04

3K 352 37
                                    

A SasuHina Fanfiction

.

Characters © Masashi Kishimoto
Story © chloenaru

.

Happy Reading^^








Siang itu matahari terlihat sangat terik, hawa terasa sangat panas. Begitu juga suasana dalam salah satu ruangan di kediaman Hyuuga. Saat ini, dua manusia berbeda gender sedang duduk berhadapan. Di atas meja sebagai penghalang mereka terdapat 2 cangkir teh hangat beserta tekonya, dan ada juga beberapa camilan yang siap untuk disantap.

Namun, hidangan itu tidak menarik perhatian sepasang anak dan ayah itu. Sudah ada 30 menit mereka terdiam hanya untuk saling memandang. Si ayah menunggu anaknya untuk mulai berbicara. Melihat tidak ada pergerakan dari putrinya, Hiashi pun membuka suaranya terlebih dahulu. "Apa yang ingin kau bicarakan, Hinata?"

Hinata tersentak mendengar suara Hiashi, pasalnya, ia sedang melamun tadi. Menarik nafas sejenak, kemudian menatap netra sang ayah. "Kemarin aku pingsan," ucap Hinata pelan, terlihat ia ingin kembali melanjutkan kalimatnya tapi, dengan segera disela oleh sang ayah.

"Apa? Bagaimana bisa? Apa kau sakit lagi?" Hiashi bangkit berdiri ingin menghampiri Hinata tapi, urung dilakukannya. Tubuhnya kembali ia jatuhkan di sofa, fokusnya balik kepada Hinata.

"Aku tidak apa-apa, ayah." Hinata meremat kedua tangan di atas pangkuannya. "A-aku i-ingin mengatakan sesuatu kepadamu." Lanjutnya.

Hiashi tampak tenang mendengarkan, masih menunggu Hinata melanjutkan ucapannya.

"Aku dibawa ke rumah sakit, ketika di periksa ternyata...." Hinata menggantung kalimatnya, melirik sekilas kepada sang ayah yang ternyata masih bergeming di tempat.

Hinata menghela nafas perlahan, mencoba meyakinkan dirinya untuk melanjutkan kalimatnya. "Aku hamil, ayah."

Tidak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulut Hiashi. Hinata menunduk dalam, tidak berani menatap netra ayahnya. Namun, Hinata merasa dirinya harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Ia kembali berucap. "Aku akan mempertahankan janin ini, maaf aku mengecewakan ayah. Jika ayah tidak bisa menerima keputusanku ini, aku siap menerima konsekuensi apapun tapi, aku mohon biarkan aku mempertahankan anakku."

Kemudian Hinata menatap mata sang ayah yang menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Mereka terdiam, hanya saling menatap netra satu sama lain. Hiashi melihat sirat ketegasan dan keyakinan dalam mata Hinata.

Hiashi menutup matanya sejenak, mencoba mengontrol emosinya dan tetap berpikir jernih.

"Kau yakin, Hinata?" Tanya Hiashi dengan nada tegas.

"Aku sangat yakin, ayah, mungkin aku akan sedikit kesulitan tapi akan berusaha." Jawab Hinata.

Hiashi menghela nafas, "katakan padaku, Hinata." Suaranya terdengar dingin, Hinata sedikit merinding mendengarnya.

"Y-ya, ayah?"

"Dengan siapa kau melakukannya? Tidak perlu kau tutup-tutupi." Hiashi sedikit geram dengan Hinata yang tetap bersikeras tidak ingin memberitahukan nama pria itu.

"Ma-maafkan aku, aku tidak ingat wajahnya." Itu alasan yang Hinata katakan kepada kedua orang tuanya ketika ditanya siapa yang melakukan hal itu kepadanya.

Hiashi yang merasa Hinata sangat keras kepala pun kembali pasrah. Lebih baik ia mencari tahunya sendiri, itu pikir Hiashi.

Hiashi sedikit merilekskan tubuhnya, meraih cangkir yang berisi teh yang sudah tidak hangat. Kemudian menyesap teh itu sejenak. Meletakkan kembali cangkir ke atas meja dan bertanya kepada putri sulungnya. "Kau sudah periksakan kandunganmu?"

MOTIVE [SH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang