23

230 29 4
                                    

"Aku pulang." seruan Shikamaru dari depan pintu membuat atensi Temari teralihkan dari artikel yang sedang ia baca.

"Selamat datang."

Kehidupan mereka memang seperti ini, mirip dengan kehidupan suami istri. Saat pagi, Temari akan memasak untuk mereka berdua, lalu Shikamaru berangkat berkerja, sambil menunggu Shikamaru pulang, Temari biasannya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dan menghabiskan waktu bersatai setelahnya, saat sore Shikamaru akan pulang dan Temari akan memasak makan malam bersama. Menikmati waktu setelah makan berdua lalu pergi tidur.

'andai saja Temari benar benar istriku.' batin Shikamaru miris, ia tinggal dengan kekasihnya, melakukan keseharian layaknya suami istri dengan wanita yang ia cintai, sayangnya... Temari tidak mengingatnya !!

Kalau sudah takdir, mau bagaimana lagi ?

"Maaf aku pulang terlambat, tadi tem--"

"Mereka mengadakan pesta untukmu bukan ? aku tahu." potong Temari sambil mengalihkan pandangannya kembali ke arah ponsel.

"Eh ? bagaimana kau bisa tahu ?"

"Tadi mereka kemari, katanya rencana awal adalah mengadakan pesta kejutan disini, Yamanaka itu sepertinya mengetahui tempat ini, tadi kami juga sempat bertemu lalu mereka mengajukan diri untuk pergi ke tempat lain." Temari tetap tidak menoleh ke arah pemuda Nara itu, ekspresinya datar satar saja seperti keberadaannya yang diketahui oleh keempat gadis itu bukanlah perkara besar.

"Lalu ? apa kau tidak khawatir ? kalau kau merasa sudah tidak aman aku akan membawamu pindah ke tempat yang tidak mereka ketahui." Shikamaru mendudukkan dirinya di samping Temari, meletakkan kotak berwarna putih di meja yang ada di depan mereka.

"Tidak, aku percaya kepada mereka, teman teman perempuanmu itu terlihat mengerti keadaanku, dan juga ... kenapa jadi kau yang tidak percaya kepada mereka ?"

Shikamaru sedikit tersentak "Ah ... bukan begitu, aku hanya khawatir jika kau merasa tidak aman karena mereka."

"Kau khawatir padaku ?" kemungkinan itu membuat jantung Temari berdegup lebih kencang, entah kenapa ia sangat mengharapkan kata kata setuju dari pemuda itu.

"Tentu saja, meski merepotkan sih."

Temari terkikik kecil, ia bisa merasakan kupu kupu berterbangan di dalam perutnya, seluruh tubuhnya menghangat meski ruangan itu diselimuti udara dingin dari AC yang menyala tanpa henti.

Perasaan yang menyenangkan.

"Karena tadi aku sudah berpesta dengan teman yang lainnya, aku ingin mengadakan pesta kecil dengamu." tawar Shikamaru.

"Heh, perutmu akan meledak jika kau makan lagi." ejek Temari sambil meletakkan ponselnya di atas meja, senyum remeh dan mengejek tercetak jelas menghiasi wajah ayu itu.

"Kalau hanya kue kecil aku masih bisa kok." Shikamaru tersenyum lembut sambil membuka kotak yang tadi ia bawa. Terlihat kue Vanilla dengan hiasan buah buahan yang menggugah selera.

"Mau pesta kecil denganku ?"

Temari terkekeh dan mengangguk "Yaah mau bagaimana lagi ...."

Shikamaru mengambil pisau plastik yang ada di dalam kotak dan mulai memotong kuenya menjadi beberapa bagian.

"Buka mulutmu."

"Eh ?" Temari terlihat terkejut saat Shikamaru menyodorkan sepotong kue dengan tangannya.

"Bukankah potongan pertama harus diberikan kepada orang yang berharga ?" 

Temaro merona mendengarnya "I- itu benar t- tapi aku kan han- hanya--"

"Kau adalah seseorang yang harus kulindungi, jadi kau berharga bukan ?" Shikamaru tidak bisa mengatakan bahwa ia adalah teman Temari

Tidak bisa !

Mereka bukan teman !

Temari menatap kue itu ragu lalu akhirnya menggigitnya. Rona merah tipis hadir tanpa bisa dikendalikan di pipi putihnya.

"Terima kasih." Shikamaru menyeka krim putih di ujung bibir Temari dan memakannya. Senyuman lembut nan tulus tercetak jelas di wajah tampan sang Nara.

Temari semakin merona, ia mengangguk sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

Suara bel apartemen pertanda ada tamu di luar sedikit mengacaukan acara keduanya. 

"Buka pintunya sana." titah Temari, ia mengambil ponsel di meja dan mulai mengetikkan sesuatu disana.

Shikamaru mengenyit bingung, ia tidak merasa memesan sesuatu, tapi pemuda itu tetap berdiri dan berjalan ke arah pintu.

"Maaf mengganggu malam malam, ada paket atas nama anda, Nara - san." penjaga pintu apartemen terlihat berdiri di depan pintu sambil tersenyum ramah.

"Paket ? dari siapa ?"

Penjaga itu mengendikkan bahu. Shikamaru lebih memilih menerimanya dan berterimakasih dengan cepat lalu kembali ke dalam, setelah membuka isinya, ia pasti akan tahu siapa pengirimnya.

Shikamaru kembali duduk disebelah kekasihnya yang masih setia memainkan ponselnya "Kupikir kau memesan sesuatu tadi." 

Temari tetap diam tanpa menanggapi sepatah katapun.

Shikamaru menatap kotak kecil berwarna coklat itu dengan seksama, berusaha mencari identitas pengirim "Kenapa tidak ada ?"

Didorong dengan perasaan penasaran yang kuat, Shikamaru membuka kotak kecil itu. Manik coklatnya membulat saat melihat benda yang ada di dalamnya.

Sebuah jam tangan berwarna silver dengan desain yang elegan dan nampak mewah

Shikamaru mengambil kartu ucapan kecil yang terselip di dalam kotak lalu tersenyum "Temari kasih Temari."

Sang pemilik nama hanya bergumam pelan sebagai jawaban, ia terlalu malu untuk menatap pemuda yang sudah membuat perasaannya tidak karuan itu.

"Kapan kau menyiapkannya ?" tanya Shikamaru.

"Saat teman temanmu datang, aku berpikir sudah seharusnya jika aku memberi sedikit hadiah juga, jadi ... aku memesankan jam tangan untukmu, jam tanganmu kemarin hilang bukan ? kupikir kau pasti membutuhkannya, jadi ... yaah begitulah." seluruh kosakata yang Temari pelajari sejak kecil mendadak lenyap, ia kesulitan mencari kata kata yang pas untuk hal ini.

Shikamaru terkekeh, padahal sejak mereka resmi menjadi sepasang kekasih, Temari selalu memberinya hadiah sambil tersenyum cerah, disertai pelukan juga kecupan singkat. Jujur saja, Shikamaru sangat merindukan masa masa itu, tapi sekarang ia tak boleh egois "Terima kasih, aku sangat menyukainya, kau benar benar perhatian, Temari."

"Baguslah kalau begitu."

"Kau mau memasangkannya ?" 

"Hah ?" Temari cengo, ia menatap SHikamaru dengan wajah yang hampir merah padam.

"Iya ... kau kan yang membelikannya, setidaknya kau harus melihat apa itu pas denganku atau tidak." ujar Shikamaru sambil tersenyum licik.

Temari merengut pelan kemudian mengangguk. Tangannya tergerak untuk mengambil jam tangan yang ada di kotak dan memasangkannya di lengan Shikamaru sesuai keinginan pemuda itu "Khe, seleraku memang tidak pernah buruk."

"Ya, ini terlihat bagus, sekali lagi terima kasih."

Temari tersenyum manis "Selamat ulang tahun, Shikamaru."

Shikamaru tertegun, ia tak menyangka akan mendapat begitu banyak kejutan di ulang tahunnya kali ini. 

Senyuman yang ia rindukan kini terpampang jelas di depannya.

Hadiah terbaik yang ia dapatkan hari ini

"Ah, bagaimana kalau kita menonton film ? besok kau libur bukan ?" tawar Temari, ia berjalan ke arah televisi dan memasukkan sebuah DVD ke tempatnya.

"Boleh saja."

"Semalaman penuh ? kau mau ? anggap saja perayaan dariku."

Shikamaru mengangguk "Tentu saja."

'jika itu bersamamu apapun akan kulakukan, Temari ... ah hari ulang tahun yang menyenangkan.'

Lost Love { ShikaTema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang