Dylan dan Amanda sudah berteman enam tahun yang lalu. Dimana mereka mulai bekerja di restoran.Enak. Dylan yang masih kanak-kanak juga Amanda yang masih kecil. Awalnya mereka bekerja hanya menjadi tukang cuci piring, sebelum naik pangkat menjadi koki dan kasir. Di umur tiga belas tahun, mereka harus menghidupi diri sendiri.
Dylan yang memang kabur dari rumah, apapun pekerjaanya akan ia tekuni dengan semangat. Juga Amanda yang ingin meneruskan sekola SMPnya agar tidak berhenti, lebih memilih menjadi tukang cuci piring paruh waktu. Setelah pulang sekolah Amanda dengan semangat mulai bekerja.
Dari sana, mereka sudah tidak canggung lagi, tidak ada rahasia diantara keduanya. Bahkan, rahasia masa lalu terbesar Dylan ia beri tau pada Amanda. Amanda memang wanita pendengar yang baik. Ia selalu memberi saran dan bisa membuat Dylan merasa nyaman jika berbicara dengan Amanda. Amanda selalu bilang, bahwa itu bukanlah kesalahannya, adalah murni kecelakaan. Apalagi, waktu itu, umur Dylan masih sangat muda, sebelas tahun, dan adiknya lima tahun. Tetapi, Dylan tetap menyalahkan dirinya sendiri, seperti ibunya yang selalu menyalahkan atas tragedi beberapa tahun silam.
Dylan benar-benar kecewa pada Amanda, dia pikir setelah sepuluh hari tidak bertemu, mereka akan berbicara panjang lebar. Namun, Amanda merubah suasana menjadi suram. Akhirnya, Dylan memilih pulang ke rumah Kenzie, karena ia tidak tau harus kemana lagi. Uang tabungan tiga juta sudah ia gunakan tujuh ratus ribu. Ia harus membeli kuota, harus nongkrong di warnet untuk menemukan situs web pencari pekerjaan. Bahkan, Dylan tidak punya sepatu layak, ia akhirnya membeli untuk melamar pekerjaan. Uangnya juga ia gunakan untuk ongkos kesana kemari. Ia sadar harus hemat, karena mencari pekerjaan lulusan SD sangat kesulitan.
Setelah membuka pintu, ibu-ibu sedang mengepel lantai. Kini, Dylan baru ingat bahwa dirumah ada bi Mirna. Dengan sangat canggung Dylan tersenyum.
"Cari siapa, ya?" Tanya bi Mirna menghampiri Dylan yang berdiam diri di pintu masuk.
Mendengar bi Mirna bertanya, Kenzie yang sedang tiduran didalam kamar langsung berlari menghampiri bi Mirna.
"Ini Dylan, bi." Kata Kenzie "Dylan teman SD gue. Dia lagi nginep disini." Ujarnya.
Bi Mirna manggut-manggut seraya tersenyum. Setelah itu, ia kembali membereskan rumah.
"Dari mana, Dyl?" Tanya Kenzie berjalan ke sofa dan duduk. Dylan yang mengikutinya dari belakang menjawab. "Abis nganterin uang ke temen."
"Oh." Jawab Kenzie mengangguk mengerti. "Gue baru pulang abis penelitian." Ujarnya. "Btw, udah makan belum?"
Dylan menggaruk pelipisnya. "Belum, sih."
"Yaudah, kita makan diluar aja." Ajaknya. Dylan menggeleng, tak mau. "Gue yang teraktir, enggak bakal gue masukin ke utang, tenang aja." Kenzie tertawa.
Merasa tidak enak, Dylan menjawab. "Enggak, ah, Ken. Lo aja yang makan diluar."
"Jangan gitu, lah, Dyl. Sekalian temenin gue belanja dapur, bahan makanan udah abis. Gue jadi terbiasa sarapan sakarang." Bola mata Kenzie berbinar dengan tiba-tiba. "Besok pagi, gue pengen makan ikan gurame bakar saus tiram. Kayaknya enak, tuh, gue liat di tv barusan."
Dylan yang mendengarnya langsung bersemangat. Ia memang suka masak, setelah menjadi chef, restoran.Enak semakin ramai. Pak Hildan bahkan memberi penghargaan untuk Dylan karena bisa memajukan restoran.Enak dalam waktu lima tahun.
"Den Kenzie, biar bi Mirna aja yang belanja keperluan dapun." Saran bi Mirna. Ia yang tentu saja menjadi asisten rumah tangga merasa tak enak hati mendengar bosnya sendiri yang akan berbelanja.
Kenzie menggeleng. "Enggak usah, bi." Tolaknya. "Sekalian gue mau makan diluar."
O U R S T O R Y
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Short StoryDylan Byantara yang kini hidup sebatang kara karena insiden mengerikan itu lebih memilih kabur dari rumahnya. Lulus SD ia pergi, dan bekerja di restoran yang sudah bangkrut. Bagaimana ia bertahan hidup? Justru teman masa kecilnya yang menyelamatkan...