Sebenarnya Junghwan gak 100% tidur. Ia bisa mendengar samar-samar suara manis Zoa. Sedikit senyuman terukir di bibirnya.






Jungwon cuma bisa geleng-geleng kepala melihat Junghwan yang datang ke rumahnya dalam keadaan kurang sehat.

"Lu tuh lagi sakit, So Junghwan. Gak usah deh sok kuat bicara sama Abang gue. Abang gue juga orangnya batu, pasti dia gak mau dengerin lo," ujar Jungwon berusaha meyakinkan Junghwan untuk mundur.

Namanya juga So Junghwan, cowok itu kalau udah nekat ya gak bakalan mau mundur.

"Gue harus jelasin ke Abang lo sampai tuntas. Di kira gue gak sakit hati apa," balas Junghwan gak mau kalah.

Zoa ya cuma diem aja. Gak tau masalahnya.

"Won, gue boleh minjem kamar mandinya sebentar gak?" tiba-tiba Zoa berbicara sambil mengangkat salah satu kemeja yang di kasi sama Junghwan tadi.

Iya, Junghwan nyuruh sopirnya buat beliin kemeja baru untuk Zoa.

"Boleh, kalau abis boker jangan lupa disiram ya."

"Anjir, bukan mau boker!"

Hal itu mengundang tawa bagi Junghwan dan Jungwon. Zoa pergi dari hadapan mereka berdua sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Btw, tamu gak dikasi apa-apa nih?"

"Memangnya lo mau disuguhin apaan sih?"

Jungwon malah balik nanya.

"Gak mau ngerepotin sih tapi gue pengen banget minum susu coklat belgia terus gulanya dua sendok aja."

"Itu mah namanya ngerepotin!"

Junghwan ketawa lagi, "Ya terus gimana? Ada gak susunya?"

"Gak ada, adanya air putih."

"Yaudah, air anget aja."

Tanpa membalas perkataan Junghwan, Jungwon segera pergi ke belakang untuk memasak air.

"Abang pulang! Jungwon, Abang bawain martabak keju nih—"

Pas banget kalau Bang Hongseok pulang jam segini. Biasanya agak maleman.

"Ngapain lu di sini?!"






















Haloo guys, minal aidin wal faidzin ya. Huhu maaf baru muncul lagi. Aku janji bakalan tamatin ini book karena udah 2 tahun gak kelar-kelar :')

Itu aja dari aku, babai 👋

Kebalik Woy! | Junghwan ft.Zoa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang