•
•
•
•
Selamat membaca❤️
~~~
"Gimana, aman gak?"
Raden menunduk menatap Sergio dibawah sana. Dari ekspresi yang pria itu tampilkan menunjukkan kesan tertekan, tapi faktanya memang begitu. selain tertekan, Sergio juga hampir tak tau cara mengeluarkan napasnya karena saking lamanya dia menahan beban yang begitu berat dikedua pundaknya.
Yah, saat ini dia berdiri dibawah sedangkan Raden berada diatasnya dengan menginjak kedua bahunya itu. Entah kenapa tujuan mereka untuk ke panti asuhan gagal saat tak sengaja melewati Pesantren.
Sergio mendongak keatas menatap Raden yang sedang berusaha melihat keadaan didalam sana, namun, disitu juga Sergio tak tahan lagi. Sungguh, Raden sangat berat.
"Den!" panggilnya yang membuat sang empu melihat kebawah.
"Lo kalau jatuh jangan teriak, ya!" lanjutnya.
"Maksud, lo---"
Bruk!
Hancur sudah pertahanan Sergio, ia memegang kedua bahunya yang sangat sakit, bahkan tanpa mempedulikan orang yang meringis kesakitan disampingnya.
"Sialan, lo!" umpat Raden.
Pria itu berusaha berdiri dengan Sergio, sungguh tulang ekornya sangat sakit saat bertemu dengan tanah dibawah.
"Kalian ngapain disini?"
Awalnya kedua pria itu mengira bahwa salah satu santri yang berkata demikian. Tetapi, saat melihat wajah pria itu, mereka berdua dibuat melongo.
Seorang pria berwajah lesu disertai dengan rambut yang beracak. Celana pendek selutut dan baju kaos hitam dengan sebuah sarung yang ia tenggerkan di leher. Kesannya seperti bapak-bapak yang habis bangun tidur karena berjaga di pos ronda.
"Widih. Keluar dari pondok bukannya memperbaiki nasib malah ngelunjak masib. Ngomong-ngomong, sejak kapan lo beralih profesi jadi maling?" sahut Sergio yang membuat Radit berdecak.
"Gue habis ngeronda malam, anjir! Sialan banget, tuh, bapak-bapak. Muka seganteng Agam Fahrul masa dibilang cocok jadi tukang tangkap maling!" gerutu Radit.
Sergio dan Raden tertawa, "ya, lo goblok! Kenapa juga lo mau lakuin itu!" timpal Raden.
"Sekali-kali jaga kampung orang, siapa tau ketemu tante Kunti yang cantik!"
"Emang goblok, lo!" ucap kedua temannya bersamaan.
Kini mereka bertiga sudah berada di area pesantren, sebenarnya tadi, Radit mengunjungi rumah itu karena tak ada tempatnya pulang selain disana. Saat mau sampai, ia melihat Sergio dan Raden berjalan dengan tergesa-gesa, akhirnya ia pun mengikuti mereka dan ternyata kedua temannya menuju Pesantren.
Radit tidak mau menghampiri mereka lebih cepat, karena ingin melihat apa yang akan kedua temannya lakukan ditempat itu. Sampai ketika melihat Raden yang terjatuh kebawah membuatnya tertawa hingga memutuskan untuk menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekedar Santri
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [ON GOING] Belum di revisi Pria dengan kopiah hitam dikepalanya yang sedikit miring tengah memandang satu bangunan yang cukup besar di hadapannya. Sarung yang tadinya ia pakai kini berada dilehernya dan bergelantungan bebas...