37.

219 30 10
                                    

"Papa denger, kamu masih belum nerima Naya."

"Papa tau, kamu masih enggak nerima kalau papa nikah lagi. Beda sama mama yang udah di restuin."

"Ken, papa juga butuh seseorang yang bisa sediain kebutuhan papa. Papa enggak bisa kalau terus-terusan sendirian. Kamu enggak mau tinggal bareng sama papa, kamu ngejahuin papa. Papa susah buat hubungin kamu. Kenzie, kamu denger papa?"

Kenzie memutar bola matanya. Ini yang sangat ia sebalkan dari pertemuan. Naya semakin melunjak, ia selalu saja menyuruh papanya untuk berusaha mendekati, mencoba mengakrabkan diri. Padahal, sudah tau jawaban Kenzie akan seperti apa. Harus dekat dengan Naya? Sungguh, itu adalah mustahil baginya.

"Minimal kamu hargai papa. Hargai mama Vana, hargai juga Naya. Di sekolah, Naya selalu cerita kalau kamu sering marah-marah. Kamu harus terima, Naya sekarang adik kamu." Merasa geram, Quentin sedikit menaikan nadanya. Lihat saja, bahkan anak laki-lakinya itu tetap santai, dengan memainkan ponsel.

"Kalau papa denger kamu marah-marah lagi sama Naya. Papa enggak mau ketemu lagi."

Kenzie menoleh dengan datar, tiga detik berikutnya ia tertawa hambar. Lalu tangannya menyimpan ponsel ke saku celananya.

Seraya bertepuk tangan, Kenzie berbicara. "Bagus! Bagus! Bahkan bokap sendiri udah enggak tau siapa anak kandung sebenarnya. Padahal baru nikah kemarin, posisinya udah di gantiin." Ujar Kenzie menggeleng-gelengkan kepala. "Bisa deket sama Naya? Nyebut namanya aja gue ogah!"

"Kenzie!" Quentin menegas, ia melotot menatap anaknya. "Begini si Roy ngajarin kamu bicara sama papa!?"

Kenzie menggeleng santai. "Enggak, papa Roy enggak pernah bilang apapun. Gue ngerestuin papa mau nikah sama siapapun itu. Tapi, gue enggak bisa buat deket sama si Naya!" Tegas Kenzie. Ia berbalik arah, lalu pergi meninggalkan papanya yang masih berteriak memanggilnya.

Harus rukun? Dengan Naya?

Sungguh mustahil!

Dua tahun Dylan dan Naya bersama. Tetapi setiap hari pula, Naya akan bergerilya ke lengan Kenzie setiap waktunya. Dia tak segan mendekati laki-laki lain. Seperti, Niko contohnya!

Naya bahkan pernah bercinta dengan Niko. Padahal, status Naya saat itu masih menjadi kekasih Dylan.

Status whatsapp Dylan selalu tentang Naya. Kenzie tau itu, sebarapa bucinnya dia pada Naya. Namun Naya dengan lupa dirinya kesana kemari dengan laki-laki lain.

Sekarang, ayahnya memaksa dia harus menerima kenyataan bahwa Naya adalah adiknya. Adik sialan maksudnya? Yang sudah mengkhianati Dylan dibelakangnya? Selama dua tahun? Perempuan bangsat macam apa itu?

Tentu saja Kenzie menolak mentah-mentah. Apalagi, Kenzie tau alasan Naya mendekatinya. Bukan semata-mata dia adalah adik, melainkan dia menginginkan Kenzie sendiri.

Setiap orang yang sudah membuat Dylan terluka harus di basmi! Sekalipun itu adalah adik sendiri!

Kenzie mencoba mengatur nafasnya untuk tidak terlihat memendam amarahnya di depan Dylan. Bagaimanapun suasana sudah berubah menjadi lebih baik. Kenzie tak ingin merubah suasana. Mengingat Dylan yang sekarang ada di kamar hotel berdua dengannya membuat Kenzie dengan cepat merubah suasana hatinya. Ia tersenyum hangat, dan berbelok ke restoran, membeli kue cokelat. Pasti saja, Dylan akan sangat senang jika melihat Kenzie menenteng makanan kesukaanya.

Setelah kue ada di tangan, Kenzie berlari untuk cepat sampai, rasa rindu yang tiba-tiba menyerang membuat Kenzie berkeringat. Bisa Kenzie bayangkan, saat ini Dylan tengah rebahan, menunggunya, lalu Kenzie datang memberi kue, dan mereka bahagia malam itu. Senyum kepuasan terlukis di bibir Kenzie.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang