11 - Unfinished

19 5 2
                                    

-MyEnemyMyLover-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-MyEnemyMyLover-

"Gue?"

Laskar menatap Ares dengan tatapan tak percaya, seolah baru saja dituduh membobol ATM senilai 1 milyar.

"Lo yang bener aja! Gue sama dia masih," jeda Laskar untuk menatap orang di sebelahnya. "Masih gebetan doang. Doain aja ye, Bro."

"HEH!" tegur Hani dengan mata melotot. "Sembarangan banget lo kalau ngomong."

Percayalah jika dari banyaknya opsi yang ada, ia tidak akan pernah mau berterus terang dengan berkata bahwa Laskar atau siapapun cowok hits di sekolah ini adalah gebetannya. Bisa gila kalau nanti ada yang menanggapi dengan serius dan tidak-tidak akan mem-bully-nya selama masa hidupnya di sekolah. Ya, walaupun sejauh ini tidak ada yang berani melakukan hal tidak baik itu padanya.

Ia dikenal dengan ratu pembalasan. Baginya, jika ada yang mengambil tempatnya, maka ia akan merebut tempat itu lagi bahkan dua kali. Sudah dibuktikan pada siswi satu angkatannya yang bersusah payah mengambil hati Bu Sandra agar bisa masuk ke line-up kepengurusan inti klub seni. Waktu itu, ia harus dikeluarkan dari line-up inti karena pergantian nama baru, membuatnya merasa harus membalas. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa merebut posisinya sebagai ketua klub seni sekarang.

"Ah, gue kira." Ares tertawa pelan sambil menggaruk tengkuknya.

Sialan. Kenapa bisa ada Ares di sini dan walau sudah pindah satu kota dengannya, kenapa harus ke Gandapatih? Hani hanya bisa menghela napas karena kesal sendiri dengan kenyataan yang sedang menertawakannya dengan sangat keras saat ini.

"Lo ada kerjaan sama dia?" tanya Ares. "Hmm, kalo nggak ada, gue mau pinjem, sih."

"Oh, nggak ada, kok. Sok, dibawa aja." Laskar bahkan membuat gestur, mempersilakan Ares untuk langsung berhadapan dengan Hani.

"Nggak masalah nih, gebetan lo, gue bawa?" tanya Ares berbasa-basi.

Laskar dengan cepat mengangguk. "Nggak masalah banget, Bro. Mau dibawa balik juga, silakan. Ya, kalau lo mau saingan sama gue, kita saingan yang sehat."

"Hehhh. Pale lu," ujar Hani dengan tangan yang hampir saja melayang ke kepala Laskar. Diam-diam, ia sedang mempersiapkan diri dengan Ares yang pasti akan ditinggal dengannya hanya berdua setelah ini.

"Oke kalau gitu. Gue bawa nih, ya?"

"Sok. Silakan."

Hani barusan saja meneguk salivanya dan ia benar-benar akan berdua dengan mantan pacarnya. Catat ya, mantan pacar.

Laskar menatap Hani dan menepuk lengannya dua kali. "Baek-baek lo, sama temen sendiri. Jangan digalakin. Gue ke arena."

Kalau gini, lebih baik gue tadi balik ke kelas. Ah, capek. Hani bersungut dalam hatinya, merasa kesal sendiri.

"Hai, Han. Apa kabar?"

Seenaknya Ares datang, menyapanya dan menanyakan kabarnya seolah-olah dulu tak pernah terjadi apa-apa pada mereka. Kurang ajar sekali karena Hani tak selapang hati itu untuk cepat melupakan orang yang sudah membuatnya mengingat setiap kejadian di masa sekolah menengah pertamanya.

My Enemy My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang