39.

504 43 31
                                    

"Ciie yang udah honeymoon." Danish berbicara saat sedang mengemudi. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan menjadi senyum mengejek.

"Gimana, Dyl, malem pertama? Sakit enggak?" Gilang ikut menyahut, ia juga tertawa mengejek.

Karena tak mengerti, Dylan mencondongkan badannya untuk lebih mendekat ke arah dua lelaki di depan. "Apaan? Siapa yang udah honeymoon?"

Danish tertawa menoleh Dylan. "Lo sama Kenzie. Lo nginep, kan, di hotel Permata berdua sama si Kenzie?"

"Gila sih, Dyl, itu hotel bintang empat. Macam-macam gaya kayaknya." Gilang masih tertawa menoleh Dylan di belakang.

"Tapi bukan honeymoon, gue emang ke hotel bareng Kenzie." Ujar Dylan, sedetik kemudian ia terkejut. "Eh tapi kalian tau gue kehotel sama Kenzie?"

"Terus apa kalau bukan honeymoon? Enaena?" Danish semakin menikmati tawanya. "Tau dari si Kenzie. Semalem kita ngajakin maen game bareng, tapi kata dia lagi honeymoon sama lo."

"Dilebihin tuh ngomongnya sama Kenzie. Orang cuma tidur doang. Lagian ada Naya juga, ortunya keluar kota jadi Kenzie disuruh buat jagain adiknya."

"Masa sih, Dyl? Terus si Kenzie setuju buat jagain Naya?" Tanya Danish menaikan satu alisnya.

"Enggak tau, gue langsung pulang. Tapi pastinya Kenzie mau." Jawab Dylan, mengingat itu, Dylan malah kembali teringat tentang perkataan Kenzie yang mengatakan Naya sudah bercinta dengan Niko. "Oh, ya, gue mau tanya, Niko itu pacaran sama Naya?"

Gilang menyembulkan kepalanya ke belakang. "Lo enggak tau, selama ini Naya ngejar-ngejar Kenzie? Lagian si Naya bukan tipenya si Niko. Enggak mungkin lah mereka pacaran."

"Tapi tenang aja Dyl, si Kenzie udah cinta mati sama lo. Enggak bakal tergoda sama si Naya. Dari dulu, si Kenzie cuek banget sama orang lain." Danish ikut meyakinkan. Bahkan, laki-laki yang sedang menyetir berbicara dengan serius.

Hanya saja, hati Dylan sedang tidak fokus untuk mendalami perasaan Kenzie. Meski begitu, pelan-pelan cinta yang Kenzie pendam mulai tersalurkan pada Dylan. Dylan mengetahuinya dengan baik. Namun, tak bisa dipungkiri sakit hatinya sekarang mengalahkan kepeduliannya pada Kenzie.

Tapi, mengapa mereka bisa bercinta tanpa adanya status? Kejadian tadi pagi di hotel membuat Dylan juga sadar, bahwa Naya memang sedikit ganjen. Ia dengan leluasa meraba-raba Kenzie hingga nyaris memperkosa kakak tirinya. Mungkin saja, Niko adalah korban pemerkosaan yang dilakukan Naya. Bagaimanapun, Dylan harus bertanya mengenai itu pada Niko dan meminta penjelasan.

"Niko itu orangnya gimana, sih? Keliatan misterius." Tanya Dylan.

"Niko? Lo tertarik ya sama dia?" Gilang menjawab.

Dylan menggeleng, "Enggak juga. Cuma pengen tau aja."

"Kalau dipikir-pikir Niko itu punya sifat kayak lo, Dyl. Si Niko orangnya enggak tegaan sama orang lain. Padahal tau orang itu cuma manfaatin doang, tapi dia masih tetep stay. Cuma kekurangan dia, dia gampang bosenan orangnya. Dikit-dikit bikin anak orang lain nangis sering diputusin sepihak." Danish berbicara dan dibalas manggut-manggut oleh Gilang disampingnya.

Dylan sedikit memahami apa yang telah Danish ucapkan. Mungkin benar kejadian mereka bercinta bisa karena Naya yang terlalu agresif pada laki-laki. Tetapi, mengapa saat mereka masih berpacaran? Apa Naya tidak tau seberapa bucinnya Dylan waktu itu? Semua tentang Naya, semua untuk Naya. Dan akhirnya Dylan mengerti, dari pertama mereka berpacaran hingga mereka putus, Naya tidak pernah sekalipun memposting yang berhubungan dengan Dylan.

Sadar diri, Naya tidak pernah cinta pada Dylan.

"Eh kok disini." Ujar Dylan sedikit terkejut, Danish sudah memparkir mobilnya di kedai es krim.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang