-MyEnemyMyLover-
Technical meeting yang diadakan tepat lima belas menit setelah sekolah bubar membuat hampir semua panitia yang bertugas besok datang. Dari tadi Kaili bersama Ezza dan Laskar hanya berdiri menyandar di meja sambil melihat ke arah pintu. Dua menit lagi, rapat dadakan sebelum besok mengeksekusi event klub boxing akan dimulai.
Tepat pukul tiga lewat lima belas menit sore, Kaili berjalan mengitari beberapa meja untuk sampai ke kursinya. Melihat adanya Lingga mewakili klub literasi, ia mendatanginya dan berhenti di belakang tubuh cewek yang sedang sibuk dengan bawaannya itu.
"Ga."
Sedikit tersentak, Lingga menoleh ke arah Kaili dengan wajah yang tak bisa menutupi kekagetannya.
"Kai. Kenapa?" tanya Lingga setelah meredakan raut kagetnya.
"Hani mana?" bisik Kaili.
"Ah, gue kira kenapa." Lingga berdecak pelan sambil melemaskan bahunya. "Pulang, dia. Rencananya gue tadi mau izin sama lo, tapi gue datengnya mepet waktu rapat, jadi tunda dulu. Sekalian ada lo di sini, gue mau bilang kalau Hani izin pulang. Tadi mukanya agak pucat gitu."
Alis Kaili mengerut. "Sakit?" tanyanya pada Lingga karena seingatnya, tadi Hani masih baik-baik saja.
"Kayaknya," jawab Lingga sambil mengendikkan bahu. "Makanya gue saranin pulang aja daripada terkapar di sini, mending di rumah."
Kaili mengangguk dan ia membenarkan posisi tubuhnya yang sedikit menunduk hanya untuk bicara berbisik dengan Lingga tadi. Ia mengangguk ketika Lingga sengaja mendongak untuk melihatnya.
"Thank's, Ga."
Lingga hanya mengangguk untuk menjawabnya. Lalu Kaili melanjukan jalannya hinga berhenti tepat di depan kursinya.
Ia memulai rapat hari ini, dengan pikiran yang belum sepenuhnya ada di sana. Kenapa juga tadi ia dan Hani bertengkar lagi? Lalu kenapa juga bisa-bisanya ia meminta Hani melakukan semua latihan persiapan untuk tampil besok padahal cewek itu hanya bernyanyi satu lagu dan tak ikut tampil di pembukaan acara sebagai penari?
Sial.
-MyEnemyMyLover-
Sudah cukup beristirahat kemarin dari sore sampai hampir maghrib dan lanjut lagi dari pukul sembilan malam sampai lima subuh. Sudah cukup sekali rasanya karena paginya, Hani bangun dengan keadaan yang sudah sangat baik-baik saja.
Ia tak sakit kemarin, hanya saja memang wajahnya sedikit pucat. Hal itu karena ia kebanyakan berpikir tentang kedatangan Ares, padahal tidak merugikan sedikitpun di hidupnya.
"Pagi, Sayang."
Sapaan ibu membuat Hani menoleh ke kirinya, ke arah dapur yang subuh ini sudah sedikit rusuh. Ia mendengar semalam bahwa siang ini salah satu penghuni komplek perumahan mereka ada yang mengadakan hajatan dan ibu dipercaya untuk membuatkan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...