34. KAFE DAN TOKO BUKU

179 47 5
                                    


Jika tidak ada bahagia yang bisa menjadi nyata, biarlah aku menjauhi segala hal yang berakar luka-Boy Chandra.

--------

HAPPY READING

Vote aja dulu, biar gak lupa(≧▽≦)
Ngomong kalo ada ada typo.

🐾🐾🐾

Fajri dan sang ojek berhenti tak kala lampu rambu-rambu lalu lintas menyala merah. Dari arah serong kanan, seorang perempuan terus saja memperhatikan Fajri. Kening perempuan itu berkerut heran, "buket?" Gumamnya sembari tersenyum miring.

Lampu kembali menjadi hijau, kendaraan Fajri kembali melaju, dengan mobil berwarna kuning yang terus mengikutinya.

Fajri sampai di kafe yang menjadi tempat janjinya dengan Lyodra. Ia turun diparkiran cukup lebar yang memang disediakan di sana, lalu menyodorkan satu lembar uang seratus ribu kepada sang ojek.

"Aduh, den, apa tidak ada uang kecil?" Tanya ojek tersebut sembari menggaruk tengkuknya yang mungkin saja memang gatal.

Fajri menjadi ikut menggaruk tengkuknya yang ingin saja digaruk, "saya belum pecahin u-"

"Aji!"

Ucapan Fajri menggantung di udara tak kala seseorang memeluknya dari belakang dengan tiba-tiba. Fajri menghela napas kesal, suara ini sudah sangat familiar di pendengarannya.

Fajri tersenyum kepada sang ojek, "ya udah, pak, ambil aja."

"Beneran, nih, den? Makasih banyak, ya, den. Bapak tinggal, ya? Kasian mbaknya udah kangen," ucap ojek tersebut yang hanya mampu Fajri beri anggukan.

Ojek tersebut pergi menjauh, sontak perempuan itu membalik tubuh Fajri dan memeluknya lagi, "bener kata si ojol, gue kangen."

Fajri menghela kasar napasnya. Ia mencoba melepas pelan pelukan Angel, namun tak kunjung dilepas, sehingga ia memilih melepasnya dengan paksa.

Perempuan dengan tinggi sebatas hidung Fajri itu mengerucutkan bibirnya, "Ji.. gue belum puas meluknya," rengeknya sembari menggoyangkan lengan kiri Fajri.

Fajri terpaksa menyentaknya, "gue bukan guling!"

Fajri menyingkirkan tubuh Angel dari hadapannya untuk memberinya akses jalan ke kafe dengan bangunan berbentuk huruf 'L'. Namun, Angel segera menghalangi langkahnya dan merebut buket yang Fajri pegang.

"Angel!" Fajri membentaknya, namun perempuan itu tidak peduli.

"Lo beliin gue buket? So sweet bet!"

Fajri bergerak merampas buket tersebut, namun Angel berhasil mengelak, "Angel, balikin!" Ia menggeram kesal.

"Bukannya buat gue?" Angel berjalan mundur pelan kala Fajri mendekatinya perlahan. Dan dengan santainya, tangan lentik perempuan itu menjatuhkan buket tersebut ke tong sampah.

Ia berpura-pura menutup mulutnya, membuat wajah Fajri merah padam, "ups! Sorry, nanti beliin lagi, ya?" Ucapnya dengan senyum merekah.

Fajri menghela napasnya kasar, "jangan mancing emosi, Angel!" Tekan Fajri.

Bukannya takut Angel justru terkekeh, "jangan marah-marah! nanti cepat tua."

Fajri terkekeh sembari memalingkan wajahnya ke arah lain, "Kenapa dulu gue masih pertahanin lo padahal gue udah tau kalo lo mulai deket sama tuh cowok?"

Angel tersenyum, "Kesalahan waktu itu bukan salah gue doang tau, Ji. Lo juga menurut gue salah, lo yang buat hubungan kita renggang."

Fajri balas terkekeh, "Bukannya lo yang bosan sama gue? Kenapa jadi nyalahin gue?"

Before You Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang