-MyEnemyMyLover-
"Ini semua masih bayangan. Nggak menutup kemungkinan ada penambahan di masing-masing unit. Atau harus tambah unit."
Tepat di mana Kaili meminta deadline pada Hani, hari itu juga ia mendapatkan apa yang ia minta. Matanya menatap orang yang sedang berdiri di depannya.
"Halo," ujar Hani menjentikkan jemari di depan wajah Kaili yang menatapnya saja tanpa bicara. "Ambil, Kai. Gue masih banyak kerjaan."
Ketika Hani meletakkan proposal di dadanya dengan sedikit sentakan, saat itu Kaili baru bereaksi. Ia mengerjap sekali dan mengangguk.
"Oke. Thanks, Han." Kaili mengangguk sekali. "Kalau ada yang mau gue tanyain, gue hubungi lo?"
"Iya." Hani mengangguk. "Datengin ke sanggar juga, nggak jadi masalah."
"Oke."
Selepas itu, Hani beranjak dari hadapan Kaili dan membuat cowok itu berdecak pelan setelah tak berhadapan lagi dengan Hani.
"Sialan, Hani." Kaili berdecak pelan.
Karena merasa bahwa proposal dari klub seni harus ia lihat hari ini juga, maka Kaili berjalan ke arah ruang osis. Proposal ini harus ia review dengan Ghaitsa. Akan ada banyak hal yang harus mereka periksa berdua.
Sambil berjalan, Kaili bertemu dengan Laskar dan Ezza. Tadi, kedua temannya itu memang mengajaknya ke kantin. Melihat kedua orang itu sedang tertawa-tawa dan menjorok satu sama lain, Kaili pastikan bahwa ada kabar lucu dan tidak terduga yang ia lewatkan.
"Eh Kai. Mau ke mane, lo?" tanya Ezza dengan wajah tersenyum. Ia mengangguk sekali, melirik Laskar di sebelahnya lalu kembali ke wajah Kaili. "Abis ketemu Hani lo, ye?"
Untuk sejenak, Kaili hanya diam dan menatap Eza dengan alis terangkat. Kira-kira, bagaimana temannya bisa tahu bahwa ia baru saja bertemu dengan Hani. Apa sekarang ada tulisan di jidat Kaili tentang apa yang sedang ia pikirkan?
"Lo ngapain lirik-lirik ke ke atas gitu, Kai?" Laskar tertawa puas bersama dengan Ezza. "Nggak lo omongin apa yang lagi ada di pikiran lo, juga kita udah tau. Itu di tangan lo ada proposal, cok. Keliatan tulisannya klub seni."
Mendengar hal itu, decakan Kaili terdengar. Bahkan ia sampai setolol itu untuk tidak menyadari bahwa di tangannya sekarang ada proposal. Lagi pula tanpa diucapkan, Laskar sudah pasti tahu bahwa proposal yang ada di tangannya adalah proposal dari klub yang menaungi cowok itu.
"Kenapa sih, lo berdua ketawa terus?" tanya Kaili dengan wajah bingung.
"Ih, kepo. Kepo banget lhooooo."
Selepas Laskar bicara seperti itu, ia dan Ezza tertawa puas. Apalagi ketika melihat wajah Kaili yang kebingungan di depannya padahal sekarang mereka sedang membicarakan temannya satu itu. Karena mereka tahu, tadi Kaili bertemu dengan Hani dan tatapan temannya satu itu tak bisa lepas dari wajah Hani dan apa yang cewek itu pakai hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...