18

213 40 3
                                    

"Aku pulang." suara dari arah pintu membuat atensi Temari sejenak teralihkan dari buku yang ia baca, gadis itu kemudian kembali menatap barisan kalimat di atas kertas berwarna krem kusam itu sembari menjawab salam dari Shikamaru.

Sudah terhitung 3 hari sejak Temari 'bersembunyi' di Apartemen milik pemuda bermarga Nara itu. Sejak saat itu juga, mereka hidup dalam satu atap. 

"Aku sudah siapkan makan malam, aku tadi sudah makan duluan, kau pulangnya lama sekali sih." ujar Temari tanpa menatap Shikamaru.

"Aku kan sudah bilang, kau tidak perlu melakukan hal hal seperti itu, aku bisa memesankan makanan untukmu lewat jasa pengiriman khusus dan menyewa asisten rumah tangga."

"Tidak perlu, aku tidak ingin membuka resiko untuk ketahuan, lagipula aku juga senang melakukan pekerjaan rumah."

Shikamaru hanya mengangguk pasrah, mengerti kebiasaan kekasihnya yang terhitung Workaholic. Ia berjalan ke arah kamarnya, membersihkan diri lalu beranjak ke meja makan. Terlihat ada beberapa macam hidangan yang terhitung masih hangat.

"Apa kau benar benar hanya akan bertahan di dalam sini dengan bahan bahan yang sudah kubeli ?"

"Ya, begitulah, anggap saja aku sedang menjalani hukuman karena lalai." jawab Temari tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

Pemuda itu tak menanggapi, ia memakan makanannya dalam diam dan segera mencuci piringnya begitu selesai.

Ting Tong

Temari menoleh cepat ke arah pintu lalu menatap Shikamaru tajam. Seakan menagih janji pemuda itu bahwa tidak akan ada yang datang kemari sekaligus menuduhnya.

Shikamaru hanya memasang mimik tak peduli, seakan Temari tak pernah menatapnya tajam. Ia melangkahkan kakinya dengan malas sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Permisi, saya dari Country's Cake, apa benar anda yang memesan kue moca dan black forest ?"

"Benar." Shikamaru menyunggingkan senyuman, ia menerima kue itu dan membayarnya. 

"Kau gila ? bagaimana kalau yang tadi itu mata mata ?" omel Temari, ia membanting bukunya pelan ke samping.

"Berhentilah curiga dan makan saja, aku sudah membelikannya untukmu, meski ini merepotkan."

Gadis itu menatap 2 kotak kue yang diletakkan di atas meja. Ia tergugah untuk mencoba keduanya "Bagaimana kau bisa tahu kue kesukaanku ?"

Shikamaru terkekeh dan mengendikkan bahunya "Entahlah, mungkin tebakan yang beruntung ?"

"Jangan lupa, aku masih mencurigaimu, Nara." ujar Temari, tangannya tergerak untuk mengambil garpu dan pisau yang tersedia dan mulai memakan kue itu bergantian.

"Kau mau ?" tawar Temari, jujur saja ia sedikit risih dengan Shikamaru yang menatapnya sejak tadi. 

Shikamaru menggeleng pelan, tangannya meraih remote TV dan mulai menggganti ganti saluran disana, mencari acara yang sepertinya menarik "Aku memesannya untukmu, kau makan saja, lagipula aku tidak begitu suka makanan manis."

Temari mengangguk, melanjutkan acara makannya sambil menikmati saluran TV yang sudah dipilih Shikamaru.

'Rosestery'

Sebuah film romansa misteri yang sangat populer saat pertama kali kemunculannya di layar kaca. Film ini begitu digemari dan akhirnya dibuat tipe seriesnya. Setiap episodenya selalu membuat para penonton penasaran akan misteri yang tersimpan, banyak sekali kasus yang dibahas disana, mulai dari penculikan, perampokan, bahkan sampai pembunuhan. Biasanya, orang orang lebih mencari scene romansa, tapi ebrbeda dengannya, ia lebih suka menerka nerka tentang misteri yang disuguhkan.Temari sangat menyukainya, ia tahu kalau sebelum ingatannya hilang, ia menonton film itu, bersama kekasihnya.

Temari melirik Shikamaru sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke film itu lagi. Entah kenapa, hatinya menghangat, jarang sekali ia merasakan hal ini saat bersama pria selain keluarganya.

Sebenarnya, ia sedikit curiga kepada Shikamaru, pemuda itu benar benar baik, lembut, perhatian, dan yang paling penting ia menatap Temari sedikit berbeda, tatapannya seakan bukan untuk seorang teman. Ia yakin, jika bisa mengingat siapa sebenarnya Shikamaru itu, maka ingatannya pasti bisa pulih sepenuhnya.

Temari yakin, Shikamaru adalah kunci dari potongan ingatannya yang hilang, juga petunjuk untuk menemukan siapa kekasihnya.

"Tidak bisa begitu, kau makanlah juga." Temari menyodorkan kue black forest ke arah Shikamaru.

Yaah, mau bagaimanapun, kebaikan pemuda ini layakn mendapat balasan bukan ?

Shikamaru tersenyum lembut "Terima kasih."

--------------------000----------------

"Hai Gaara." 

Brak

Sasori sedikit tersentak saat bungsu Sabaku itu menutup pintu depan kembali dengan keras begitu melihatnya datang.

"Hei, kakakmu datang dan kau malah menutup pintu ? dasar nakal."

Gaara mendecih, ia melanjutkan langkahnya masuk tanpa membalas ucapan Sasori. Rasa dan Kankurou yang sudah duduk di meja makan terlihat senang dengan kedatangan pemuda itu. Mereka menyambutnya dengan sapaan hangat.

"Jadi ? mau apa kau kesini ? minta makan ?" tanya Gaara

Sasori tertawa "Hee, kau pasti akan menyambutku dengan sebuah barisan parade jika tahu apa kepentinganku kemari."

"Memangnya ada apa ?"

"Misinya sudah selesai, Chichiue." ujar Sasori, ia tersenyum dan meletakkan table miliknya di atas meja.

Rasa tersenyum balik "Bagus, cepat sekali."

"Aku akan melakukan yang terbaik untuk tuan putri kesayanganku, Chichiue." Sasori tertawa pelan, ia mulai menyalakan hologram, terlihat peta perbatasan antara Suna dan Konoha.

"Dia kabur ke perbatasan ?" tanya Kankurou memastikan.

"Uhm... bisa dikatakan seperti itu, aku bisa melacaknya karena dia kabur di dekat wilayah kekuasaanku, tapi... ada satu masalah..."

"Ada apa ?" Gaara mulai memasang raut serius, ia menatap Sasori dengan pandangan bertanya.

"Bedebah itu memasuki wilayah yang dilindungi FBI, akhh entah kenapa dia bisa ada disana tapi yang jelas, kita tidak bisa menembusnya." Pemuda itu mengacak surainya tanda kesal, entah berapa kalipun ia memikirkannya, hal itu membuatnya ingin mengumpat saja.

"Berarti... satu satunya cara untuk masuk kesana dan menangkapnya dalah berkerja sama dengan FBI ?" ujar Rasa

"Benar, tapi... aku tidak yakin mereka akan membantu kumpulan Mafia."

"Haah, sudah kuduga, membunuhnya di awal adalah pilihan terbaik."

"Aku setuju."

Keempat pria itu mengehla napas, meminta bantuan kepada FBI adalah salah satu hal yang kurang mungkin dilakukan, kecuali dengan jaminan kalau mereka akan menyerahkan diri. Taruhan yang cukup besar, tapi jika sudah tidak ada cara lain untuk memastikan keselamatan Temari, maka mereka akan melakukannya.

Mereka yakin, pasti ada seseorang dibalik semua ini, seseorang yang menjadi pendukung untuk Shii sampai bisa hampir melakukan pernikahan dengan Temari. Yang menjadi masalah, mereka tidak tahu, atas dasar apa hal itu dilakukan, mengingat keluarga Sabaku memang punya banyak musuh di luar sana.

"Haah coba cari cara lain saja dulu." ujar Kankurou kesal

"Semua acar berpikir ini membuatku lapar, cepat hidangkan makanannya !" Sasori menggeret salah satu kursi dan menyamankan dirinya disana.

"Heh, ternyata kau benar benar kemari untuk minta makan." cibir Gaara.

"Oh ayolah, bukankah informasi tadi sudah menjadi bayaran yang cukup untuk memberiku sebuah set sarapan mewah ?"

Gaara hanya mendecih pelan, ia duduk di tempatnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Rasa terkekeh pelan, keakraban Sasori dan Gaara memang selalu menjadi hiburan tersendiri baginya.

'Yang jelas, aku akan melakukan apapun untuk menjaga keluargaku, bantu aku, Karura.'

Lost Love { ShikaTema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang