-MyEnemyMyLover-
Hani berjalan menuju tangga dan merelakan kakinya untuk bersusah payah mencapai lantai dua gedung B hanya karena tak mau menaiki lift dan bertemu dengan banyak adik kelas yang sengaja mencuri pandang ke arahnya dan berujung membuat gosip tentangnya. Itu sudah pernah terjadi, dulu ketika pertama kali Hani menjabat sebagai ketua klub seni. Seketika, banyak yang tidak suka padanya dan untuk alasan apapun yang ia dengar, tak akan bisa ia terima begitu saja. Memangnya ada ya, alasan membenci karena Kaili terlihat dekat dengannya setelah sama-sama menjabat sebagai petinggi sekolah?
Sebelum menjabat sebagai ketua seni dan ketua osis saja mereka sudah layaknya kucing dan tikus, tak pernah akur. Hanya saja, ketika Kaili sudah menjabat sebagai ketua osis, tiba-tiba banyak yang melihat keberadaan cowok itu.
Memang ya, ketenaran nomor satu. Banyak yang terlihat kegirangan ketika dekat dengan jajaran petinggi sekolah. Contohnya saja seperti Nadya yang dekat dengan ketua osis tahun kemarin, Kak Teguh. Banyak yang tak suka dengan Nadya dalam sekejap waktu dan Nadya pun merasa senang menjadi pusat perhatian dan bahan gosipan.
Lucu.
Tak sama dengan Hani. Sama sekali tak ada yang sama. Ia muak sekali ketika namanya terdengar sedang dibisikkan oleh seseorang ke orang lainnya.
"Ngga." Ketika Hani melihat Lingga sedang berdiri memainkan ponsel di koridor kelas, ia langsung menegurnya.
"Han," balas Lingga dengan senyuman.
"Lo nggak di klub?" tanya Hani.
Lingga menggeleng bersamaan dengan bell masuk berbunyi. "Nggak. Ada briefing aja nanti balik sekolah. Hari ini gue belajar full."
"Ah. Okay." Hani mengangguk-angguk mengerti.
Mereka bersama-sama masuk ke dalam kelas dan melihat ke koridor kembali saat mendengar suara rusuh. Hani menatap Lingga yang sekarang juga tengah menatap ke arahnya. Kedua alis mereka sama-sama naik karena tak tahu hal apa yang terjadi di depan sana sampai ribut sekali.
"Kenapa, sih?" tanya Lingga pada Bayu, ketua kelasnya.
"Dapet kabar pagi tadi, sih, ada anak baru," jawab Bayu sambil duduk di kursinya.
Hani dan Lingga sama-sama mengangguk dan menggeleng pelan.
"Gue kira kedatangan Sehun, anjir, sekolah kita."
Lingga tertawa karena kalimat yang Hani ucapkan barusan. "Sa ae lu, kutil buaya."
Hani ikut tertawa karena ucapannya barusan. "Bisa kejang berjamaah nih, kaum hawa satu sekolah. Kecuali gue, sih."
"Eyyyy. Itu mah bohong. Yang ada lo langsung tewas kalo lihat Sehun beneran di depan lo," jawab Lingga tak terima.
"Heh, mulut lo, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...