-MyEnemyMyLover-
[Han, lo di mana?]
"Bentar lagi sampe. Lagi sama kang ojek onlen ini."
[Oke. Gc.]
"Iye."
Hani mematikan sambungan teleponnya setelah berdecak. Ia susah payah meminggirkan helm untuk memasukkan ponsel ke sana agar telinganya bisa mendengar dengan baik apa yang dibicarakan lawan bicaranya di seberang sana.
Kesiangan karena tak bangkit juga dari tidur walau suara ibu sudah susah payah memanggilnya, Hani harus rela diteror oleh Nando yang sepuluh menit sekali menghubunginya saat ia sudah satu jam telat dari janji temu.
Hani sudah bilang akan datang siang, namun Nando tak mendengarkannya. Siang menurutnya sekitar jam sepuluh ke atas. Namun menurut Nando, jam delapan sudah termasuk siang untuk kegiatan hari ini.
Begitu sampai, Hani langsung berlari menuju gedung ketiga. Dengan hanya membawa badan, ia dengan cepat sampai di depan lift dan masuk tanpa menunggu, memencet angka tiga dan selang lima detik ia sudah sampai di lantai di mana sanggar berada.
"Han!"
Panggilan itu membuat Hani menoleh ke arah kirinya dan menemukan Nando sudah berdiri berdepanan dengan Laskar. Ada beberapa orang yang ia ketahui bukan anggota klub seni. Tapi karena klub boxing berada berdepanan dengan ruang sanggar seni, maka sudah pasti di lantai tiga ini dipenuhi oleh siswa sekolah. Dua klub terbesar di SMA Gandapatih sedang berkumpul di lantai tiga gedung C.
Langkah Hani mendekat ke arah Nando dan Laskar. Wajahnya sedikit kesal, namun tak mau berkata apa-apa. Rasanya ia masih mengantuk sekali sekarang. Tapi dipaksa oleh keadaan dan keharusan.
Ngantuknya tiba-tiba saja berubah jadi kesal ketika suara seseorang masuk ke ruang dengarnya.
Sudah tahu siapa pemilik suara itu?
Benar. Kaili.
"Kostum traditional dance udah ada di lo atau belum?"
Hani menggeleng pelan. "Masih di laundry. Besok bisa ambil nggak, Kar?" tanya Hani menatap ke arah Laskar.
"Hm?" Kedua alis Laskar terangkat menatap Hani, sebelum akhirnya mengangguk dan mengangkat jempol di udara. "Siap, buketu!"
Hani mengangguk dan bersamaan dengan itu ia menguap. Rasa kantuknya makin menjadi namun tak bisa meninggalkan tugasnya hari ini.
"Arena di mana?" tanya Hani menatap Kaili.
Untuk satu dan lain hal, ia mau melihat ke arah sebelah kanannya sekarang di mana Kaili berdiri di sebelah Laskar. Matanya menatap Kaili yang sekarang tengah meneliti kertas yang cowok itu pegang.
"Hm." Kaili mendongak dari kertas di tangannya dan melihat ke wajah Hani. "Di lapangan dalam. Udah ada. Mau ke sana lihat track?"
Hani berpikir sebentar, tentang hal yang ia butuhkan untuk pembukaan acara yang hanya berkelang dua hari dari sekarang. Berselang tiga detik, ia mengangguk. Membuat ia, Kaili, Nando beserta Laskar berjalan untuk turun ke lantai pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...