28

187 24 2
                                    

"Apa benar disini ?" Tanya Hinata ragu, ia mencengkram setir sedikit kuat, menyalurkan rasa khawatir.

"Alamat dan cirinya benar." Ino menatap ponselnya dengan seksama, jikalau mereka salah.

Sekarang, mobil yang mereka berempat tumpangi sedang berhenti di dekat sebuah rumah sederhana, dengan pekarangan luas yang terawat dan cat dinding yang didominasi warna biru langit dan hijau muda, tempat itu nampak sangat hangat dan nyaman.

"Tak kusangka, mafia berbahaya ternyata punya rumah semanis ini." Tenten mendengus pelan, seakan menertawakan apa yang ia lihat.

"Sudah, lebih baik kita turun dan memastikan, kalian bawa untuk berjaga jaga bukan?" Sakura mengkomando, ketiga temannya mengangguk dan mengikuti si tunggal Haruno turun.

Sakura mendorong pelan pagar berwarna putih yang serupa warna dengan atap rumah dihadapan mereka. Keempatnya berjalan berhati hati, jikalau tenyata semua adalah perangkap.

Bel berbunyi begitu si gadis gulali menekan tombol di samping pintu, beberapa saat mereka menunggu, tidak ada jawaban. Sakura mencobanya beberapa kali lagi dan hasilnya tetap sama.

"Kita ditipu," simpul Tenten dengan wajah geram.

"Kita kembali saja." Belum selesai satu langkah menjauh, pintu yang sedari tadi tenang mulai bergerak, dibaliknya nampak seseorang yang begitu mereka kenal dalam medan tempur, Sabaku no Temari.

"Masuklah," ujar Temari singkat, iaberjalan terlebih dahulu diikuti keempat gadis itu.

Saat mereka sampai di ruang tamu, sudah ada beberapa camilan juga minuman, sepertinya Temari memang berniat menyambut mereka

Atau, ini adalah jebakan yang sebenarnya ?

"Silahkan dinikmati." Temari hanya bisa menghela napas saat keempat gadis itu tak kunjung menyantap apa yg ia sajikan. Tentu saja, mereka adalah musuh.

"Peralatan makan yang kita pakai terbuat dari perak, jangan khawatir."

Peralatan makan yang terbuat dari perak akan mengitam jika makanan atau minuman yang ada mengandung racun, tentu itu akan menjadi pembuktian terkuat.

"Jadi ? Apa yang kau inginkan ?" Tenten ingin cepat cepat mengetahui motif Temari memanggil mereka, tak tahan dengan rasa penasaran bercampur was was yang meledak ledak.

"Bicaralah santai, aku tak meletakkan alat penyadap atau semacamnya, hari ini aku tak menemui kalian sebagai musuh, sebaliknya aku ingin berkerja sama."

"Bagaimana kami bisa percaya ? Bukan karena kau tidak meracuni makanan ini maka kami akan percaya begitu saja seperti orang bodoh."

Tenyata gadis bersurai coklat itu masih tak puas dengan bukti yang ia sodorkan tadi "Rumah ini..." Temari menghela napas, menatap setiap sudut rumah dengan hati menghangat "... Adalah milik Hahaue."

Keempat gadis itu terhenyak, saling bertukar pandang.

"Satu satunya tempat... Dimana kami bisa menjadi... Keluarga pada umumnya." Temari teringat masa dimana ibunya masih hidup, menghiasi hari mereka. Saat mereka memanggang kue bersama di hari ulang tahun Sasori, saat mereka menonton film yang dibeli Rasa bersama, saat mereka membuat piknik kecil di taman belakang, semua di rumah ini.

Hati Temari menghangat, kenangan bersama ibunya memang selalu berhasil membuatnya meleleh. Temari sengaja memilih tempat ini, selain untuk mengambil kepercayaan keempat gadis FBI yang akan menjadi targetnya kali ini, ia juga ingin sekalian melepas rindu dengan ibunya. Setiap berada di rumah ini, Temari selalu merasa ibunya ada di dekatnya, mengawasinya, ia ingin ibunya kali ini melihat, gadis kecil yang dulu ia gandeng kemana mana sekarang telah menjadi gadis dewasa yang berani mengambil keputusan besar tanpa sang ayah.

Ini memang pertaruhan yang nekat tapi ini adalah jalan terbaik menurut pemikiran Temari.

Keempat gadis itu mengikuti arah pandang Temari ke sebuah pigura kecil di meja yang ada di sudut ruangan. Foto sebuah keluarga  bahagia dengan latar belakang pagar putih dan taman kecil, tempat yang menyambut mereka di awal tadi.

"Aku dengar, kalian berkerja sama dengan keluargaku untuk menangkap wanita yang sudah menjebakku, benar ?"

Mereka mengangguk membenarkan

"Kau butuh bantuan kami dalam hal apa ?" Tanya Sakura, ia menyeruput teh dingin dengan bau mint itu sedikit, kewaspadaannya mulai berkurang begitupun temannya yang lain.

"Aku punya sebuah rencana, kupikir ini lebih efektif dan cepat, aku berpikir kita bisa jadi bintang utama kali ini."

"Apa yang akan kami dapatkan ? Ini negosiasi bukan ?" Kini Hinata yang angkat bicara, aura kebangsawanannya benar benar terasa.

"Aku akan berikan informasi yang kalian inginkan, apapun itu."

"Bagaimana dengan kelemahan keluarga Sabaku ?" Celetuk Tenten, gadis itu sekarang sudah lebih santai  dari yang sebelumnya.

"Kecuali yang itu." Temari terkekeh, menyeruput tehnya dengan tenang.

"Kau yakin akan memberikan informasi apapun ?" Tanya Ino, gadis cantik yang sedari tadi diam itu menatap Temari penuh antusias.

"Ya, kupikirkan dulu apa informasi yang kalian inginkan."

Sakura menatap sahabatnya yang kini memasang senyum licik, ia akan membiarkan kesempatan kali ini jadi milik Ino, toh gadis itu juga akan berulang tahun. Yang lainnya pun sepertinya sepemikiran dengannya.

"Aku ingin tahu seluk beluk hubunganmu dengan Shikamaru, bagaimana kalian jatuh cinta, bagaimana kalian bertemu, dan semuanya ! Semuanya tanpa tersisa !" Gadis Yamanaka itu mengemukakan pemikirannya, terdengar sederhana tapi bagi Temari tentu itu berat. Membagi sesuatu yang spesial berdua dan kini harus membaginya lagi dengan orang lain benar benar membuatnya berpikir 2 kali.

"Kau yakin ingin menukar kesempatan ini dengan informasi tidak berguna itu ?"

Ino tertawa "Tidak berguna apanya ? Itu adalah salah satu hal yang tak bisa ku retas dan lacak tahu ! Aku Sampai tidak bisa tidur."

Ketiga temannya tertawa mendengar perkataan Ino, bahkan Sakura sampai mencubit perut sahabatnya.

"Dasar pig ! Ratu gosip ! Kasihan Shikamaru yang tertekan bersamamu sejak kecil ! Aku heran kenapa Shikamaru dan Chouji tidak ikut jadi penggosip ?"

Temari hanya diam menatap interaksi keempatnya, seulas senyum tipis terbit di wajah cantiknya. Benar benar hubungan yang hangat.

"Lagipula, menanyakan hal seperti ini dengan bertaruh apapun itu wajar dilakukan oleh teman bukan ? Tadi kau bilang sekarang kita sekutu," lanjut Ino, ia menatap Temari yang duduk tersendiri dengan tatapan hangat.

Temari tertegun, ia jadi ingat informasi pertama yang ia dapatkan soal Ino sebelum mereka ada di sekolah yang sama.

'dia gadis hangat yang penuh cinta, seperti bunga.'

Gadis Sabaku itu terkekeh "Kalian yakin akan menukar jasa dengan informasi ini ?" Semuanya mengangguk, nampak begitu penasaran.

"Baiklah," pungkas Temari "Aku akan menceritakan semuanya."

Lost Love { ShikaTema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang