30.

264 40 7
                                    

Bodohnya, Kenzie membeberkan semua yang telah ia pendam beberapa tahun ke belakang. Padahal, Kenzie sudah tau jawaban apa yang akan diberikan oleh Dylan. Sebelumnya, Kenzie sudah mempersiapkan mental untuk tidak terluka. Namun siapa sangka penolakan langsung dari mulut Dylan membuat hati Kenzie benar-benar berdarah.

Kenzie berdiam diri didalam kamar, mengunci pintunya. Kamar yang selalu rapi kini berantakan karena amukan agar merasa hatinya lebih lega. Kenzie duduk di atas ranjang dengan sangat frustasi. Kaus putih tanktop dan celana boxernya menambah suasana miris didalam kamarnya.

Untuk benar-benar membuat dirinya melupakan kejadian ini, meskipun hanya sebentar, Kenzie berjalan mendekati rak buku di samping jendela. Rak buku yang langsung mendempet dinding dari belakang, Kenzie menekan satu buku, dan satu blok rak buku terbuka dengan sendirinya. Disana, berjejer dengan rapi berbagai minuman beralkohol, sebagian besarnya sudah habis ditenggak. Kenzie tersenyum kecut menyadari semua minuman yang habis itu karena ulah Dylan sendiri. Ya, yang menyebabkan Kenzie menjadi pecandu mabuk adalah Dylan.

Dari dulu sampai sekarang, ketika mengingat Dylan, untuk sekedar menenangkan pikirannya hanya minuman brengsek ini. Apalagi, ketika berpura-pura kuat disaat Dylan ada dirumahnya, Kenzie hanya akan begadang dan meminum minuman yang telah ia sediakan. Kenzie hanya takut, ia tak bisa mengontrol emosi dan malah menerkam Dylan disaat Dylan terlelap.

Tangannya mengambil botol kecil dengan air berwarna kehijauan, merek absinthe, memang jarang di temui di Indonesia karena kadar alkoholnya yang nyaris mendekati sempurna 90%. Apalagi, minuman ini sudah di permentasikan sekitar 30tahun. Tak bisa bayangkan, satu kali tenggakan akan langsung membuatnya kepayang. Namun, justru saat ini ia membutuhkan minuman penikmat. Apalagi, penolakan yang Dylan lontarkan tak pikir dua kali.

Kenzie langsung membawa botol itu ke sofa, dan menuangkannya kedalam gelas kecil, langsung minum dengan sekali tenggakan. Kini, pikirannya terbang perlahan-lahan, bayangan Dylan yang sedang bermain kerumah Niko pudar dengan sendirinya. Namun, masih saja Kenzie tersenyum penuh kekecewaan.

Satu gelas kembali penuh, hingga setengah botol tandas dengan sendirinya. Kenzie cegukan, tubuhnya melorot kebawah, dan kini ia sedang terkapar di lantai. Wajahnya memerah, kelopak matanya penuh air mata, dan badannya yang melemah, tak mampu mengontrol tenaganya.

Kenzie kembali tertawa penuh luka. Bagaimana nanti ia kedepannya, apakah Kenzie harus berhenti, atau ia mencoba mengejar Dylan. Karena dari dulu, Kenzie belum pernah mengejar Dylan. Baru kemarin-kemarin dia mencoba mendekati Dylan dengan memasang topengnya sewaktu kecil. Namun, Dylan masih menjauhinya.

Pintu kamar terbuka, Danish dan Gilang terkejut dengan keadaan Kenzie saat ini, dalam keadaan setengah telanjang, ruangan yang berantakan, terkapar di lantai, dan pelupuk matanya penuh dengan air mata.

Dengan sigap, Danish dan Gilang menggotong tubuh Kenzie untuk merebahkan dirinya di atas ranjang. Lalu menutup kembali kulkas kecil yang ditutup dengan rak buku, Gilang dengan cepat membuka gordeng dan membuka jendela agar udara dapat masuk.

Sebelumnya, Danish yang sedang menginap dirumah Gilang mendapatkan pesan chat dari Dylan, agar melihat kondisi Kenzie.

Dan tentu saja bukan keadaan baik yang menimpa Kenzie.

Suasana buruk terpampang nyata di depan mata mereka.

"Gila, setengah botol habis absinthe sendirian." Kata Gilang. "Si Kenzie niat bunuh diri."

Danish langsung menyimpan botol itu. "Lo tau sendiri si Kenzie orangnya nekad. Kalau dia kuat, bisa abis sebotol."

Gilang duduk disamping Kenzie, "Aneh, si Kenzie sama si Niko bisa suka sama satu orang." Gilang menoleh Danish. "Padahal, si Naya udah ngejar-ngejar si Kenzie dari dulu, mau yang gimanapun gampang didapetin. Tapi sama si Dylan, dia baru aja kenal udah bikin si Kenzie begini."

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang