16

249 37 4
                                    

Temari berdiri dari tempatnya, ia menatap ke seluruh penjuru ruangan dan mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk senjata, tapi sayangnya ia tidak menemukannya.

"Huft, dasar orang gila, sekarang aku jadi terjebak dalam situasi yang sangat menyusahkan ini." gerutu Temari sambil berkacak pinggang, ia kembali duduk di kursinya dengan wajah kecewa. Ia tidak mungkin nekat menerobos keluar dan meminta bantuan ayah juga kedua adiknya. Temari belum tahu situasi penjagaan di luar dan apa saja yang dibawa bodyguard yang sedang berjaga.

Tadi, Temari bisa melihat sekilas dari lubang kunci, bodyguard yang berjaga bukan dari kediaman Sabaku tapi menyamar menjadi bodyguard Sabaku.

"Baiklah, kalau begini aku harus menjalankan rencana kedua." Temari duduk manis, diam sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Ia mengakui jika kemampuan pelayan yang tadi merisnya sangat bagus hingga tidak ada make up yang terlalu menonjol atau berlebihan.

Suara musik pernikahan yang terdengar dari arah luar membuat Temari tersentak, ia cepat cepat mengubah posisinya se'normal' mungkin.

2 orang Bodyguard bersetelan jas hitam terlihat masuk ke ruangan itu. Mereka mengabarkan jika pernikahannya akan segera dimulai. Temari mengangguk dan berdiri, saat kedua orang itu mendekat dalam posisi kurang siaga, Temari mengambil celah. 

Gadis itu dengan kuat menendang alat vital mereka sampai jatuh pingsan. Temari mengambil 2 pistol yang ada di saku mereka dan tersenyum. Selama ada senjata, pertahanan sekuat apapun akan ia tembus.

"Saatnya jadi pengantin wanita yang kabur." Temari menarik Veil miliknya dengan sedikit kasar hingga terlepas, ia juga melepas sanggulnya dan menguncir Onetail rambutnya dengan asal.

Ia merapatkan diri ke dinding, melongokkan sedikit kepalanya untuk mengawasi pertahanan di luar.

"15 Bodyguard dengan persenjataan masing masing 1 buah Glock Meyer 22, cukup mudah."

Temari menatap 2 pistol di tangannya yang memiliki merek yang sama dengan calon lawannya di luar sana. Ia menghela napas dan memantapkan diri, memfokuskan dirinya untuk mengatur strategi.

"Ayo kita bermain, orang orang sialan !"

----------------000----------------

Lagu khas pernikahan sudah diputar sejak tadi, tapi pengantin wanita belum juga menampakkan dirinya. Di atas altar, Shii terlihat gelisah, ia terus menatap pintu masuk dengan tatapan tak sabar.

"Tenanglah, mungkin Nee - san gugup." hibur Kankurou sambil menepuk pundak Shii pelan.

Pemuda bersurai pirang itu mengangguk, ia sedikit berdecak kesal karena Temari tak kunjung datang.

Suara tembakan yang menggema di barengi suara teriakkan jika Temari kabur membuat semua orang di tempat resepsi itu terkejut dan sedikit panik. Shii mengumpat pelan, ia hampir saja berlari keluar kalau saja Kankurou tidak menahannya.

"Mau kemana huh ? pengantin pria harus menunggu di altar."

"Pengantinku sepertinya akan kabur, Adik Ipar."

Pemuda bersurai coklat itu terkekeh "Lalu ? apa urusanmu ? mau Nee - san kabur atau membunuh semua tamu yang ada disini pun, aku tidak peduli. Dia bebas melakukan apa yang dia inginkan. Lagipula, itu artinya Nee - san sudah kembali normal kan ? dan akhirnya aku bisa mengintrogasimu."

Shii beralih menatap ke arah duo Sabaku bersurai merah. Mereka terlihat tenang dan sangat santai meski mendengar suara tembakan brutal dari arah luar yang sepertinya menuju lantai 1. Keduanya seakan hanya mendengar rengekan anak kecil dan bukannya jeritan kesakitan. Mereka bahkan mulai mengeluarkan pistol dari dalam jas mereka dan menatap Shii tajam.

Lost Love { ShikaTema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang