27. FENLY SIUMAN

220 59 5
                                    

-------

HAPPY READING

🐾🐾🐾


Fajri membuka pintu ruangan Fenly, lantas masuk. Tidak ada siapa-siapa selain Fenly yang masih terlelap ditemani alat monitornya. "Fen-Fen, gak ada niatan bangun gitu? Lusa perform bro." Ujar Fajri bermonolog.

Ia mendudukkan dirinya pada kursi yang terletak di sebelah Fenly. "Huftt.. bikin anak orang bahagia ternyata gak gampang ya?" Ujarnya kembali.

Ia mendongak menatap langit-langit kamar Fenly dengan kedua tangan sebagai bantalan tengkuknya. "Kok bisa sih, orang kayak lo sama Shandy gak pernah ngeluh? meskipun abis kerja tetep mau ngurusin cewe." Harusnya ia tidak menanyakan hal tersebut, karena Fenly dan Shandy pun akan memilih cerita apa yang akan mereka perlihatkan. Tapi ia tidak butuh jawaban, ia hanya ingin bercerita.

"Fen, menurut lo... Lyodra cantik? Gue rasa gue bisa jatuh cinta ke dia." Tanyanya lagi.

Hening. Jelas tidak akan ada sahutan dari Fenly yang koma.

Ia berdecak sebal. "Males, ah! Kangcimen!" Fajri merasa dirinya seperti orang gila. Berbicara sendiri, bertanya tanpa ada jawaban, lalu kesal sendiri. Ia menelungkupkan kepalanya pada lipatan kedua tangannya yang berada di sisa ranjang Fenly. Ia akan mengistirahatkan tubuhnya sebentar.

"Ji, Fajri! Bangun!"

Fajri merasa tubuhnya berguncang sedari tadi. Namun ia memilih mengabaikannya.

"Fajriiii!"

Nama yang dipanggil membuka paksa matanya. Ia menemukan ketiga abangnya mengelilinginya. Ia mengucek matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. "Kenapa?" Tanyanya dengan suara serak yang akan selalu begitu ketika ia bangun tidur.

"Pulang sana! Ganti baju, mandi! Kucel banget." Suruh Farhan dengan lembut—orang yang membangunkannya. Ia mengerti adiknya ini pasti masih linglung.

Fajri memandangi sekelilingnya. Ada Shandy yang kini memilih bermain ponsel di sofa, juga Ricky yang baru selesai mengganti cairan infus Fenly yang hampir habis dengan yang baru.

"Hari ini kita bertiga full jaga Fenly, Tante Venny ma Raina gue suruh istirahat dulu di rumah." Ujar Farhan seakan mengerti arti tatapan Fajri yang keheranan.

Fajri menelisik dirinya sendiri yang masih menggunakan hoodie sedikit lembab, tubuhnya agak kedinginan. Ia tertidur di sini sampai lupa belum menukar pakaiannya. "Gue balik." Ujar Fajri berlalu keluar ruangan dengan sempoyongan, kepalanya sedikit berat, mungkin sebab hujan-hujanan.

"Shan! Mending lo anter tuh, si Aji. Masih oleng gitu mau bawa mobil. Cari rumah sakit!" Perintah Farhan kepada Shandy.

Tetapi, kali ini Shandy benar-benar sedang malas, tubuhnya penat. "Ogah! Mager." Bantahnya.

"Udah-udah! Biar gue aja."  Ucap Ricky melerai keduanya, kemudian segera berlalu mengejar Fajri yang sudah keluar lebih dulu.

Fajri sampai di depan mobilnya, hanya berdiri menghadap pintu, tapi enggan masuk. Ricky datang lalu menariknya duduk di kursi sebelah, sedangkan ia masuk ke tempat pengemudi.

"Lu mau ngapain, bang?" Tanya Fajri dengan mata terpejam. Ia masih sangat mengantuk dan kepalanya berat.

Ricky mulai memicu mobil yang di bawa Fajri dengan kecepatan sedang. "Nganterin lu balik." Ujarnya singkat membuat Fajri mengangguk-angguk.

"Gue masih bisa bawa mobil sendiri, manja banget harus dianterin." Ucapnya diselingi desisan. Kepalanya berdenyut sebentar. Untung Ricky tidak melihatnya. Jika iya, pasti ia akan panik dan ujung-ujungnya Fajri Fajri harus menjawab semua pertanyaannya.

Before You Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang