03

2.9K 315 39
                                    

A SasuHina Fanfiction

.

Characters © Masashi Kishimoto
Story © chloenaru

.

Happy Reading^^














Sudah lewat sebulan semenjak kejadian malam itu, Hinata pun sudah merasa lebih baik setelah 2 Minggu menenangkan diri. Ia sudah kembali beraktivitas seperti semula sejak seminggu yang lalu. Keluarganya pun sudah tahu tentang kejadian yang menimpanya, termasuk sang ayah.

Hinata bertekad menceritakan semuanya kepada ayahnya itu. Hinata yang saat itu ditemani oleh ibunya merasa sedikit lebih tenang, dan menceritakan kejadiannya kepada Hiashi. Selama Hinata bercerita, kepala keluarga Hyuuga itu hanya terdiam, terlihat sirat kekecewaan di matanya tetapi, kesedihan lebih mendominasi di sana.

Daripada merasa kecewa kepada putrinya, pria paruh baya itu lebih merasakan kecewa kepada dirinya sendiri-merasa gagal menjaga gadis kecilnya. Ia tidak bisa memarahi Hinata karena secara teknis itu merupakan kecelakaan. Apalagi mengingat putrinya yang menangis meraung setiap malam, sebelum Hinata mengatakan yang sebenarnya kepada Hiashi.

Ayah dua anak itu hanya dapat menarik putrinya ke dalam pelukan hangatnya, mencoba memberikan kekuatan kepada Hinata, dan mengatakan semua akan baik-baik saja karena Hinata mempunyai keluarga yang menyayanginya. Persis seperti yang ibunya katakan. Selama bercerita, Hinata tidak menyebutkan nama pria itu, ia hanya menceritakan kronologis kejadian secara garis besarnya.

Berkat dukungan keluarganya, Hinata kembali bangkit dari keterpurukannya. Hinata merasa sangat bersyukur dengan kehadiran dan kasih sayang keluarganya untuknya.

Hari ini, Hinata telah bersiap untuk berangkat ke kantor. Kaki Hinata melangkah ke arah dapur untuk sarapan bersama sang ayah, ibu, dan adik tercintanya.

"Selamat pagi, Ibu." Sapa Hinata kepada Hikari yang sedang menyiapkan sarapan. Bibir Hinata mengecup sekilas pipi wanita paruh baya itu.

"Pagi juga, putri ibu yang cantik. Duduklah, kita sarapan bersama." Ujar Hikari dengan senyum manis yang terukir di wajahnya.

Hinata menarik kursi lalu mendudukkan dirinya. "Maaf tidak membantu ibu membuat sarapan,"

"Tidak masalah," balas Hikari sekilas karena dirinya sedang menyusun makanan di atas meja makan.

Kepala Hinata celingak-celinguk mencari kehadiran dua manusia bersurai coklat. Tak menemukan apa yang dicarinya, sejurus kemudian ia bertanya kepada ibunya. "Dimana ayah dan Hanabi, Bu?"

"Ayahmu sudah berangkat ke kantor, katanya ada rapat pagi. Hanabi mengikut ayahmu karena ia ada piket hari ini." Hikari menjelaskan seperti apa yang tadi dikatakan oleh sang suami dan putri bungsunya.

"Begitu," kepala Hinata sedikit mengangguk tanda mengerti.

Setelah makanan tersusun dengan rapi, Hikari mengambil duduk di depan Hinata. Menatap wajah Hinata, seperti ada yang aneh pikirnya.

"Hinata, wajahmu pucat." Sang ibu memberitahu, tangan nya menunjuk wajah Hinata.

Hinata sedikit tersentak, "Benarkah?"

"Iya, apa kau sakit?" Tanya sang ibu khawatir.

"Aku hanya sedikit pusing tetapi, aku baik-baik saja, Bu." Jawab Hinata mencoba meredakan kekhawatiran ibunya.

Hikari menatap wajah Hinata sebentar, lalu berucap, "begitu...."

"Ah, ayo kita sarapan." Lanjut Hikari.

MOTIVE [SH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang