-MyEnemyMyLover-
"Tema PENSI tahun ini, cinta Indonesia."
Hani mengangguk-angguk setelah mendengarkan pembacaan voting tertinggi setelah diberikan tiga pilihan tema. Dari tema kenakalan remaja, jaman dulu dan cinta Indonesia, hanya satu yang mendapat vote paling tinggi dari semua anggota klub seni.
"Hani sebagai ketua klub, Nando dibantu Hendi sebagai ketua panitia. Diharapkan semua anggota bisa berkontribusi dengan maksimal, dan Ibu akan berkoordinasi dengan semua klub Gandapatih yang terkait."
Semua anggota klub seni termasuk Hani mengangguk setuju. Dengan bantuan Bu Sandra, Hani merasa bebannya sedikit terangkat walau bagaimana pun, tanggung jawab klub seni masih ada di tangannya.
"Han."
Hani mendongak dan mendapati wajah Nando di depannya. "Kenapa?" tanyanya.
"Gue ambil alih rapat?"
Sejenak, Hani melirik ke arah depannya dan tak menemukan siapapun di sana. Ternyata Bu Sandra sudah keluar dari dalam ruangan yang sama dengannya. Sekarang tinggal ia dan semua teman satu klub seni. Memang setelah rapat bersama Bu Sandra, mereka akan melakukan rapat lagi untuk menentukan sistem kepanitiaan dan pengembangan tema.
"Han."
"Ah, oh, i-iya. Silakan, Nan."
Setelah melakukan hukuman dari sekolah krena telat tadi, secara tiba-tiba saja dan tanpa alasan, Hani jadi tidak fokus menjalankan tugasnya. Dari tadi ketika Bu Sandra mengambil alih rapat, beberapa poin tak sempat ia dengar. Ia juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba ia merasa tidak fokus dan ... aish! Ia memikirkan Kaili.
Seorang Hani memikirkan Kaili.
Ia merasa bersalah dengan perlakukannya pada Kaili tadi, padahal cowok itu membawakannya makanan. Ia tidak bicara pada siapapun bahwa hari ini ia kesiangan dan membuatnya kelaparan. Tapi Kaili tanpa aba-aba membawakannya makanan. Hanya roti bantal dan susu rasa strawberry. Tapi sampai saat ini, perlakuan cowok itu sungguh terniang di dalam ingatan Hani.
"Hani!"
Hani terlonjak dari posisinya dan langsung membuat matanya menatap ke arah sumber suara yang barusan saja menyentaknya. Ia mengerjap-erjap dan menatap Laskar yang juga sedang menatapnya dengan kening mengerut.
"Kenapa?" tanya Hani setelah ia sempat berdeham. Ia membenarkan letak duduknya dan menatap Laskar yang masih menatapnya dengan senyum kecil. "Kenapa, Kar? Kenapa lo malah senyam-senyum?"
Laskar masih tersenyum dan melipat bibirnya ke dalam. "Nggak," jawabnya singkat sembari menggeleng. "Gue baru kali ini lihat lo nggak fokus. Tumben aja."
Hani hanya meneguk ludahnya dan menggeleng pelan. Ia bahkan tak mengerti kenapa ia memikirkan semuanya sekarang.
"Dari tadi Nando panggil lo," ujar Laskar melirik ke arah Nando yang sedang menjelaskan sesuatu di depan sana, lalu melirik kembali pada Hani yang masih duduk di depannya. "Tapi karena lo nggak nyaut, makanya dia takut panggil lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...