Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatu 🤗
•
•
•
•Selamat membaca
°°°°°°"Assalamualaikum ukhti ...."
"Hai, Ukhty."
"Assalamualaikum lagi, Ukhty."
"Eh, ada Ukhty."
"Aku antar ke asrama, ya?!"
Setiap hari, detik, menit dimanapun ia berada, suara Mirza terus menghantui telinganya. Bahkan tak segan-segan, pria itu terus mengungkapkan perasaan walau ditempat umum.
Seperti sekarang, di depan asrama putri yang mana para Santriwati terus menatap dirinya kala Mirza mengikutinya sampai ketempat itu. Tentu Zira merasa terganggu dengannya, jangan sampai ada gosip tersebar di pesantren yang tidak-tidak mengenai dirinya hingga mendatangkan masalah.
"Bisa, tidak, kamu jangan ikutin aku terus?" ungkapnya.
"Bisa! Tapi sulit."
Harus bagaimana lagi Zira katakan pada Mirza agar menjauh darinya? Setiap kali mereka berpapasan seperti ini pasti ada saja orang yang melihat itu, jangan sampai orang salah paham dengan keadaan mereka. Zira tak mau jika nanti ada yang menganggap bahwa dirinya sedang menjalani hubungan dengan Mirza.
Ingin melangkah saja, Mirza sudah duluan menghalangi nya, pria itu selalu melakukan gerakan lebih cepat sebelum dirinya. Bergeser sedikit saja, tangan Mirza pasti akan bersemayam dilengannya, Zira tak mau itu, dia tau batasan dengan sesama jenis.
Jadi bagaimana caranya dia menghindar? Dan mengapa Mirza selalu berhasil berhadapan dengannya, padahal Zira sudah berusaha keras agar tak menampakkan wujudnya pada pria itu.
Allahuakbar Allahuakbar...
Zira bernapas lega ketika suara Azan itu terdengar. Melihat wajah Mirza yang masih memandanginya, membuat ia segera bergerak untuk pergi. Namun, bukan Mirza a kalau dia tak menahan gadis itu.
Zira menjauhkan tubuhnya saat Mirza hendak memegang pergelangan tangannya. Alhasil, pria itu mengangkat kedua lengannya keatas, karena mengerti sesuatu.
"Gue gak akan sentuh apapun! Tapi, lo harus bareng gue ke Masjid!" pintanya yang membuat Zira langsung menolak.
"Aku bisa sendiri. Permisi, Assalamualaikum!" Usai mengatakan itu, dan tanpa embel-embel apapun lagi, Zira segera meloloskan diri. Namun, keberadaan Mirza yang langsung berada didepannya membuat ia terkejut.
"Lo harus mau, gue maksa! Katanya, kalau kita mengajak seseorang untuk beribadah maka orang itu akan mendapat pahala. Jadi, karena gue mau dapat pahala, lo harus ikutin ajakan gue," jelasnya.
"Lebih berpahala lagi kalau kamu mengajak orang terdekat kamu yang sangat enggan untuk beribadah."
"Iya. Seperti lo yang didekat gue sekarang."
"Maksudnya, teman, keluarga, ataupun sahabat kamu yang sama sekali tidak ingin untuk Salat. Permisi, Assalamualaikum!"
Zira menghembuskan napasnya berat, sedikit lega saat berhasil berjalan kembali tanpa halangan dari Mirza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekedar Santri
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [ON GOING] Belum di revisi Pria dengan kopiah hitam dikepalanya yang sedikit miring tengah memandang satu bangunan yang cukup besar di hadapannya. Sarung yang tadinya ia pakai kini berada dilehernya dan bergelantungan bebas...