05 - Ngaku Gebetan!

24 6 2
                                    

-MyEnemyMyLover-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-MyEnemyMyLover-

Tidak pernah terpikirkan oleh Hani, bahwa ia akan bertemu dengan si tengil, jelmaan setan, kaum hewan dan semua istilah kotor yang ia sematkan untuk cowok yang sedang berdiri di jarak empat meter darinya sekarang.

Kaili.

Alis kanannya terangkat, lalu tak lama kemudian ia memejamkan mata sembari menarik napas. Kebetulan apa lagi ini?! Demi Tuhan, Hani ingin sekali marah.

Kenapa semua keadaan yang terjadi di hidupnya harus berhadapan terus-terusan dengan Kaili? Apa Tuhan sedang murung ketika menciptakan takdirnya hingga harus bertemu dengan kesialan?

Ya Tuhan, maafkan Hani. Ia tak bermaksud seperti itu. Tapi ini ... ah sudahlah. Terima saja.

"Mau bantu apa, Den?"

"Apa gitu. Bakar rumah, misalnya."

Percayalah jika Hani ingin mengumpat saat semua orang sibuk tertawa setelah mendengar kalimat jawaban Kaili atas pertanyaan wanita berkerudung hijau matcha itu, sepertinya asisten di rumah ini.

Eh, tunggu. Berarti ini ... rumah Kaili?

Argh!

Sejenak melupakan dan mencoba biasa saja dengan keadaan sekarang, Hani memutuskan untuk fokus membantu pekerjaan katering, dengan syarat berusaha menghindari Kaili. Catat. MENGHINDARI KAILI.

Tapi di sekolah yang luas saja mereka bisa bertemu dengan berbagai alasan, maka di ruangan yang jangkauannya sempit ini, tanpa bisa dicegah mereka bertemu juga. Semuanya karena Ibu dan Ayah.

"Oh sekolah di Gandapatih? Anakku juga sih, Mbak."

Kenapa, sih, kejadian di dunia ini semuanya serba tak berpihak pada Hani?

Tak susah menebaknya, pasti yang sekarang sedang mengobrol dengan Ibu dan Ayah adalah orang tua Kaili. Membawa nama Gandapatih, membuat ia harus sekali mengambil langkah mendekat ke arah kedua orang tuanya karena dipanggil oleh Ibu.

"Nih, ini. Namanya Hani."

Ibu berdiri di sebelah Hani sambil memegang kedua pundaknya. Dengan sangat terpaksa dan hampir mengumpat di dalam hati, ia memberi senyum ramah pada wanita dengan rambut dicepol tinggi dan dandanan modis di depannya. Juga pada seorang pria yang terlihat sangat berwibawa. Mereka memakai kaos hitam dengan tulisan 'HAPPY BIRTHDAY, KANNA' di bagian dada.

"Kai!"

Mampus! Hani menunduk dengan mata terpejam erat sampai berkerut. Percayalah jika ia sedang menyiapkan emosinya untuk berhadapan dengan Kaili di depan orang tua mereka.

Bukan apa-apa. Hanya saja ia tak bisa seenaknya mengumpat seperti di sekolah jika seperti ini situasinya.

"Nah jagoanku ini, ketua osis di Gandapatih. Hani pasti tahu. Iya kan, Nak?"

My Enemy My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang