-MyEnemyMyLover-
Jam makan siang hari ini mungkin bisa dikategorikan waktu istirahat terlangka yang Hani punya selama masa jabatnya sebagai ketua klub seni. Hanya ada beberapa waktu yang rasanya Hani habiskan ketika jam istirahat di kantin. Banyaknya lagi, ia akan memakan roti atau gorengan saja karena tuntutan tugas yang ia emban.
Ada yang berubah ketika Hani menjabat sebagai ketua klub yang terkenal garang di sekolahnya ini. Ketenarannya melambung, namanya sering disebut dan lagi yang paling tidak enak adalah perihal waktu istirahatnya yang semakin singkat.
"Merdeka banget lo hari ini, Han."
Lingga mengambil duduk di depan Hani setelah meletakkan dua mangkuk bakso aci di meja yang menjadi pemisah mereka.
Hani mengangguk sekali. "Mau sujud syukur rasanya, hari ini free. Bisa stress gue, kalau tiap hari ngurusin kerjaan."
Namun baru saja Hani selesai mengatakan itu, sebuah kertas dengan klip tiba-tiba saja berlabuh di mejanya. Sendok yang berisi sebuah baso tadi tak jadi masuk ke mulut Hani, berhenti di udara seketika saat ia melirik kertas itu.
"LPJ dari klub lo banyak yang harus direvisi."
Kaili, tengah berdiri di sebelah Hani dan Lingga, dengan wajah datar dan terlihat super tengil di mata Hani. Kedatangan Kaili sekarang benar membuktikan bahwa tiada pernah ada hari tenang di sekolah bagi Hani sekarang. Kaili sibuk mendatanginya dengan banyak kesalahan yang sudah ia usahakan.
"Kerjaan sekretaris lo itu banyak banget sampai yang kayak gini aja nggak cukup waktu buat nyelesainnya?" tanya Kaili seperti memojokkan Hani.
Lingga tak bisa bicara apa-apa. Ia memilih diam dan melirik Hani yang masih saja bungkam di depannya. Sepertinya, Hani menganggap Kaili tidak ada.
"Han," panggil Kaili karena Hani tidak merespon sama sekali. "Hani!" ulangnya dengan lebih tegas.
Hani masih saja diam, masih sibuk meniup kuah baksonya.
"Okay," ujar Kaili mengangguk-anggukkan kepala. "Kalau gitu, silakan urus sponsor untuk ev—"
"Mana sini gue lihat," ujar Hani menyela kalimat Kaili sambil menarik tumpukan kertas yang tadi diletakkan Kaili ke atas meja.
Senyum miring yang sangat tipis terbit di wajah Kaili dan itu semua tak sempat ditangkap oleh netra Hani. Tidak sekalipun ia menatap Kaili yang sekarang sedang berada di sebelahnya. Tidak peduli juga pada Kaili yang sudah menarik salah satu kursi dan meletakkan itu di sebelahnya.
Ketika membolak-balik kertas yang ada di depannya, kerutan tercipta jelas di dahi Hani.
"Kata lo tadi banyak salahnya," kesal Hani langsung menatap Kaili yang sekarang sudah mengambil duduk di sebelahnya. "Ini termasuk dikit."
"Lebih dari dua itu banyak," jawab Kaili tidak mau kalah. Seperti biasanya.
Ada beberapa detik yang dihabiskan Hani hanya untuk menatap wajah tengil milik Kaili sebelum akhirnya ia berdecak keras dan memutus tatapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...