37. LISAN ATAU TULISAN

183 52 3
                                    

Mulmed : Keisya Levronka - Tak Ingin Usai


🐾🐾🐾

Fajri melahap potongan kecil selanjutnya dari sandwich yang sudah ia buat. Pagi ini ia tidak selera untuk memakan nasi meskipun ada lauk kesukaannya. Tadi subuh, Fajri bangun dengan panik mencari sosok Farhan yang tidak ada ditempat tidurnya. Ia berlari menuju kamar para member yang lain dan semuanya kosong. Jika Teh Yesi tidak memberitahu, mungkin Fajri sudah menangis sebab ditinggal tanpa kabar, padahal ia lupa jika teman-temannya belum pulang dan baru pulang pukul enam pagi.

"Napa nggak makan nasi, Ji? Ntar laper," tanya Ricky-karena setahu dirinya Fajri pasti sarapan dengan nasi-ia tengah menyantap oat miliknya, kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan setiap pagi.

"Nggak mood aja." Potongan sandwich terakhir masuk kedalam mulut Fajri, lalu menandaskan setengah susu coklat dari gelasnya.

"Lesu bet, Ji." Sedari Shandy perhatikan tadi, raut Fajri terlihat begitu kusut.

Helaan napas berat terdengar dari Fajri, ia mulai merapihkan piring dan gelas kotor miliknya. "Gue ditolak."

"Ukhuk!"

Penuturan Fajri berhasil membuat Fiki yang tengah meminum teh manis tersedak. "Ditolak?" tanya Fiki setelah berhasil menetralkan batuknya. Fajri mengangguk. "Lu abis ngelamar kerja sampingan? Atau abis ngelamar anak orang?" sambung Fiki dengan rasa penasaran yang membuncah.

Zweitson yang semula berjarak dengan Fajri satu kursi kosong-milik Fenly-kini berpindah menjadi disebelahnya. "Serius abis nembak?" tanyanya seolah tau apa dan siapa yang sedang Fajri bahas.

"Emang lo tau siapa yang habis gue tembak?" sungut Fajri dengan nada ketus disertai tatapan tajam.

"Tebakan aja, sih. Soalnya lo cuma deket sama satu cewek," balas Zweitson dengan senyuman menggoda. Sebelah alisnya bergerak naik-turun.

Fajri memutar bola matanya jengah. "Sotoy!"

Ting

Notifikasi dari ponsel Fajri yang diletakkan di saku celana jeansnya membuat kegiatannya yang tengah mencomot kentang steak milih Fiki berhenti. Keningnya berkerut tak kala kontak Dhika yang muncul.

"Ukhuk!" Fajri tersedak makanan yang tengah ia kunyah saat membaca isi pesan yang ia tebak dikirim oleh Zefni, tante Lyodra.

Zweitson yang panik pun menyodorkan segelas susu miliknya. "Kenapa, Ji?"

Fajri segera meneguk hingga tersisa setengah, lalu menyerahkannya kembali kepada sang empu. Ia menepuk bahu Fiki yang duduk disebelah kanannya. "Gue titip piring gue!" ia berganti menepuk bahu Zweitson. "Makasih susunya!"

Setelahnya ia segera berlari tanpa memperdulikan pertanyaan Zweitson dan teriakan beberapa dari mereka. Menyambar hoodie milik Shandy yang diletakan pada sandara sofa, sedangkan sang empu tertidur di sana. Ia hanya berjaga-jaga agar tidak ditangkap, sebab ini masih jam sekolah dan dirinya masih menggunakan seragam.

"Bilang bang Sen, pinjem hoodie!" Teriak Fajri saat sudah berada di ambang pintu utama. Ia merogoh kunci motor-milik umum-yang ia yakini disimpan Shandy dalam saku hoodie. Laki-laki kurus-tinggi itu tadi pagi menginginkan bubur ayam tanpa aduk.

Fajri buru-buru menaiki motor dan memasang helm yang juga milik Shandy. Gilang dengan segera menyusul adiknya yang tiba-tiba berlari keluar. "Ji, mau kemana?!" Tanyanya setengah berteriak dari ambang pintu.

Before You Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang