BSS -02

355 55 1
                                    


Assalamualaikum!

HALOOOO!!!
INI KISAH MIRZA DARI CERITA YANG BERJUDUL "LANGIT PESANTREN."


SELAMAT MEMBACA

°°°°

"WOY KAKEK TUA!"

Disaat semua santri menunduk dan memberi salam pada sang Kiai, Mirza malah berteriak memanggilnya dengan sebutan tadi. Tidak sopan dan kurang attitude membuat semua pasang mata menatapnya dengan aneh.

Kiai Hasan, pria paruh baya yang diselamatkan oleh Mirza saat beberapa preman berniat mencelakainya. Kiai hasan, pria paruh baya yang membawa Mirza ketempat ini untuk dijadikannya seorang murid sekaligus seorang santri. Tujuannya tentu tak jauh dari itu, Kiai Hasan hanya ingin merubah pria jalanan itu agar mendapat tujuan tertentu.

Memang ada banyak sekali pria seperti Mirza yang Kiai hasan temui. Namun, hanya pria itu yang menerima dengan baik maksud dan tujuannya disaat beberapa remaja seusianya langsung menolak dan memakinya.

Kiai Hasan sangat bersyukur karena Mirza langsung menyetujui ajakannya untuk ke pesantren. Dan oleh karena itu, Kiai Hasan akan bertanggung jawab penuh atas semua perilaku yang akan Mirza lakukan selama di tempat itu. Termasuk memberinya pelajaran tentang agama untuk generasi zaman sekarang.

"Nak Mirza, alangkah baiknya mengucapkan salam jika hendak menyapa seseorang, biar lebih sopan!" ujar Kiai Hasan yang membuat wajah Mirza masam.

"Eh kakek tua, gue---"

"Ucapkan dengan lembut.  Assalamualaikum."

Mirza menggaruk pelipis dengan pelan. Mengeluarkan kata salam dari mulutnya terasa kaku, selama ini dia tak pernah mengucapkan hal itu jadi agak aneh terdengarnya.

Sedangkan di sisi lain Kiai Hasan mengangkat kedua alisnya sembari menunggu jawaban Mirza atas salamnya tadi.

"Assalamualaikum," ucap Mirza dengan lantan namun sedikit kaku.

Kiai Hasan tersenyum, "Wa'alaikumussalam!"

Senyum tulus Kiai Hasan tentu keberuntungan bagi Mirza sendiri. Ketika seorang anak mendapatkan senyum serta tawa kedua orang tua bukankah hal yang membahagiakan? Nah, Mirza merasakan itu dengan sendirinya.

"Assalamualaikum, Kiai."

"Abi..."

Kedua pria berbeda usia tersebut mengulurkan tangan untuk mencium tangan Kiai Hasan. Namun, saat giliran Ustadz Mahmud yang ingin mencium tangan, Mirza segera menepisnya. Bukan tangan sang Kiai yang ia cium melainkan tangan Mirza.

"Apa? Kenapa? Mau marah?" ucap Mirza disertai nada sewotnya. Pria itu beralih menatap Kiai Hasan. "Jangan mau dipegang sama pria ini, Kek. Nanti tangannya ditarik terus di putar!"

Atas ucapan Mirza yang menuduhnya tentu membuat sang korban sindiran tak terima. Jika saja didepannya tidak ada Kiai Hasan, pria itu sudah dari tadi pasang badan kemudian memutar mulut Mirza.

"Kau lagi ...." Kali ini Raihan yang bersuara. Seorang pria berjubah yang diyakini sebagai santri memansang tak suka pada Mirza. "Aku sudah menyuruhmu untuk pergi, 'kan? Apa yang kamu lakukan disini?" Lanjutnya.

"Aku yang menyuruhnya untuk datang ke tempat ini. Mirza akan menjadi salah satu Santri di pesantren kita," ujar Kiai Hasan.

Raihan tentu tidak setuju dengan hal itu. Menurutnya, pria seperti Mirza hanya akan mengacaukan tempat ini. Dari karakternya saja Mirza bukanlah orang yang baik. Itu pandangan Raihan.

Bukan Sekedar Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang