18 - Tepuk Pelan Kepalanya

15 3 2
                                    

Holaaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holaaaaa.
Ketemu sama Aku lagi~
Enjoy yaaaaa💞

-MyEnemyMyLover-

Kenapa hujan di satu kota tidak merata?

Pertanyaan itu yang pagi ini berputar di kepala Hani. Ia sedikit tak terima karena ketika pulang dari sekolah kemarin, langit masih cerah namun ketika sampai di depan komplek perumahannya tiba-tiba saja hujan rintik. Karena merasa jarak tempuh sudah dekat, maka ia meminta kang ojol yang mengantarnya untuk melanjutkan perjalanan.

lalu lihat sekarang, ia terkapar. Alula Hani sakit kembali setelah sekian lama tidak sakit sampai sulit bangkit.

"Hatchi!"

Hani menarik nafas berulang kali demi mencegah cairan itu keluar dari hidungnya. Sesekali ia akan mengucek hidung serta mata yang terasa semakin panas. Ia benci keadaan ini. Baginya, sakit dan tidak bisa melakukan apa-apa adalah neraka. Lebih menyebalkan lagi, karena sakit ini bukan disebabkan oleh kelelahan, namun karena hujan.

Bunyi handle pintu membuat Hani melirik ke arah kirinya dan mendapatkan ibu masuk dengan piring beserta gelas tinggi berisi air putih.

"Ibu," rengek Hani.

Ibu melirik Hani dan menggeleng pelan, memberikan senyumnya walau anaknya sedang terkapar demam. Hani melirik ibu yang sedang meletakkan gelas dan piring ke atas meja dan menggeser makanan itu ke arahnya.

"Ayo, bangun." Ibu membantu Hani untuk bangkit.

Tanpa membantah, Hani langsung bangkit dan duduk sambil menyandar di dipan. Ia melirik makanan yang dibawa ibu dan mengangguk. "Aku bisa makan sendiri," ujarnya sambil mengambil piring berisi makanan di nakas. Namun karena pegangannya lemah dan nampaknya ototnya masih tertidur, maka piring itu hampir terjatuh.

Ibu dengan sigap meletakkan tangan di bawah piring dan menyangganya sejenak sebelum kembali membiarkan Hani yang memegangnya.

Hani makan dalam diam dengan ibu yang masih duduk di sebelahnya. Walau makanannya terasa tak enak sama sekali, tapi ia masih memakannya. Tidak menjamin akan habis semua atau tidak, tapi setidaknya ia sudah makan banyak dan berharap segera sembuh agar bisa beraktivitas kembali.

"Panas matanya, Nak?"

Tanpa menutupkan apapun lagi, Hani mengangguk dan ia memang merasa panas sekali di bagian mata sampai ada cairan yang meminta diloloskan dari sana.

"Setelah ini minum obat, terus istirahat, ya."

Hani mengangguk-angguk dan tak mau berkata apapun. Suaranya terdengar tak seperti biasanya saat ia bicara dan ia tak ingin mendengarnya sekarang.

Kepalanya yang sakit, hidungnya yang gatal, matanya yang panas, lidahnya yang tak enak dan masih banyak keluhan lain yang ia rasakan, membuat Hani ingin sekali mengumpat hidupnya, ingin sekali juga mengumpat hujan panas kemarin. Lalu ketika ingin melakukan semua itu, ia ingat kembali kalau ia sudah tahu akan sakit ketika terkena hujan, tapi ia tetap membiarkan tubuh dan kepalanya ditetesi air hujan.

My Enemy My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang