"Kelihatannya kalau sibuk sekali." Shikamaru bisa merasakan sepasang tangan yang memeluknya dari belakang, ia tetap tak beranjak dari duduknya dan hanya tersenyum sambil mengelus lembut tangan jahil itu.
"Ya, seperti yang kau lihat."
Temari berdecak pelan, ia dengan santainya mengambil tempat di pangkuan kekasihnya, memenuhi pandangan pria itu sepenuhnya "Hm ? Aku tidak melihatnya."
Sebuah kecupan menjadi hadiah untuk aksi berani Temari "Kau nakal sekali, Tema."
Gadis itu tertawa dan menyandarkan kepalanya di dada sang kekasih, ia menikmati detak jantung yang begitu teratur yang selalu jadi penenangnya.
"Jadi ? Apa yang sedang kau kerjakan ?" Temari menarik sedikit kertas di tangan Shikamaru untuk melihat isinya. Disana hanya ada kotak kotak seperti sebuah peta.
"Tidak ada, hanya melihat denah rumah."
"Katakan yang sejujurnya, Shika."
Shikamaru terdiam beberapa saat, sedikit berpikir lalu memutuskan untuk bertahan di jawabannya "Ini denah rumah Kaa - san yang akan direnovasi."
"Sejak dulu, kau tidak pandai berbohong, terutama padaku, Shika."
Pemuda itu menghela napas, ia menenggelamkan wajahnya di tengkuk Temari, menghirup aroma yang tak habis ia rindukan "Tolong... Kali ini saja... Jangan tahu apapun."
"Aku akan membantumu, kau tak boleh berjuang sendirian lagi." Temari menangkup wajah kekasihnya, mencoba menyakinkan pemuda itu.
Shikamaru melepas tangan Temari dan menciumnya lalu mengelus wajah gadis itu lembut "Dan kau juga tak boleh terluka lagi ! Mengertilah ! Aku takut kau terluka ! Aku tak bisa... Aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika kau terluka, apalagi sampai hilang dari dekapanku, itu tidak boleh terjadi lagi !"
Shikamaru takut akan kehilangan Temari lagi, mereka baru saja menjalani hari seperti bisa setelah 'kesembuhan' Temari dan Shikamaru tak bisa mempertaruhkan nyawa kekasih hatinya lagi.
"Itu tak akan terjadi lagi ! Percayalah !aku tak akan melakukan hal seperti itu lagi, jadi... Kumohon, bisakan kali ini kita berjalan bersama ?"
Dan Temari benar benar kelemahannya, ia tak kuasa menolak tapi tak kuasa juga memberi izin.
"Kita selalu berjalan bersama, Tema."
"Tidak, kita tidak pernah melakukannya, kau tahu karena apa ? Karena kau..." Temari berdiri dari pangkuan Shikamaru, menuding tepat di dada pemuda itu "...mengerjakan semua perihal hubungan kita sendirian, apa kau tidak sadar, Shika ?"
"Aku... Hanya ingin merasa berguna."
"Dengan membuatku merasa payah ?! Kau jahat ! Apa kau tidak tahu betapa tersiksanya aku karena menjadi boneka yang tak bisa apapun ?! Tak bisa melakukan sesuatu untuk hubungan yang kita bagi, untuk rasa yang kita nikmati berdua, padahal kita menjalaninya bersama tapi kenapa hanya kau yang berjuang hah ?!"
Harga dirinya terluka. Gadis yang memiliki ego setinggi awan itu sudah terlalu lama menahan luka akibat ketidakmampuannya, akibat ketidakbecusannya.
"Boleh jujur ? Sebenarnya, sejak dulu aku merasa kau begitu jauh..." Shikamaru menanggapi dengan nada yang tenang, ia menarik pelan tangan Temari dan mengecupnya singkat "...begitu tinggi, tak tergapai sama sekali oleh orang rendahan sepertiku."
"Kau, salah...," Temari menyangkal pelan, entah kenapa dirinya begitu sakit mendengar nada sang Nara. Tubuhnya tertarik, kembali ke pelukan kekasihnya.
"Karena itu... Aku berusaha, setidaknya untuk menggapai seujung jemarimu, Tema, aku hanya ingin merasa setara denganmu."
"Terbalik bodoh !" Temari memukul dada Shikamaru pelan.
Shikamaru menarik Temari kedalam dekapannya, merengkuhnya dengan kuat.
"Kita mulai lagi dari awal ya ? Hanya ada Temari dan Shikamaru, tanpa marga, tanpa pencapaian." Temari berbisik lembut, menyentuhkan hidung mereka. Napas keduanya bercampur jadi satu, memberi efek hangat yang unik.
"Aku kalah, baiklah." Shikamaru terkekeh pelan, Temari memang sangat tahu cara untuk menghiburku, juga merayunya tentu saja.
Temari tersenyum senang, tapi baru sepersekian detik, Shikamaru kembali memasang wajah serius yang membuat Temari harus kembali menetralkan bibir.
"Kau boleh ikut tapi kau harus mematuhi syaratku."
"Apa... Itu ?"
"Yang pertama," Shikamaru menatap kekasihnya lekat lekat "kau harus menghindari bahaya, utamakan nyawamu, harus !"
"Kedua, jangan bertindak gegabah sendirian, pastikan aku tahu sebelum kau melakukannya."
Shikamaru semakin mendekatkan wajah mereka, sampai dahi keduanya tak lagi berjarak "Ketiga, jangan jauh jauh dariku agar aku bisa melindungi mu."
"Yang terakhir," sebuah kecupan ringan mendarat tanpa hambatan di bibir Temari "jangan terluka."
Gadis itu terkekeh "Pfft, apa apaan semua syarat itu ? Baiklah aku berjanji," ia mengalungkan tangannya mesra di leher sang kekasih "Dan seperti janji janjiku sebelumnya, aku pasti akan menepatinya."
"Itu harus, Tema." Shikamaru tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk gadis itu, begitu dekat, begitu erat, begitu harum, Sam seperti yang ia ingat. Rasanya, ia tak sia-sia menahan diri kemarin kemarin untuk tidak memeluk gadis di dekapannya.
"Sekarang, aku punya rencana, Shika."
Pemuda itu melepas pelukannya "Jangan memikirkan sesuatu yang nekat."
"Kau pikir aku Naruto ?"
Shikamaru terkekeh "Jadi ? Apa rencananya ?"
"Pertama," Temari tersenyum penuh arti "Kita harus akhiri dulu permainan petak umpet ini."
-------------------000--------------------
"TUAN ! TUAN MUDA !"
Gaara sedikit mengenyit tak suka melihat seorang pelayan yang berlari ke arah mereka.
"Ada apa ?" Tanya Kankurou.
"I- itu di- di depan a-ada--"
"Bicara yang jelas !" Mood Gaara benar benar buruk hari ini, ia sedang tak ingin meladeni orang tak penting seperti yang ada di hadapannya.
"NONA TEMARI ADA DI DEPAN !"
Tapi, kalau itu beda lagi ceritanya.
Gaara dengan cepat berlari ke arah pintu depan, benar saja kakaknya berdiri disana, tersenyum ke arahnya.
"Kau merindukanku hm, Panda ?"
Pemuda bersurai merah itu memeluk kakaknya erat "Sangat, Nee - san."
"Kau kemana saja selama ini Nee - san ?" Tanya Kankurou, ia ikut memeluk kakaknya, tak dapat di pungkiri ia juga sangat merindukan Temari.
"Aku ada di tempat yang aman, tenang saja. Lihat ? Aku baik baik saja bukan ?"
"Selamat datang kembali, putriku."
Temari tersenyum lebar, ia menghambur ke pelukan ayahnya "Aku pulang, Chichiue."
Mereka berjalan bersama ke ruang tamu, para pelayan dengan sigap membawakan minuman juga makanan ringan untuk Temari.
Gadis itu melepas rindu dengan keluarganya beberapa saat, ia sedikit menyayangkan telah melupakan momen bersama keluarganya.
"Maaf, aku baru 'kembali'." Kalimat itu bisa berarti banyak hal, Temari sengaja tidak ingin memberitahu kesembuhannya.
"Tidak masalah, asal kau tidak terluka." Rasa membelai surai putrinya lembut, begitu merindukan gadis kecil itu.
"Uhm... Chichiue, apa aku boleh meminjam kunci 'rumah' ?"
Rasa mengenyit heran "Untuk apa ?"
"Aku hanya ingin... Mengingat lebih banyak."
Ketiga lelaki Sabaku itu saling berpandangan, terlihat berpikir. Akhirnya, Rasa mengangguk, tak ada alasan untuk menolak permintaan kecil Temari pikirnya.
"Baiklah, jangan lama lama."
"Tentu saja !"
![](https://img.wattpad.com/cover/258234002-288-k941470.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Love { ShikaTema }
FanfictionKarena sebuah kejadian, mereka tepaksa berpisah. Shikamaru yang selalu mengkhawatirkan kekasihnya dan Temari yang berusaha mencari kekasih hatinya " sebenarnya, siapa kekasihku ? " " aku tidak ingin menyakitimu lagi "