28.

223 37 5
                                    

Rutinitas pagi hari wajib sarapan di rumah. Entah itu ada sesuatu yang mendesak, atau rapat yang mendadak. Namun, keluarga tetap yang utama.

Niko, yang sering dipanggil Mauzha oleh keluarganya turun dari kamar menggunakan seragam sekolah dengan kumplit. Laki-laki tampan itu terlihat sangat beriwabawa, turunan dari ayahnya yang seorang polisi.

Roti oles selai cokelat menjadi menu utama di pagi ini. Mamanya yang lebih memilih jadi IRT menyuguhkan kopi pada suaminya yang sibuk memeriksa ponsel. Panggilan-panggilan dari bawahan membuat Yoga sang kepala rumah tangga merasa terburu-buru.

"Selamat pagi." Ucap Mahika berjalan mendekati meja makan.

"Pagi." Balas sang mama. "Mbak mau kerumah sakit? Semalem pulang jam dua."

Mengambil roti oles di depan, Mahika menjawab. "Iya, ma. Ganti shif sama temen. Hari ini, mantannya nikah dia mau datang." Ujarnya.

Setelah mendapatkan panggilan telepon, Yoga lantas buru-buru keluar, tak lama ia pamit karena ada kasus yang mendesak. Mereka semua memahami apa yang sering terjadi di pagi hari. Karena tuntutan pekerjaan.

"Zha, kemarin dirumah sakit, mbak ketemu sama orang yang mirip banget sama Noah." Ujar Mahika menoleh Niko. "Dia bener-bener mirip, ma. Kayak reinkernasi, gitu." Mahika menatap sang mama karena mendengar itu, mamanya sedikit terkejut.

Dengan tenang, Niko menjawab. "Namanya Dylan, mbak."

Menggebrakan meja karena terkejut, Mahika menoleh adiknya itu. Lantas Niko tertawa ringan seraya berbicara. "Aku udah ketemu sama Dylan. Sekarang, lagi deket sama dia."

"Mauzha! Astaga! kenapa enggak bawa si Dylan kerumah? Mama pasti mau ketemu. Ma, beneran, Dylan ini mirip banget sama Noah." lagi-lagi Mahika heboh sendiri. "Mbak juga punya no whatsappnya, dia baik, ramah lagi. Mbak unyel-unyel pipinya dia enggak marah ... Serius, ya, Zha, mbak mau minimal besok kamu bawa dia kerumah. Ketemu mbak, ketemu mama, ketemu ayah juga."

Rani sang mama mengerutkan kening. Mahika berbicara dengan nada yang sangat meyakinkan. Bagaimana bisa seseorang yang sudah meninggal lima tahun lalu bisa reinkernasi menjadi orang lain. "Emangnya bener-bener mirip gitu, mbak?" Tanya Rani untuk meyakinkan diri. Bagaimanapun anak perempuannya itu begitu semangat, bahkan sudah diundang untuk bertatap muka.

"Mirip banget. Tanya Mauzha, ma. Katanya dia deket sama Dylan ini."

Rani langsung menoleh Niko untuk mendapatkan jawaban. Niko mengangguk. "Mirip, ma. Nanti aku kenalin ke mama." Jawabnya.

Setelah selesai sarapan bersama. Rani langsung mengantar anaknya untuk pergi sekolah. Niko memang sudah berumur tujuh belas tahun. Tetapi, Rani masih belum mengijinkannya membawa mobil sendiri. Kalau motor pribadi, Niko memang sering membawa.

Setelah sampai kelas, ruangan gaduh menjadi makanan sehari-hari. Kenzie duduk di barisan kedua, tangannya di apit oleh gadis cantik. Namun, kebiasaan dirinya yang tak perduli menghiraukan gadis berambut sedikit ikal itu.

"Hei, Nik. Gue duduk sama Kenzie, ya, hari ini." Ujarnya tersenyum. Niko langsung mengangguk.

Tetapi, setelah perempuan berkata seperti itu Kenzie berdiri dengan tiba-tiba, menyeret tasnya dan pindah ke kursi paling belakang. Sebelum duduk, Kenzie menempeleng kepala seseorang yang memang duduk disana. Faham akan keadaan, laki-laki itu langsung pindah kursi.

Tak kalah dengan sikap Kenzie yang memang seperti itu. Perempuan itu juga menyeret tasnya dan ikut duduk disamping Kenzie.

Kenzie menoleh sebal ke arah wanita yang terus mendekatinya. "PINDAH!" Kata Kenzie berteriak tepat di muka perempuan itu. Dan tanpa apapun lagi, wanita pergi meninggalkan Kenzie dengan perasaan yang takut.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang