19

1.4K 174 2
                                    

Jeno menginjak pegal gas dengan kecepatan maksimal, lelaki itu sama sekali tidak mengeluarkan suara nya .

Dia menyetir mobil dengan tenang, namun rahang nya menegang seperti menahan amarah , tangannya mencengkram putar kemudi nya hingga memutih .

"Apakah kak Jeno akan berbuat kasar lagi pada ku "

Haechan semakin takut ketika Jeno membelokkan mobil nya ke arah sebuah mansion mewah , bahkan berkali-kali lipat lebih mewah dari rumah haechan yg sederhana .

Haechan terkesiap saat pintu mobil di samping nya terbuka, ternyata Jeno sudah keluar dari mobil , lelaki itu membukakan pintu penumpang dengan wajah dingin nya .

"Keluar "

perintah dingin dari Jeno hanya di balas dengan keterdiaman haechan,
Gadis itu membuang wajah nya ke samping, berniat bertahan .

Jeno menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya kembali .

"Ayo keluar " Jeno merendahkan suara nya , hingga suara lembutlah yg keluar dari mulut nya .

Jeno meraih tangan haechan untuk membantu nya keluar dari dalam mobil ,dan entah kenapa haechan menuruti nya begitu saja .

Mereka berjalan memasuki mansion dengan Jeno yg setia mengandeng tangan haechan .

Laki laki itu mengerutkan kening nya karena tangan haechan yg begitu dingin dan berkeringat .

Apakah haechan begitu takut pada nya ? Jeno benci memikirkan hal itu .

"Kita ada di mana " tanya haechan dengan lirih

"Rumah "

"Rumah"Haechan menatap Jeno dengan pandangan sendu .

"Rumah kita berdua"

"Tapi ini bukan rumah ku , aku ingin pulang "

Jeno berhenti dan menoleh ke belakang , mata nya jatuh sepenuhnya pada haechan.

Seperti dugaan nya , gadis itu kembali menangis, Jeno memijit pelipis nya lelah .

"Berhentilah menangis, aku bahkan tidak sedikit pun menyakiti mu "kata Jeno mulai kesal .

Sementara Haechan semakin menangis dengan keras dengan tubuh nya yg gemetar.

"Ya Tuhan, apa yg harus aku lakukan agar kau kembali tenang "Jeno meremas rambut nya frustasi, tidak di mobil ,tidak di sini  , gadis itu selalu saja menangis .

"Tidak cukup membuat gadis itu hamil , sekarang kau membuat nya menangis, kau sungguh hebat ,Jen "

Suara itu berhasil membuat haechan berhenti menangis, kaki nya mundur ke belakang dan berlindung di tubuh Jeno ,tangan nya mencengkram tangan Jeno , takut .

"Kau tidak perlu takut , aku adalah calon kakek dari janin di perut mu " kata Donghae

"Kenapa ayah sudah pulang " Jeno menyergitkan keningnya , selama ini ayah nya itu tidak pernah pulang sepagi ini .

"Aku ingin melihat secara langsung gadis yg kau hamili itu Jen" Donghae tersenyum menatap haechan, gadis itu hanya bisa menunduk malu .

"Sudah cukup melihat nya ! , Ayah membuat nya takut "

"Baiklah , ayah akan pergi sekarang , bersenang  senanglah " Donghae menarik bibir nya ke atas sehingga membentuk senyuman aneh , yg hanya di mengerti oleh Jeno .

Haechan menatap kepergian Donghae hingga sebuah tangan terulur ke arah nya .

"Ayo "Jeno mengulurkan tangan nya pada haechan, gadis itu bisa melihat ketajaman sekaligus kehangatan di mata Jeno .

Laki laki yg sangat dia takuti di masa lalu , Jeno yg melakukan hal buruk pada nya , dan kini laki laki itu kembali melakukan hal yg lebih buruk lagi kepada nya .

Lelaki itu telah mengambil keperawanan nya yg berakhir menghamili dirinya .

Haechan sungguh berharap dapat membenci Jeno , namun hal itu sangat sulit untuk nya .

Terlalu banyak cerita yg telah di dengar nya , cerita cerita yg membuat nya jatuh cinta.

Tenggorokan nya tercekat , haechan mencoba menahan air mata nya yg siap keluar kembali.

Saat itu haechan menyamarkan tangisan nya dengan menyambut tangan kukuh Jeno , dia memejamkan mata nya.

Apakah ini hukuman yg harus haechan tanggung, mencintai seseorang yg tidak seharusnya haechan cintai, mencintai seseorang yg telah memberikan derita di hidup nya .

.
.
.
























Tiga tahun yg lalu

Seorang laki laki tinggi menatap jijik seorang gadis yg tengah menangis di lantai .

"Setelah ini kau akan menerima penderitaan dariku, karena kau sudah berani membohongi ku "lelaki itu berjongkok dan mengangkat dagu sang gadis .

"Hiks ...hiks "

"Kalau saja waktu itu kau tidak menghianatiku , kau tidak akan mengalami semua ini , haechan"  di liriknya ketika teman nya yg tengah berdiri di belakang nya .

"Bersenang senanglah"

"Tentu saja bos " sahut salah satu di antara mereka dengan mata berbinar.

"Kak ,jangan lakukan ini " haechan menangis tersedu sedu ketika Jeno mendorong nya hingga jatuh ke lantai .

Jeno berbalik dan berjalan menuju ke arah pintu tanpa berniat melihat wajah haechan yg penuh dengan air mata .

"Kak Jeno ! , Jangan tinggalkan aku ! , Jangan " haechan terisak memanggil nama lelaki itu hingga akhirnya Jeno berdiri di ambang pintu lalu pergi tanpa menoleh kebelakang.

"KAK JENO "

Jeno berjalan melewati lorong dengan langkah hampa , dia masih mendengar suara tangis haechan di telinga nya ,begitu pun dengan ekspresi ketakutan penuh linangan air mata di wajah gadis itu .

Jeno berhenti dan menyandarkan tubuh nya ke dinding, mengusap wajah nya dengan kedua tangan nya .

"Bukankah seharusnya aku senang karena bisa membuat haechan menerima pelajaran nya ,membuat gadis yg berani menghianatiku itu mendapatkan balasannya"

Be With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang