"Noah?" Seorang wanita berpakaian putih datang mendekati Dylan. Saat ini Dylan sedang duduk diruang tunggu. Beberapa saat yang lalu nama bu Sopie sudah terpanggil, dan Agam yang membawa keruangan dokternya karena hanya satu orang yang boleh mengantar ke dalam.
Dylan hanya berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Ia mengscroll foto-foto ketika di Yogyakarta. Disana, entah itu bersama Niko atau Kenzie, Dylan selalu terlihat tampan. Apalagi, foto mereka berlima. Saling merangkul satu sama lain dan satu kaki mereka terangkat. Membuat Dylan terlihat sama di depan kamera. Meskipun Dylan harus mengakui bahwa dirinya yang paling pendek.
Dylan menoleh ke suara perempuan yang berdiri di hadapannya. Perempuan itu langsung terduduk dengan wajah terkejut. Ia bahkan tak segan menangkup wajah Dylan.
"Tuhan, kamu bener-bener mirip Noah." Ujarnya membolak balikan wajah Dylan.
"Saya Dylan, kak." Kata Dylan. Perempuan di depan mungkin berusia 22 tahun. Wajahnya cantik dengan riasan naturan dan bulu mata yang lentik membuatnya terlihat sempurna.
"Oh Dylan, Kakak Mahika Jovita." Ujar perempuan itu. "Dylan boleh panggil Kakak, Jo." Katanya lagi. Ia kembali menangkup pipi Dylan. "Kamu mirip banget sama sepupu Kakak, Narendra Noah." Tangan cewek itu naik ke atas hidung, dan mengusap mata Dylan seraya menggeleng takjub.
Dilihat dari postur perempuan itu, dia amat cantik. Mana mungkin Dylan terlihat seperti saudaranya. Dylan hanya laki-laki sederhana.
"Masa sih, kak? Noah pasti tampan, beda sama saya." Ujar Dylan dengan malu-malu.
Mahika dengan antusias menggeleng. "Enggak, kamu mirip banget sama Noah. Hidung, mata, bentuk bibir, alisnya juga mirip banget." Katanya. "Kamu jadi reinkernasinya Noah. Ya tuhan, mama, ayah, harus liat kamu. Biar kangen mereka terobatin." Mahika heboh sendiri. "Dylan boleh kakak minta no whatsappnya? Nanti kapan-kapan Dylan main kerumah Kakak, ya? Dylan sibuk apa?" Ujarnya.
Dylan bahkan tak di beri kesempatan untuk sekedar menanyakan, bahwa apa yang dilihat dari kakak perempuan ini pasti salah. Dylan anak pantai, kulitnya berwarna tan, rambut lurus tergerai sampai jidat, pakaian putih kaus Yogya, celana jeans hitam semata kaki, sendal jepit kumel. Mana bisa di sandingkan dengan salah satu keluarganya. Kakak perempuan ini pasti katarak.
Namun, Dylan masih tetap Dylan, seorang anak laki-laki sederhana dan tak enakan setiap orang butuh bantuan dia akan selalu mengiyakan.
"Boleh, kak. Ini no whatsappnya." Dylan berujar seraya memberikan ponselnya yang tertera no whatsappnya sendiri.
Mahika dengan senang mencatat no Dylan dan mengirim pesan langsung, Dylan sudah mengetahui kemudian ia memberi nama sesuai dengan nama yang Mahika sarankan: Kakak Jo.
"Makasih ya, Dylan. Nanti Kakak kabarin lagi. Semoga Dylan bisa main kerumah Kakak." Kata Mahika, setelah mengatakan ini dia pamit karena sudah jadwalnya bekerja.
Dylan yang melihat itu hanya menggaruk kepala bagian belakang.
Di ujung sebrang sana, Agam mendorong bu Sopie. Melihat bahwa Dylan kesayangannya bertukar no dengan perempuan memakai seragam putih. Hati Agam sedikit tercubit. Lagi-lagi, saingannya menambah. Bahkan, bukan saingan biasa, tetapi semua yang dekat dengan Dylan membuat Agam frustasi. Awalnya, Dylan selalu sendiri, tak banyak orang yang mendekati Dylan. Tetapi, saat restoran.Enak tutup, seperti macan tutul yang kelaparan saat melihat mangsanya.
Namun, Agam lebih memilih diam. Hanya harus percaya bahwa Bang Dylnya pasti akan menempel padanya suatu saat nanti.
O U R S T O R Y
Sialnya, sudah puluhan pesan terkirim. Namun tetap saja Dylan tak niat membalas pesannya. Kenzie kesal sendiri. Pulang sekolah, ia lebih memilih pergi untuk menemui Dylan dirumah Amanda. Tetapi, ayahnya menyuruh Kenzie untuk datang ke pabrik membawa mobil, karena akan ada rapat mendadak. Kenzie menyetujui suruhan dari pak Roy, dan berangkat ke pabrik. Menyimpan motornya dan langsung berganti dengan mobil. Saat di perjalanan Kenzie memberitahukan Fara bahwa ia akan berkunjung menemui Dylan. Fara dengan senang hati mengijinkan anak kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Short StoryDylan Byantara yang kini hidup sebatang kara karena insiden mengerikan itu lebih memilih kabur dari rumahnya. Lulus SD ia pergi, dan bekerja di restoran yang sudah bangkrut. Bagaimana ia bertahan hidup? Justru teman masa kecilnya yang menyelamatkan...