-MyEnemyMyLover-
"Kita terpaksa nggak gunain alat band di pembukaan."
Kaili menoleh ke arah Laskar yang barusan saja bicara sesaat setelah ia masuk ke arena lagi. Febrian, Kalu dan Hendi hanya bisa melihat ke arah Laskar tanpa mengucapkan apapun. Sama seperti Ezza yang saking tidak ada kerjaannya, sekarang ada di dekat mereka, ikut membantu mempersiapkan alat band.
"Hani?"
Laskar mengangguk. "Dia mau nyanyi di pembukaan aja. Karena lagu pertama kita lumayan sendu kayak sad gitu ya, kan, jadi bagian itu aja yang dia ambil. Setelahnya, dia minta backing vocal yang nyanyi."
"Lo, dong?"
Dengan wajah sangat terpaksa hampir frustasi, Laskar menoleh ke arah Kalu dan mengangguk. "Ya, mau gimana lagi?"
"Hani mana?" tanya Febrian.
"Tadi terakhir lihat sama anak baru itu. Eh, lo pada tau, nggak? " Laskar menatap satu-persatu temannya dengan antusias.
"Nggak tau," jawab Ezza sambil menggeleng-geleng polos. "Kan, belum lo kasih tau."
"Yehhhh, si anying." Laskar berdecak melihat wajah Ezza yang sedang tertawa menatapnya. "Serius gue, nih."
"Yaudah, cepetan apaan."
Bukan hanya Laskar, tapi juga Febrian, Kalu, Hendi, juga Ezza sekarang menatap ke arah Kaili yang baru saja bicara. Mereka hanya diam dengan mata menatap Kaili yang berdiri menampakkan raut wajah kesal.
"Eh, santai dong, Bro. Mo cepet aja lo kalau urusan gosip. Kayak ibu-ibu komplek," ujar Ezza mencoba mencairkan suasana. Namun karena Kaili hanya diam dan masih menampakkan ekspresi datar saja, ia jadi ikut diam dan tak mau bicara lagi.
Kaili tidak sedang dalam mode bercanda. Bawaan capek juga, sepertinya.
"Itu lho, murid baru," ucap Laskar mencoba kembali mengambil alih situasi. "Itu namanya, Ares. Dia temennya Hani waktu SMP."
"Oh, iya?" tanya Hendi dengan wajah terkejut. "Dia itu drummer band Lakosa, kan? Yang tahun kemarin menang lomba band SMA tingkat nasional?" lanjutnya bertanya.
"Exactly," jawab Laskar menjentikan jemarinya. "Doi itu temen deketnya Hani waktu mereka satu sekolah."
"He." Kedua alis Ezza terangkat mendengar apa yang baru saja diungkapkan Laskar. "Aduh, hati gue, Kar. Sakit banget dengernya." Ia berkekspresi layaknya orang yang baru saja patah hati dan itu membuat suara decakan dari satu-persatu orang di sekitarnya.
"Hani free juga, kan?" tanya Kalu dan ia menggeleng. "Nggak pa-pa kalau gitu. Sans aja kalau ada yang mau deketin."
Tapi Kaili diam di sini. Ia melihat kemungkinan yang ada di antara anak baru bernama Ares dan Hani. Dari informasi yang dibagi oleh Laskar, keduanya sudah dekat dari bangku sekolah menengah pertama. Pantas saja jika di sini ketika Ares menjadi siswa baru, Hani yang akan membantu cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Lover
Teen FictionHani menyadari jika dirinya tidak sempurna, ia masih manusia. Menjadi petinggi salah satu organisasi bergengsi di SMA Gandapatih yang katanya sulit ditembus, tidak membuatnya semata-mata menjadi yang paling baik di antara banyaknya yang terbaik. Keh...