30

191 16 1
                                    

"Apa rencanamu kali ini, Temari?" Tanya Sakura

Gadis itu menelan kukis di mulutnya sebelum menjelaskan "Aku ingin menghancurkan gedung itu dengan sebuah ledakan besar."

"Apa kita bisa melakukannya?" Hinata tampak sangsi "Maksudnya, gedung itu nampak masih sangat kokoh, tak akan hancur dengan 1 atau 2 bom."

"Bisa saja, gedung itu dulunya adalah tempat teroris yang akan melakukan aksi bunuh diri, ada beberapa titik lemah yang telah dipasang bom oleh mereka, jadi kita hanya harus menggunakannya."

Ino terdiam, nampak berpikir "Darimana kau tahu informasi itu?"

"Mudah," Temari menyerput teh nya sedikit lalu meletakkannya kembali "Sasori-Nii punya banyak informasi aneh di komputer pusatnya. Tidak masalah kan jika aku mengambil duplikatnya sedikit."

Semalam, Temari sudah mempersiapkan semuanya. Ia meretas komputer Sasori untuk mendapat informasi yang dibutuhkan meski itu cukup sulit. Gadis itu tahu, Sasori pasti memiliki informasi terkait masalah ini terlebih itu menyangkut dirinya, Sasori pasti punya detail yang berguna.

"Aku masih bingung," Tenten membuka suara "Kenapa kau minta tolong kepada kami padahal kau punya kekuatan dari keluargamu? Kami ini musuhmu."

Temari terdiam cukup lama, pandangannya teralih ke meja dekat dinding, tepatnya ke arah foto keluarga yang terpajang manis. Ia sedikit berpikir apa yang membuatnya seperti ini.

"Mungkin itu karena... Aku tak ingin membuat mereka kerepotan dan khawatir padaku," jawab Temari.

Satu persatu bayangan keluarganya muncul, kenangannya semasa di rumah ini, bagaimana mereka bahagia saat itu. Semuanya terputar seperti film lama di depan matanya.

Lalu ia bisa melihat Shikamaru juga, kekasihnya yang begitu khawatir padanya. Sepertinya ia juga takut Shikamaru akan terluka dalam masalah kali ini. Temari tak bisa membiarkan hal itu.

"Hidup terlalu mandiri itu bisa jadi racun untukmu. Biasakanlah untuk menerima bantuan orang lain saat waktunya," ujar Ino sambil mengambil satu kue kering lagi dari atas meja.

Temari terdiam beberapa saat lalu tertawa kecil "Shikamaru juga pernah mengatakan hal yang mirip."

'Aku ingin kau bersandar padaku walau sedikit saja.'

Temari tersenyum tipis, mungkin ia memang sudah memaksakan dirinya. Tapi ini sudah menjadi kebiasaannya.

Dan mungkin ini yang terakhir.

"Aku akan berusaha melakukannya."

--------------000--------------

Shikamaru bangun dari tidurnya dengan wajah ketakutan. Tubuhnya sedikit nyeri karena langsung duduk.

Napasnya tidak teratur, degup jantungnya menggila seperti akan meloncat keluar, keringan membasahi tubuhnya dengan deras. Sudah berbulan-bulan dia bermimpi hal yang sama dan dia masih saja ketakutan.

Suara dering telepon membuatnya tersentak, ia memegangi dadanya yang masih bergemuruh dan mengambil ponselnya.

Si Galak is Calling

Shikamaru bisa merasakan dadanya mulai tidak sesakit tadi. Rasanya sesuatu yang menghimpit pernapasannya tadi hilang.

"Halo?"

"Eh? Kau belum tidur?"

Shikamaru terkekeh. Temari ini aneh, padahal dia yang menelepon duluan malah dia yang terkejut saat teleponnya diangkat.

"Aku terbangun."

"Karena aku? Maaf."

"Tidak, lagipula memang kenapa kalau kau membangunkan ku?"

Lost Love { ShikaTema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang