-MyEnemyMyLover-
Helaan napas lelah terdengar dari arah Hani. Ia diam beberapa detik sebelum akhirnya hanya menggeleng pelan dan sebisa mungkin menghindari obrolan yang terjadi antara dua orang di dekatnya sebentar lagi.
"Hei, Bro." Ares menaikkan telapak tangan kanannya di udara dan dibalas oleh orang di depan sana sebelum akhirnya mengambil tempat di samping mereka.
"Kalian berdua sibuk ngomongin apa?"
"Kai, lo nanya mulu kayak wartawan." Hani berdaecak setelah mengucapkan kalimatnya dengan kesal. "Lo kalau mau duduk di sini, mending diem aja deh. Gue mau makan soalnya."
Krik. Krik.
Pernah mendengar suara jangkrik yang memenuhi kesunyian? Nah, seperti itu kurang lebih suasana mereka sekarang. Ares dan Kaili yang baru datang sekarang tengah menatap Hani beberapa detik sebelum akhirnya hanya tersenyum satu sama lain.
Melihat hal itu, Hani berdecak. Kesal sendiri dengan kelakuan Ares dan Kaili.
"Kompak ye, lo berdua, sekarang?" Hani menghela napas. "Suka-suka lo berdua, deh."
"Gue masih suka cewek galak sih, Han."
Tanpa menoleh, Hani meletakkan atensinya pada Ares yang barusan saja bicara. Ia hanya menggeleng pelan sebelum akhirnya diam lagi.
"Lo suka Hani, Res?"
"Apa sih, lo?!" Kesal, Hani hampir melayangkan sendok di tangannya ke wajah Kaili.
Kaili berdecak. "Biasa aja dong, lo. Nggak usah salting gitu."
Netra Hani melebar dan ia menatap Kaili dengan penuh kekesalan. "Bacot, lo." Diakhiri dengan memutar bola mata.
"Kalau gue suka sama dia, bebas aja, kan, Kai?"
Hani melirik malas ke arah Ares dan Kaili. Ia menghela napas pada akhirnya dan ingin sekali mengumpat tapi tenaganya tak cukup banyak untuk meladeni manusia-manusia dengan tingkat menyebalkan di atas rata-rata yang duduk di sekitarnya.
"Lo ada kerjaan sama gue kan, Han?"
Secara tiba-tiba saja, Kaili mengganti topik pembicaraan antara mereka dan membuat kedua alis Hani terangkat.
Dih, tumben nih orang melenceng dari bahasan.
Hani menggeleng dan mengangguk. "Iya, deng. Tapi jangan sekarang lah, Kai. Kepala gue bisa pecah mikirin event terus."
"Terus mau kapan?" tanya Kaili. Ia berdecak. "Kalau ditunda-tunda, lo kebiasaan manjangin kerjaan."
Hani diam dengan netra masih menatap Kaili.
"Udah," ujar Kaili sambil mengangkat iPad di tangannya. "Kita mulai sekarang sebelum besok lo sibuk sama yang lainnya."
Akhirnya, demi menyelamatkan dirinya dari siksaan tentang event yang sudah pasti banyak, Hani mengangguk. Akan jadi PR ketika event tahun kemarin dinilai sangat baik apabila tahun ini menjadi lebih buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...