BSS -19

88 23 2
                                    

Assalamualaikum...

Happy reading 📍📍

Gelagat aneh dari kejauhan sana membuat Mirza menajam kan matanya dibalik ruangan itu. Sudah satu jam lamanya ia mengawasi orang tersebut, namun belum ada pergerakan sama sekali.

Sudah tiga hari belakangan ini Mirza terus melihat seseorang di tengah malam. Setelah kejadian pembunuhan Santriwati beberapa waktu lalu membuatnya terus waspada, ia tau bahwa pasti ada niat terselubung dari sang penerornya.

Itulah mengapa setiap malam Mirza berpatroli mengelilingi Pesantren, walupun ada larangan tetap saja ia melakukan hal itu.

Hingga beberapa saat kemudian setelah mengawasinya, Mirza membenarkan penglihatannya, orang itu tidak melakukan pergerakan sama sekali. Hingga saat kepergian orang tersebut pun, tak membuat dirinya curiga.

Sreett...

"Aarrgghh!!"

Pendengarannya tidak salah, itu suara pekikan seseorang yang kesakitan. Mirza mulai mengedarkan pandangannya, mencari sumber suara itu.

"Aarrgghh!!"

Lagi! Jeritan itu terdengar, tapi darimana asal suara itu? Mirza sudah menajamkan matanya, menyusuri seluruh area disekitarnya, ia sangat yakin tak jauh dari sana. Suara itu sangat dekat dengannya.

"Aarrgghh!!"

Sialan! Mirza dibuat frustasi. Ada suara namun tak ada wujudnya. Apakah ada seseorang yang mempermainkannya? Tepat saat itu juga, akhirnya sosok tersebut tertangkap dimatanya. Orang itu berjalan santai menuju kamar Kyai Hasan!

Bruk!

Orang itu tersungkur kebawah karena penyerangan Mirza yang tiba-tiba. Karena suasananya gelap dia belum bisa melihat wajah orang itu, namun itu tidak penting, so, orang itu sudah berada dicengkeramnya sekarang.

Mirza menarik secara kasar orang itu agar berdiri menyamai dirinya. "Lo pikir, gue---" Mirza tak bisa melanjutkan ucapannya saat orang dihadapi tersebut memandanginya dengam tajam.

Orang itu Raihan!

"Berkeliaran tengah malam sudah cukup membuat ku percaya bahwa kamu memang pelaku yang membunuh santriwati kala itu." Raihan berucap demikian.

"Lantas, siapa lagi yang akan kau bunuh? Apakah diriku?"

Kepalan tangan Mirza begitu erat di kerah baju Raihan. Tanpa sadar, pria itu membuat Raihan mengerang sinis. Kedua bola matanya masih menatap manik mata Raihan. Dia salah sasaran.

"Apa yang lo lakuin disini?!" tanya Mirza.

"Seharusnya itu pertanyaan ku untuk mu!" Raihan menyahut sembari melepaskan tangan Mirza dibajunya.

"Dari awal aku katakan, kamu seharusnya tidak berada ditempat ini. Ketenangan kami seketika hancur, dan itu karena mu!"

Apa yang menjadi pikiran Raihan dari awal memang terjadi. Orang seperti Mirza hanya mendatangkan permasalahan dalam Pesantren, dan itu sudah terjadi sejak benerapa minggu kemarin.

Musibah kebakaran dan pembunuhan salah satu santri tidak mungkin terjadi tanpa adanya motif. Seseorang pasti merencanakan hal itu, dan Raihan yakin bahwa semua ini adalah ulah Mirza yang tak mau mengakuinya.

Bukan Sekedar Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang