29

1.3K 138 1
                                    

Haechan yg baru saja mengalami pendarahan, serasa mati rasa dan lemah seketika.

Gadis itu masih ingat ketika Jeno memberikan pernyataan kepada nya .

Pernyataan yg membuat jantung nya berdegup kencang, dan saat ini pun masih sama  , jantung nya berdetak dengan ritme yg tidak beraturan.

Hati kecil nya resah , namun sebagian hati nya yg lain tidak menunjukkan demikian.

Genggaman lembut dan erat dari tangan Jeno di tangan nya sedikit memberikan efek ketenangan untuk nya .

"Sebentar lagi kita sampai" Jeno tersenyum kepada nya ,lalu kembali melihat ke depan.

Dengan sebelah tangan nya yg bebas , Jeno mengemudikan mobil nya melewati hutan .

Haechan melihat ke luar jendela, dia pernah melewati tempat ini , gadis itu tersentak ketika mobil itu melewati sebuah jalan berbatu , lalu berhenti tepat di depan semua rumah mewah yg berada di dalam hutan , satu satu nya rumah yg berada di tempat ini .

"Tempat ini ...

Ucapan haechan menggantung , rumah ini mengingatkan nya pada peristiwa penculikan diri nya beberapa bulan yg lalu ,Jeno menyekap nya di sini sekaligus membuat nya hamil .

"Rumah ini akan menjadi rumah kita"ucap Jeno .

Jeno tau bagaimana perasaan haechan saat ini , tubuh gadis itu menegang dan mata nya penuh akan ketakutan ketika dia membawa nya ke tempat ini .

Jeno menyalahkan diri nya sendiri karena sudah memberikan memori kelam untuk haechan.

Tapi apa yg harus dia lakukan, hanya rumah inilah satu satu nya yg Jeno miliki , rumah dari mendiang ibu nya .

Rumah yg telah di wasiatkan atas nama nya dan di berikan untuk nya sebelum ibu nya menghembuskan nafas terakhir nya .

22 tahun, usia yg cukup dan berhak untuk Jeno mendapatkan kembali hak nya , rumah dan juga cinta nya .

.
.
.

Jeno keluar dan berjalan memutar mobil nya , kemudian membuka lebar lebar pintu untuk haechan.

"Ayo " Jeno mengulurkan tangan nya dengan lembut, dia bisa melihat keraguan untuk kedua kali nya di mata bening gadis itu .

Pertama , saat Jeno mengajak nya pergi dan meninggalkan rumah sakit,
Kedua adalah.......saat ini .

Haechan merasakan mata nya memanas , dia ingin menangis, hati nya benar benar resah dan gundah .

Di satu sisi haechan merasa takut karena jauh dari kedua orang tua nya ,namun di sisi yg lain nya , haechan tidak ingin menjauh dari Jeno .

"Kak Jeno , aku takut " lirih nya dengan bibir bergetar .

"Apa kau tidak percaya pada ku "Jeno berjongkok di depan haechan, jari nya mengusap pipi gadis itu lembut.

Haechan menggeleng, dia percaya dengan Jeno ,hanya saja .....

"Kalau begitu apa yg kau takutkan" tanya Jeno kemudian.

Haechan tercekat, suara nya menghilang bersamaan dengan rasa takut yg mulai melanda diri nya .

"Aku akan menjaga mu , aku tidak akan menyakiti mu , aku janji "Jeno menggenggam tangan haechan lalu merasakan gadis itu membalas genggaman nya .

haechan akhir nya tersenyum, dia mengangguk pelan sebagai bentuk persetujuan.

"Kalau begitu, ayo kita masuk ke dalam " Jeno membantu haechan keluar dari dalam mobil .

Laki laki itu menuntun nya masuk ke dalam rumah kayu berdesain minimalis dan elegan.

Haechan pernah tinggal cukup lama di sini ,namun kekaguman yg terpancar di kedua mata nya tak pernah mampu gadis itu hapus .

Dinding rumah itu terbuat dari kayu dan tumpukan batu yg tersusun sempurna dan rapi , lantai nya pun tampak sama , begitu kukuh di bawah nya .

"Welcome to our home "Jeno melemparkan senyum hangat nya untuk haechan, dan gadis itu membalas nya dengan anggukan dan senyum manis nya.

.
.
.


































"Bagaimana anakku bisa hilang ! , Rumah sakit macam apa yg membiarkan pasien nya pergi begitu saja ! " Seorang pria paruh baya dengan kacamata bertengger di hidung nya menatap marah pada dokter ten yg ada di depan nya .

"Chanyeol tenanglah" pria paruh baya yg ada di samping nya mencoba mencairkan suasana tegang saat ini .

"Tenang ? , Bagaimana aku bisa tenang ! ,Ini semua karena ulah anak mu ! " Teriak nya

"Kau selalu saja menyalahkan Jeno , tidakkah kau melihat betapa Jeno sangat mencintai anak mu "

"Kalau Jeno memang mencintai anak ku , tidak seharusnya dia membuat anak ku menderita seperti ini ! "

"Chanyeol, ini semua salah kita berdua "

Chanyeol diam , Mata nya menatap tajam Donghae, pria yg ada di hadapan nya .

"Kalau saja waktu itu kau tidak menjebloskan ku ke dalam penjara , kalau saja waktu itu kau menerima tawaran ku untuk bekerja sama , ini semua tidak akan pernah terjadi "

Kembali keheningan menjadi saksi bisu pernyataan Donghae.

"Sekali lagi takdir memang tidak bisa di tebak oleh manusia mana pun di dunia ini , ternyata ............mereka berdua memang sudah saling mengenal sebelum kita berdua bersitegang seperti ini " Chanyeol hanya diam mendebarkan pernyataan dari Donghae.

"Kalau saja waktu itu kita melawan ego kita masing masing, semua ini tidak akan terjadi "

Be With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang