BSS -28

43 10 0
                                    


Happy reading 📍
Typo dimana-mana!!

°°°°°°

Berbadan besar disertai otot-otot yang besar pula, disanalah empat pria yang sok alim harus berhadapan dengan preman yang dulunya masih mempunyai niat jahat pada Mirza. Yaps, Raden, Radit dan Sergio tak sengaja membuat preman itu harus bertemu dengan Mirza saat ingin menuju pesantren.

Disaat tiga temannya yang lain menatap lurus disertai ketakutan, Radit malah menyipitkan matanya sembari menghitung jumlah orang dihadapannya. Matanya membulat setelah berhasil menghitung mereka satu persatu.

"Dua lusin, Anjir!!"

Radit menopang kedua pipi Mirza yang berdiri disampingnya agar pria itu menoleh kearahnya.

"Gue udah bilang jangan lewat sini! Lo keganjengan banget mau berkelahi." tuturnya.

Mirza melepaskan wajahnya dari kukungan Radit kemudian kembali menatap kedepan. Dengan susah payah, dia meneguk ludahnya. Sungguh, tubuhnya bergetar kala melihat para preman itu, apalagi dengan porsi tubuh mereka yang terbilang kekar pasti punya tenaga yang banyak.

Berbanding terbalik dengan mereka berempat, tubuh kurus yang tak berotot hanya mengandalkan tinggi badan saja. Yakinlah, mereka tidak akan menang melawan preman itu, dengan jumlah yang sangat sedikit mana bisa menang?

Sergio merapatkan tubuhnya pada Mirza lalu berbisik, "Za, nama gue belum siap tertulis di batu nisan."

"Gimana, nih, Za" sahut Raden.

Mirza menatap teman-temannya satu persatu, setelah itu ia beralih menatap preman didepannya yang sudah siap badan menyerang mereka.

Dengan perasaan yang begitu berat Mirza berucap, "langkah paling aman adalah, LARI!!" Saat itu juga dia berlari terbirit-birit.

Mereka semua yang ada disana memfokuskan pandangannya pada Mirza yang berlari kesetanan. Ketiga temannya membulatkan mata saat mereka ditinggal begitu saja, hingga akhirnya ikut berlari dengan dua lusin preman yang mengejarnya.

Mirza, Sergio, Raden dan Radit berlari dengan berpencar begitupun dengan preman itu, mereka membagi dirinya untuk mengejar keempat bocah laknat tersebut.

Posisi mereka berlari seperti suatu tempat yang dikelilingi bangunan semacam ruko. Ditempat itu terbagi menjadi empat gang yang mana nanti jalan keluar akan mempertemukan mereka pada satu pintu.

Mirza, Sergio, Raden dan Radit berlari di lorong masing-masing. Dengan keberadaan preman yang masih mengejarnya membuat orang-orang yang berada disana menjadi resah akibat ulah mereka.

Disatu sisi, Mirza berlari menyusuri lorong yang cukup terbilang tak sempit namun tak juga luas. Keadaan disana cukup sunyi, hanya beberapa orang saja yang berjalan disamping membuatnya tak bisa menemukan penghalang untu orang yang mengejarnya dibelakang.

Dalam hal itu tersirat dibenak Mirza saat melihat jejeran jemuran yang bertender didepan salah satu rumah. Pria itu pun berlari kesana lalu mengambil satu persatu pakaian itu kemudian melemparnya hingga menutupi wajah preman itu dan Mirza berhasil lolos.

Bukan Sekedar Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang