Shikamaru berdecak kesal, ia mondar-mandir di depan apartemen Temari dengan raut gelisah. Nada sambung yang berakhir dengan suara operator lagi-lagi ia dapatkan. Entah sudah berapa kali ia menelepon.
"Kau dimana, Temari?" Shikamaru masuk ke mobil, ia melajukan ke tempat terakhir dalam pilihannya.
Sepanjang perjalanan, ia masih berusaha untuk menghubungi kekasihnya.
Ia punya firasat buruk.
Shikamaru menatap rumah minimalis berwarna biru langit dan hijau muda itu dalam diam. Ia keluar dan mulai melangkah kesana.
"Temari?" Shikamaru mengetuk sambil menyebut nama kekasihnya tapi tidak ada jawaban.
"Permisi, apa ada orang didalam?"
Lagi-lagi hening, suasana yang normal karena rumah itu memang jarang dihuni.
Tapi, suasana normal itulah yang membuat Shikamaru panik. Ia mencoba membuka pintu rumah dengan jepit yang selalu ia bawa di saku celana.
Setelah beberapa kali mengotak-atik, ia berhasil membukanya. Shikamaru berjalan menyusuri setiap petak rumah itu, langkahnya berhenti di depan meja belajar Temari di kamarnya.
Sebuah kertas berisi denah yang digambar dengan sketsa kasar menarik atensinya. Shikamaru merasa familiar dengan bentuk gedung itu.
"Ini...," Shikamaru tersentak, ia tahu gedung itu.
Markas orang yang kemarin mengaku kekasih Temari.
"Sial! Harusnya aku tahu akan jadi seperti ini." Shikamaru berlari keluar sambil membawa sketsa itu.
Tujuannya sekarang adalah rumah keluarga Sabaku.
Apapun yang akan terjadi nantinya.
Sekarang yang penting adalah memastikan Temari baik-baik saja.
---------------000----------------
Temari mengeratkan genggaman pada pistolnya, ia menatap sengit wanita dihadapannya.
"Apa yang anda lakukan disini?"
Wanita itu tertawa pelan "Harusnya aku yang bertanya, Sabaku Hime. Bagaimana gadis cantik seperti anda tersesat sejauhini huh?"
"Entahlah..," Temari memasang senyum remeh "Aku hanya ingin menyelesaikan semua masalah di hidupku."
"Jangan sombong, aku juga punya pistol, jangan merasa akan menang." Wanita itu mengeluarkan pistolnya, mengarahkannya ke arah Temari dengan tenang.
Suara tembakan menggema, Temari melepaskan satu tembakan sebagai ancaman. Peluru menancap dalam di dinding dekat wanita itu "Kita lihat saja, siapa yang akan tersenyum nanti."
"Tentu saja bukan kau, karena gadis kecil yang tak tahu apapun tak bisa menang melawan nyonya rumah, benar?"
------------000-------------
"Aku menemukan yang terakhir." Ino menatap tanah yang sudah ia gali dengan bangga. Sebuah bom yang masih hidup jelas terpendam disana, menunggu perintah untuk meledak.
Lampu merah yang berkelap-kelip samar itu menjadi tanda yang paling kuat.
"Itu bagus Ino, sisanya hanya tinggal menunggu tanda." Tenten terdengar senang dari seberang sana.
Ino menyentuh alat komunikasi di telinganya pelan "Bagaimana keadaan disana? Aman?"
"Kami baik-baik saja Ino-chan, semua aman terkendali," sahur Hinata.
Ada total empat bom hidup yang mereka temukan. Selebihnya sudah mati karena tak dapat mempertahankan daya hidupnya.
Ino sempat bergidik ngeri. Bagaimana bisa di gedung yang terlihat baik-baik saja ini ada banyak sekali bom yang terkubur?

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Love { ShikaTema }
FanfictionKarena sebuah kejadian, mereka tepaksa berpisah. Shikamaru yang selalu mengkhawatirkan kekasihnya dan Temari yang berusaha mencari kekasih hatinya " sebenarnya, siapa kekasihku ? " " aku tidak ingin menyakitimu lagi "