22 - Hani Selalu Sial

13 4 1
                                    

-MyEnemyMyLover-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-MyEnemyMyLover-

Pingsan adalah satu hal yang sangat Hani hindari selama ia hidup. Karena, akan ada orang yang mengangkat tubuhnya, memegang kulitnya dan .. aish! Hani tak bisa berpikir semua hal yang baik-baik padahal ia sudah ditolong.

"Siapa yang bawa gue ke sini?" gumam Hani setelah ia sadar.

Lingga berdecak pelan sambil membantu Hani bangkit dari posisinya. "Yang jelas bukan Kaili. Itu kan, yang mau lo denger?"

Untuk sejenak, Hani hanya menatap Lingga dengan tatapan datar sebelum akhirnya mengangguk sekali. Benar, ia hanya tidak ingin mendengar nama Kaili dulu sebelum telinganya panas dan hatinya tak terima, lalu paling parah ia akan mengamuk.

"Mau pulang, gue. Rapatnya udah selesai, kan?"

Beberapa detik, Lingga hanya menatap Hani sebelum akhirnya mengangguk-angguk. Kalau saja Hani tahu bahwa Kaili baru saja membuat rapat berhenti, pasti cewek itu akan merasa kesal dan berkata bahwa semua perhatian Kaili adalah kebohongan, pencitraan saja di depan semua orang yang tahu bahwa imej Kaili selama ini baik-baik.

Hani berjalan ke luar sedangkan Lingga mengikutinya. Bukannya tenang, kepalanya makin berdenyut ketika ke luar dan menemukan ada tiga orang yang hanya saling menatap sebelum akhirnya menyadari kehadirannya.

"Han."

"Hani."

Ares dan Kaili yang lebih dulu bereaksi sedangkan Laskar masih berdiri di tempatnya.

"Lo nggak pa-pa?"

Hani menoleh ke arah kiri dan menatap Ares. Ia mengangguk kecil. "Nggak pa-pa," jawabnya pelan.

Sedangkan Kaili setelah memanggilnya, sekarang hanya diam dan tak melakukan apa-apa, hanya sibuk jadi penonton. Hani tak akan sebaik itu untuk bertanya dan menegur lebih dulu setelah perkataan menusuk perasaan lelaki itu tadi.

"Biar gue anter pulang, Han."

"Hm?" Kedua alis Hani terangkat dan ia menggeleng setelahnya. "Nggak perlu. Nggak pa-pa. Gue bisa sendiri. Taksi online banyak, kok." Padahal sayang duitnya.

Tapi demi kokohnya harga diri dan perasaannya, Hani bicara seolah ia memang tak mau bertemu dengan Ares lagi. Padahal dalam hatinya sedang meronta, ingin tertawa melihat kepedulian Ares padanya.

Sambil mengotak-atik ponsel, Hani memesan taksi online dan setelah terpesan, ia baru menaikkan pandangannya menuju ke Ares.

"Gue duluan," ujar Hani dan menoleh ke belakang. "Ga, mau bareng?" tawarnya mengingat jalan rumahnya searah dengan jalan ke kediaman Lingga.

"Nggak, deh," jawab Lingga menggeleng. "Gue ada kerjaan sama klub."

"Oke." Hani mengangguk-angguk dan kembali menoleh ke depan. "Gue duluan," ujarnya tanpa melihat siapapun dan berjalan. Ia menepuk bahu Laskar sekali sebelum benar-benar pergi.

My Enemy My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang