Haloooo~
Ketemu sama Sayna lagi;))
Jangan lupa ke akun spotify dan instagram aku, yaa.
Ada playlist di sana yang bisa didengerin sambil baca ini, kalau waktu kamu luang.DAN JUGA, BUAT KAMU YANG MASUK KE CERITA INI, SPAM LOVE DI SINI BIAR AKU SEMANGAT. DI SINIIIIIII~
Lafyu. Enjoy~
-MyEnemyMyLover-
"Kenapa?"
Begitu sampai di depan Kaili, Hani langsung bertanya maksud kedatangannya. Masih dengan napas ngos-ngosan, ia menatap Kaili serius. Saat tatapannya sekarang menunjukkan kebingungan, Kaili masih saja diam di tempat dengan mulut tertutup rapat dan tatapan mengarah ke arena.
"Kai," panggil Hani. Ia berdecak pelan. "Kenapa suruh gue ke sini?" tanyanya dengan nada sedikit kesal.
Kaili yang masih diam membuat Hani kesal sendiri dan akhirnya sedikit berteriak demi menyadarkan cowok itu kalau di sini ada orang lain, ada orang yang tadi dipanggil melalui HT dan didengar semua panitia acara.
Siapa yang berpikir bahwa panggilan dari ketua OSIS saat event merupakan panggilan yang tak penting? Tidak ada, rasanya.
"KAILI!"
Hani tidak peduli dengan teriakannya barusan karena suara dari semua tribun lebih banyak daripada suaranya. Karena itu juga, Kaili yang fokus menatap ke depan seketika melirik padanya dengan tatapan datar.
"Sini. Duduk." Kaili menepuk kursi tribun sebelahnya dengan mata masih menatap Hani. "Duduk," ucapnya sekali lagi.
Wajah Kaili yang datar seolah tanpa dosa itu, seketika membuatnya ingin sekali mencakar wajah cowok itu. Demi Tuhan, ia sudah bersusah payah membelah kerumunan di tribun yang padat ini demi sampai ke sini dengan waktu yang tercepat. Ia kira ada yang sangat penting sampai namanya disebut lebih dari sekali dan didengar oleh semua panitia yang bertugas hari ini. Tapi nyatanya ... ah!
"Lo nungguin apa?" tanya Kaili dengan tatapan yang masih datar. "Duduk sini," ucapnya dengan sekali lagi menepuk tribun di sebelah kirinya.
Dengan wajah super duper kesal namun tak bisa apa-apa, Hani hanya menghela napas dan akhirnya memilih mengalah saja. Sudahlah. Sekarang adalah saatnya event dan ia tak bisa dengan seenaknya menolak perintah dari ketua OSIS periode ini, apalagi mereka sedang bertugas.
Hani mengambil duduk tepat di sebelah kiri Kaili. Walau dadanya bergemuruh karena kesal, tangannya terkepal, tapi ia masih melakukannya. Duduk diam di sebelah Kaili seolah mereka menikmati tontonan di depan sana.
Suasana di antara mereka diisi dengan keheningan sebelum suara Kaili terdengar.
"Lo sama Ares beneran temenan doang?"
Hani menggaruk belakang kepalanya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut mendengar kalimat tanya itu lagi dan masih dari orang yang sama. Rasanya sudah dua kali dalam seminggu ini Kaili melayangkan pertanyaan yang itu-itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...