27 - Caper.

12 5 0
                                    

-MyEnemyMyLover-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-MyEnemyMyLover-

Memang iya, kan, Kaili tidak memperlakukan Hani selayaknya manusia pada umumnya? Selayaknya orang-orang yang bisa dipanggil dengan sebutan 'TEMAN' oleh cowok itu?

Lalu, kenapa Kaili jadi bilang menyerah? Seharusnya kan, yang bilang itu, Hani. Hani menyerah dengan semua tingkah ajaib Kaili. Nah, itu baru benar.

"Kalian berdua ribut terus gitu, ya, Han?"

Hani menoleh pada Ares dan mengangguk. "Dia aja yang rese' sama gue."

Setelah berdebat dengannya, Kaili memilih melipir pergi dari hadapannya dan itu sungguh bagus untuknya. Setidaknya Ares yang ada di dekatnya sekarang tidak semenyebalkan Kaili yang tidak ada masalah apa-apa aja bisa membuat kepalanya mendidih.

"Kelihatannya Kaili baik, Han."

Tatapan Hani yang tadinya mengarah ke layar ponsel, langsung mendongak dan berganti ke wajah Ares yang sekarang sedang menatapnya dengan kedua alis terangkat.

"Apa? Gue ada salah ngomong?"

Untuk beberapa detik, Hani mampu melihat bahwa Ares meyatakan itu semua dengan tulus. Namun, ini Kaili. Tolong, ini adalah Kaili. Tidak ada hari di mana Hani akan tenang jika sudah berada dekat dengan Kaili. Lalu mengetahui bahwa Ares, sosok pujaan hatinya dahulu yang tidak bisa dengan mudah menjadi dekat dengan manusia lainnya baru saja berkata seperti itu, sungguh membuat netra Hani bulat sempurna.

"Gila, ya," ucap Hani sambil menggeleng-geleng. "Capernya Kaili udah sampe ke lo juga, ternyata."

"Caper?"

"Iyalah!" Hani menatap Ares dengan mata berapi-api. "Tuh, cowok udah kayak setan tapi di depan lo kayak malaikat. Ck! Nggak habis pikir, gue."

Ares memberikan senyum kecil pada Hani yang masih menggeleng-geleng di depannya. "Coba sekali aja lo lihat dia dari sisi berbeda, Han."

"Hah?" Hani menatap Ares dengan wajah melongo. "Lo suruh gue untuk lihat dia dari mana lagi? Mata gue cuma ada dua, empat sama mata kaki. Semuanya udah jadi saksi betara ditraktornya Kaili sama gue. Udahlah," ia mengibas tangannya di udara. "Di hidup Kaili, gue udah kayak makanan. Kapan aja bisa dia lahap seenak jidat. Tapi di mata gue, dia kuman."

Di depannya sekarang, Hani melihat Ares yang sedang tersenyum dengan mata hampir menyipit dan itu membuatnya bingung lagi.

"Lo kenapa, sih, senyum mulu? Kerasukan setan kantin, lo?"

Ares menggeleng pelan. "Nggak pa-pa. Gue cuma lagi membayangkan betapa lo nggak suka banget sama Kaili. Gimana sama gue yang udah ngelakuin hal fatal ke lo?" tanyanya disambung dengan tawa pelan. "Gue udah pasti ada di deretan teratas bentuk nggak suka lo, ya, Han?"

Kedua alis Hani terangkat menatap Kaili dan ia menggeleng pelan. "Lo beda. Bentuk baik lo masih ada ke gue. Kalau dia, udah nggak ada. Semua tingkah dia termasuk jahat ke gue. Eh, ada sih, beberapa kali baik. beberapa kali doang, tapi."

My Enemy My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang